Perintah bertakwa kepada Allah Swt. merupakan wasiat Allah kepada setiap umat, baik itu umat terdahulu maupun umat yang akan datang. Sebagaimana firman-Nya,
وَلَقَدْ وَصَّيْنَا الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَاِيَّاكُمْ اَنِ اتَّقُوا اللّٰهَ
“Kami telah memerintahkan kepada orang yang diberi kitab suci sebelum kamu dan (juga) kepadamu agar bertakwa kepada Allah.” (Q.S An-Nisa: 131)
Allah SWT juga berfirman dalam Q.S Ali Imran: 102
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim.” (Q.S Ali Imran: 102)
Ketakwaan kepada Allah SWT merupakan suatu hal yang teramat penting bagi tiap orang yang beriman, karena dengan wasilah bertakwa kepada Allah SWT, seorang yang beriman dapat meraih ridha dan rahmat-Nya serta kenikmatan yang abadi di surga kelak. Maka semestinya orang yang beriman memiliki kesungguhan untuk untuk mendapatkan hakikat ketakwaan kepada Allah Swt.
Farid Ahmad dalam “Quantum Takwa” mengutip penyataan Ibnu Qayyim bahwa hakikat takwa ialah melakukan ketaatan dan kepatuhan kepada Allah Swt. dengan berasaskan keimanan dan ihtisab (memohon pahala), baik itu berupa perintah maupun larangan. Melalukan ketaatan dengan menjalankan apapun yang diperintahkan-Nya dengan mengimani-Nya dan membenarkan janji-Nya, dan meninggalkan segala hal yang dilarang-Nya dengan mengimani-Nya dan membenarkan ancaman-Nya.
Imam Nawawi al0Bantaniy dalam Nasha’ihul Ibad menjelaskan bahwasanya ketika seorang yang beriman ingin meraih hakikat takwa (ketakwaan yang sebenarnya), maka ia harus melalui lima tahapan yang ada di hadapan ketakwaan yakni ;
Pertama, seorang yang ingin meraih hakikat takwa, patutnya memilih kesukaran dalam beribadah ketimbang kenikmatan dunia yang melalaikan. Beribadah kepada Allah SWT memang suatu pekerjaan yang teramat berat dan sulit dilaksanakan, terlebih bagi orang yang masih sering mengikuti hawa nafsunya dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Namun, apabila seorang yang merasakan kepayahan dalam beribadah kepada Allah SWT terus berjuang dan istiqamah dalam ibadahnya, niscaya Allah SWT anugerahkan ia kenikmatan dalam beribadah.
Kedua, memilih kesungguhan dalam beribadah kepada Allah ketimbang bersantai-santai. Wujud dari ketakwaan seorang hamba kepada Tuhannya ialah kesungguhannya dalam beribadah, taat, dan mengabdi kepada-Nya. Ia tidak terlalaikan oleh kesenangan dunia yang sesaat. Ia lebih merasakan nikmat dalam kesungguhannya dalam mengabdi kepada Allah ketimbang bersantai-santai dalam menjalani hidup.
Ketiga, memilih bersikap rendah diri ketimbang merasa mulia. Bersikap rendah hati di hadapan Allah SWT dan segenap ciptaan-Nya.
Keempat, memilih diam ketimbang banyak bicara hal-hal yang tak bermanfaat. Di antara tanda orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir ialah berbicara kebaikan atau diam.
Kelima, memilihi kematian ketimbang kehidupan, maksudnya ialah memilih kehidupan yang abadi pasca kematian di dunia ketimbang memilih kehidupan yang fana di dunia. Dengan sikap berikut akan menimbulkan semangat untuk beramal saleh sebagai bekal perjalanan menuju kehidupan yang abadi setelah kematian menghampiri.
Wallahu a’lam