Allah menciptakan hidup dan mati bertujuan agar manusia selalu menjadi orang taat dan menjadi yang terbaik di antara hamba-hamba-Nya. Kematian merupakan pintu menuju akhirat yang membutuhkan bekal yang banyak sekali yaitu amal shaleh.
Ada beberapa golongan yang diistimewakan Allah saat dikuburkan, jasadnya masih utuh tak ada yang berubah sama sekali seperti jasadnya para Nabi.
Dalam kitab al-Iqna’ karya Imam Al-Khatib As-Syarbini, ia mengutip perkataan Imam at-Tata’i al-Maliki:
لا تأكل الأرض جسما للنبي ولا*لعالم وشهيد قتل معترك
ولا لقارىء قرآن ومحتسب * أذانه لإله مجرى الفلك
“Bumi tak akan menelan jasad Nabi, orang alim yang mengamalkan ilmunya, orang yang gugur di medan peperangan, orang yang gemar membaca al-Qur’an atau orang yang hafal al-Quran dan mau mengamalkan isinya, juga orang yang selalu adzan dengan ikhlas karena Allah bukan untuk mencari gaji.”
Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa Allah akan memuliakan mereka tidak hanya di dunia dan akhirat, tapi Allah selalu menjaga jasad mereka agar tak ditelan bumi. Hal ini agar manusia selalu berlomba-lomba dalam kebaikan serta selalu mengambil pelajaran, hikmah dari kematian, karena dengan mengingat mati seseorang akan selalu menata hati sehingga hidupnya bertambah berarti.
Imam Qurtubi dalam kitab Tadzkirah mengutip perkataan Imam Ad-Daqqaq yang menjelaskan orang yang memperbanyak mengingat kematikan akan dimuliakan dalam tiga hal. Pertama, segera bertaubat; Kedua, selalu menerima (Qana’ah) terhadap rizki yang diberikan; ketiga, rajin dalam beribadah.
Dari sini pentingnya mengingat kematian agar selalu siap menghadapinya dengan memperbanyak amalan-amalan yang menjadikan selamat di dunia, dan saat ajal menjemput juga selamat sampai akhirat dengan memperoleh banyak nikmat.