Lima Cara Cerdas Tangkis Hoax

Lima Cara Cerdas Tangkis Hoax

Lima Cara Cerdas Tangkis Hoax

Belakangan, kata hoax seringkali kita temukan di berbagai media. Kata ini kerap diidentikkan dengan pemberitaan yang tak sesuai fakta. Di beberapa negara, kata ini erat kaitannya dengan perayaan April Mop tiap 1 April di mana semua orang akan mengatakan kebohongan pada orang lain. Asal katanya sendiri dari kata-kata pesulap yang mengucapkan “Hocus Pocus” tiap hendak menunjukkan suatu trik.

Penggunaan kata ini kian populer saat dirilisnya sebuah film berjudul The Hoax pada 2006. Film yang dibintangi aktor papan atas Richard Gere ini diangkat dari buku karya Clifford Irving. Namun, sayang jalan cerita film dirombak total dari versi cetaknya. Popularitas film ini kemudian menjadikan banyak orang latah dan menggunakan judulnya saat menggambarkan suatu kebohongan.

Bahaya dari penyebaran berita bohong tentu sangat luar biasa. Bahkan, dalam skala besar, pemberitaan yang tak sesuai fakta ini bisa saja memecah belah persatuan umat Islam. Lalu, bagaimana caranya agar kita tidak termakan berita palsu ini? Ada lima cara mudah yang bisa kita ikuti dan tularkan ke orang-orang di sekitar kita.

  1. Jangan Terkecoh Dengan Judul

Banyak portal berita sekarang ini yang lebih mengutamakan jumlah pengunjung ketimbang kualitas isi. Alhasil, apapun dilakukan demi mengundang banyak orang untuk mengunjungi laman websitenya. Salah satunya adalah memasang judul berita yang heboh dan membuat rasa penasaran, istilahnya clickbait. Masalahnya, seringkali pembaca berita sudah lebih dulu menyimpulkan isi berita hanya dari judulnya saja.

Ini tentu salah besar karena keseluruhan isi berita tidak akan tergambar hanya pada judulnya saja. Apalagi berita-berita yang menggunakan clickbait dan membuat pembacanya salah persepsi. Misalnya, judul berita seperti “Fatin Shidqia Ditemukan Tewas Bersimbah Darah”. Kita pasti berpikir Fatin Shidqia yang dimaksud adalah penyanyi jebolan ajang pencarian bakat. Namun isi beritanya ternyata adalah Fatin yang lain, bukan sang penyanyi. Biasakan untuk tidak menyimpulkan isi artikel hanya berdasarkan judulnya.

  1. Gambar Kadang Tak Sesuai Isi

Sama seperti judul, gambar yang ditambahkan sebagai pendukung artikel dan dijadikan header juga kadang hanya sebagai umpan alias clickbait. Ilustrasi ini bahkan kadang tak berhubungan sama sekali dengan isi artikel yang tertulis. Biasakanlah untuk tidak menyimpulkan isi artikel dari gambar yang dipajang.

  1. Baca Keseluruhan Berita, Bukan Sepotong-potong

Entah karena terburu waktu atau malas membaca sampai selesai, seringkali kita hanya membaca satu hingga dua paragraf awal dari sebuah berita kemudian menganggap sudah paham isinya. Bahkan, bisa jadi kita hanya membaca poin-poin yang tertulis tanpa benar-benar memahami arti dari tiap poin tersebut.

Dalam Islam, agama tidak boleh dipahami secara sepotong-potong. Hal ini akan berakibat pada salahnya pemahaman hingga tindakan destruktif, termasuk lahirnya paham radikalisme. Pendapat ini dikemukakan Ir. Salahuddin Wahid, adik kandung Gus Dur sekaligus mantan ketua PBNU. Menurutnya, Islam adalah agama yang seharusnya dipelajari secara mendalam, bukannya sepotong-potong. Jika tidak, akan terjadi kesalahan fatal dan menimbulkan kesalahpahaman.

Hal ini dapat pula diterapkan saat kita membaca berita. Hanya mencermati sepotong informasi saja akan membuat kita rentan akan penyebaran hoax. Pasalnya, sepotong informasi itu belum mencakup penjelasan rinci tentang keseluruhan kejadian yang berlangsung. Jika kita hanya paham secuil saja dari penjelasan yang ada kemudian malah menyebarkannya, maka kita bisa saja telah turut andil dalam penyebaran berita bohong.

Bukan tanpa alasan apabila ayat pertama yang diturunkan Allah subhanahu wa ta’ala adalah ‘iqra yang artinya bacalah. Biasakan untuk membaca keseluruhan berita secara cermat agar kita memahami isinya secara sempurna.

  1. Cross Check Sumber Kebenaran Berita

Seringkali, kita sudah merasa yakin akan kebenaran dari berita tersebut apabila narasumbernya tampak meyakinkan. Apalagi, jika sebuah berita ditambahi embel-embel, “menurut profesor dari Harvard University”, “berdasarkan hasil penelitian dari LIPI”, dan lain-lain. Siapa juga yang mau meragukan “profesor Harvard” atau lembaga sekelas LIPI? Bahkan, bisa jadi kita tidak repot-repot mencari kepanjangan LIPI dan langsung menelan mentah-mentah beritanya.

Padahal, bisa jadi perkataan narasumber sudah tidak relevan dengan keadaan sekarang. Melakukan cross check sumber kebenaran berita sangatlah penting agar kita tidak jadi korban hoax. Allah berfirman dalam Quran Surah Al Hujarat ayat 6 yang artinya, “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”.

Dalam ayat ini, secara gamblang Allah melarang hamba-hamba-Nya yang beriman untuk mengikuti desas-desus serta senantiasa memastikan kebenaran dari berita yang didengar. Tidak semua berita yang ada itu benar dan sesuai fakta.

Saat membaca suatu berita, penting bagi kita dalam mengecek kebenaran narasumbernya. Gali lebih dalam tentang fakta yang disajikan dari sumber-sumber lain yang lebih relevan. Hanya mencari berita dari sumber yang terpercaya seperti portal berita besar yang sudah terkemuka juga bisa menghindari kita dari berita bohong yang tidak jelas asal-usulnya.

  1. Jangan Gegabah Sharing Berita

Ketika kita sudah mengetahui bahwa berita yang dibaca ternyata adalah hoax, jangan turut menyebarluaskannya lebih jauh. Hindari menyebarkan berita yang sudah terbukti palsu ini agar orang lain tidak turut termakan isu. Selain itu, jangan terburu-buru sharing berita yang belum bisa dipastikan kebenarannya. Mungkin kita ingin cepat-cepat membagi berita itu agar terlihat up to date dengan isu-isu terkini. Namun, gegabah dalam sharing berita yang belum jelas kebenarannya justru bisa berakibat fatal.

Seringkali, penyebaran hoax berasal dari pesan berantai yang belum jelas asal-usulnya. Bahkan, bisa jadi kita mendapatkannya dari orang-orang terdekat, seperti keluarga sendiri, yang menyebarkan berita tersebut dengan tujuan agar kita lebih berhati-hati. Padahal, isi pesannya adalah kebohongan yang tak sesuai fakta. Biasakan untuk tidak buru-buru membagikan berita yang belum terbukti benar agar tidak membuat hoax semakin menyebar luas.

Itulah beberapa cara cerdas dalam menangkis hoax yang bisa diterapkan sehari-hari. Tidak terkecoh judul dan gambar header, membaca keseluruhan berita dengan cermat, memastikan berita berasal dari narasumber terpercaya serta tidak gegabah menyebarkan berita yang belum pasti Insya Allah akan menghindarkan kita dari pemberitaan yang tak sesuai fakta