Lima Adab Membaca Al-Quran

Lima Adab Membaca Al-Quran

Ini hal-hal yang harus kamu perhatikan saat membaca Al-Quran

Lima Adab Membaca Al-Quran

Sebagai umat Islam, telah kita pahami bahwa Al-Quran merupakan Kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad melalui malaikat Jibril. Salah satu keistimewaan Al-Quran dibanding dengan kitab-kitab yang lain adalah bahwa membacanya saja sudah dinggap sebagai ibadah. Ibnu Mas’ud berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda:

“Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Kitab Allah (Alquran), ia akan mendapatkan satu kebaikan yang nilainya sama dengan 10 kali ganjaran (pahala). Aku tidak mengatakan alif lam mim itu satu huruf, tetapi alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf.” (HR. At-Tirmidzi)

Oleh karena kemuliaan dan keagungannya tersebut, maka kita perlu memperhatikan beberapa hal yang perlu kita lakukan sebelum membaca Al-Quran. Agar pahala yang kita dapatkan lebih sempurna dan sebagai bentuk perwujudan tunduk kita kepada sang pemilik kalam.

Berikut ini beberapa adab dalam membaca Al-Quran menurut kitab al-Tibyan fi adabi Hamalatil Quran karya Imam an-Nawawi:

Pertamamembaca dalam keadaan suci (berwudhu)

Seyogyanya bagi seseorang yang ingin membaca Al-Quran agar dalam keadan suci (berwudhu) dan tidak berhadas besar. Selain itu juga dianjurkan agar badan, pakain dan tempatnya bersih dari hadas dan najis.

Ketika tidak menemukan air untuk berwudhu maka tayamumlah. Adapun hukum orang yang istihadhoh adalah sama seperti orang yang berhadas kecil. Sedangkan orang  junub, nifas dan haid itu haram hukumnya membaca Al-Quran dengan melafadzkannya, namun boleh apabila hanya dibaca dalam hati dan diniatkan untuk berdzikir.

Kedua, membaca Taawudz

Disunnahkan membaca Taawudz sebelum membaca ayat dalam Al-Quran. Dengan maksud agar kita selalu dalam lindungan Allah selama membacanya, agar terhindar dari sifat ujub dan riya yang sangat mudah menyusup dalam hati manusia.

Allah berfirman dalam surat an-Nahl ayat 98 “Jika engkau hendak membaca Al-Quran maka mintalah perlindungan kepada Allah dari syaithan yang terkutuk.”

Adapun lafadz bacaan taawudz menurut jumhur ulama:

ِأَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْم

Audzubillahi minasy syaithanirrajim

Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk”

Ketiga, membaca dengan tartil

Tartil secara bahasa berarti perlahan-lahan, sedangkan menurut istilah merupakan cara membaca Al-Quran sesuai dengan hak dan hukum-hukum bacaan dalam Al-Quran. Makruh hukumnya membaca Al-Quran dengan cepat tanpa memperhatikan hak setiap huruf dan hukum setiap bacaan yang terdapat dalam Al-Quran.

Hal ini sesuai dengan firman Allah surah al-Muzzamil ayat 4:

“Dan bacalah Al-Quran itu dengan perlahan-lahan”.

Dan sesuai dengan hadis mauquf yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas RA:

 “Aku lebih suka membaca satu surat dengan tartil daripada seluruh surat dalam Al-Quran tapi tidak tartil”.

 Keempat, mentadabburi dan menghayati dengan khusu’ isi dan kandungan ayatnya

Dalam membaca Al-Quran hal yang paling penting adalah memahami maksud isi kandungan ayat yang dibaca, sehingga kita bisa mengamalkan dan menerapkannya dalam kehidupan bermasyarakat. Maka salah satu cara agar kita bisa mengetahui maksudnya adalah dengan mentadabburi dan menghayati dengan khusu’ setiap ayat yang dibaca.

Berdasarkan firman Allah SWT dalam surat Shaad ayat 29 yang menyebutkan, “Kitab Al-Quran yang kami turunkan kepadamu penuh berkah agar mereka menghayati ayat-ayatnya …”.

Apabila belum bisa faham dengan bahasa arabnya, maka bisa membaca tafsir atau terjemahnya sehingga kita dapat terbantu dalam memahami ayatnya.

Kelima, mengamalkan isi kandungan Al-Quran

Adab yang kelima ini bukan lagi anjuran, namunsudah menjadi kewajiban bagi kita untuk mengamalkan Al-Quran setelah membacanya.

Terdapat riwayat dalam hadis tentang mimpi Rasulullah SAW (dengan kawalan dua orang malaikat) yang didalamnya disebutkan sabda beliau, “keduanya berkata ‘bertolaklah pergi’. Lalu kami pun pergi berlalu hingga kami mendatangi seorang laki-laki yang berbaring diatas tengkuknya dan seorang laki-laki lainnya berdiri disamping kepalanya dengan (memegang) palu godam, lalu dia memecahkan kepalanya dengannya.

Maka aku bertanya, ‘Siapa orang ini?’. (Malaikat itu berkata). ‘Adapun orang yang engkau lihat dipecahkan kepalanya makadia itu adlah seorang laki-laki yang Allah mengajarkan Al-Quran kepadanya, tetapi dia tidyr di malam dan tidak mengamalkannya di siang hari. Siksa seperti itu akan ditetapkan padanya hingga hari kiamat.’ (HR. Bukhari)

Itulah beberapa adab yang harus kita perhatikan sebelum dan sesudah membaca Al-Quran, mari kita penuhi adab-adab tersebut agar nilai ibadahnya dapat kita peroleh secara sempurna. Dan kita termasuk hamba Allah yang selalu dalam lindungan-Nya. Amin.

Wallahu A’lam.