Lebaran Ketupat, Tradisi di Balik Puasa Syawal
Selain puasa Ramadan yang wajib, banyak umat Islam mengamalkan puasa sunah. Seperti puasa Senin-Kamis, puasa Muharam, puasa Sya’ban, puasa Arafah, puasa 3 hari tiap bulan, dan masih banyak lagi puasa sunah yang lain.
Dikatakan, puasa merupakan ajaran yang juga dikenal dan diwajibkan sebelum Islam. Bahkan cara puasa Nabi Daud, sehari puasa sehari tidak, disunahkan juga bagi umat Islam untuk menjalaninya.
Dan yang sekarang sedang dijalankan oleh sebagian umat Islam setelah menjalani puasa sebulan Ramadan adalah puasa sunah enam hari di bulan Syawal.
Diriwayatkan dari Abu Ayub, Rasulullah bersabda: “Barangsiapa berpuasa Ramadan, kemudian mengikutinya puasa enam hari di bulan Syawal, maka orang tersebut seperti berpuasa setahun”. Hadits ini diriwayakan oleh Imam Muslim.
Kenapa bisa dibilang puasa setahun? Dalam kitab Durratun Nashihin dijelaskan bahwa pahala amal kebaikan atau ibadah umat Islam akan dilipatgandakan sepuluh kali. Jadi kalau sebulan puasa ditambah enam hari Syawal, lalu dikalikan sepuluh, maka akan diperoleh bilangan sekitar 360 hari, yang berarti satu tahun.
Para pendahulu kita di Indonesia sebenarnya telah mentradisikan puasa sunah ini. Budaya kupatan, lebaran kecil, atau lebaran ketupat yang biasanya dilakukan seminggu setelah satu Syawal menjadi bukti. Ini dimaksudkan sebagai lebaran usai menjalankan puasa, yang tiada lain adalah puasa sunah enam hari bulan Syawal.
Bagi orang yang menjalani, puasa merupakan latihan mental untuk melatih kesabaran. Dengan tidak makan-minum dan bersetubuh di siang hari, merupakan cara untuk menahan hawa nafsu dan melatih kesabaran. Bagi yang terbiasa, bisa menjalani dengan ikhlas dan tanpa beban. Bagi yang menyadari faedahnya, puasa sebulan seperti terasa kurang, dan perlu menambahkan dengan rutinitas puasa sunah setelah Ramadan.
Itulah mengapa sebagian puasa Sunah, dikatakan oleh Nabi, pahalanya melebihi jihad fi sabilillah. Dan beliau menganjurkan bagi pemuda yang sudah mampu memberi nafkah, namun belum segera menikah, sebaiknya mengamalkan puasa sebagai sarana menahan diri.
Dengan mentradisikan puasa, termasuk mengamalkan puasa Syawal ini, kita berharap umat Islam mampu bersosialisasi dengan performa yang indah. Mengapa indah? Karena puasa telah melatih kita untuk sabar, tidak gemar marah dan mengumbar kebencian.
Selamat berlebaran dengan indah!