Allah Swt. berfirman “Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina” (Qs. Al Mu’min: 60)
Secara terminologi doa adalah permohonan seorang hamba kepada Tuhannya untuk mendapatkan karunia-Nya berupa kebaikan dan rahmat disertai sikap merendahkan diri dan mengagungkan Dzat-Nya. Adapun hakikat dari doa ialah ekspresi ketidakberdayaan seorang hamba dihadapan Tuhannya.
Allah Swt. memerintahkan kepada hamba-Nya untuk senantiasa berdoa hanya kepada-Nya. Perintah Allah Swt. tersebut merupakan wujud kasih sayang kepada hamba-Nya, karena dengan berdoa seorang hamba dapat berinteraksi langsung dengan Tuhannya. Sebab doa adalah sarana komunikasi seorang hamba dengan Allah Swt. Jika seorang hamba senantiasa berinteraksi dengan Allah Swt., niscaya ia akan merasa selalu bersama-Nya. Dan hal itu adalah awal dari segala kebaikan.
Dengan berdoa seorang hamba mendapatkan ketenangan jiwa, kedamaian dan kesejahteraan hidup, sebab doa merupakan senjata utama bagi setiap orang yang beriman. Nabi Muhammad Saw. bersabda “Doa adalah senjata orang yang beriman, pondasi agama, dan cahayanya langit dan bumi”. Disebut senjata karena dengan berdoa seorang hamba akan mendapatkan ketenangan jiwa yang akan menumbuhkan kekuatan spiritual. Dan kekuatan spritual ini yang akan menciptakan kekuatan-kekuatan lain dalam pribadi seorang hamba.
Nabi Muhammad Saw. telah mengajarkan umatnya berbagai macam doa, misalnya doa yang diucapkan ketika akan memulai suatu pekerjaan, doa seteleh mengakhiri suatu pekerjaan, dan doa-doa yang diucapkan pada waktu dan tempat tertentu. Nabi Muhammad Saw. juga mengajarkan umatnya berbagai adab atau tata cara berdoa supaya doa yang dipanjatkan kepada Allah Swt. dapat diterima dan dikabulkan-Nya.
Diantara adab-adab berdoa yang telah diajarkan Nabi Saw. dan para Ulama ialah yakni bahwasanya Allah Swt. akan mengabulkan doanya, berprasangka baik kepada Allah Swt. ketika berdoa, khusyu’ dan khudhur, memuji Allah Swt. dengan asmaul husna, bersalawat kepada Nabi Muhammad Saw., memohon ampun atas dosa dan kesalahanya, menghadap kiblat, dan berdoa pada waktu-waktu yang mulia.
Maka selayaknya bagi setiap Muslim berdoa kepada Allah Swt. atas setiap kebutuhan atau keinginannya. Dengan terus memperhatikan adab-adab yang telah diajarkan oleh Nabi Muhammad saw. dan Ulama. Dan diantara adab berdoa lainnya ialah Nabi Muhammad Saw. pernah melarang sahabatnya untuk berdoa dengan lafadz demikian
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي إِنْ شِئْتَ اللَّهُمَّ ارْحَمْنِي إِنْ شِئْتَ
Artinya : Duhai Allah ampunilah aku jika Engkau berkenan dan ramhatilah aku jika engkau berkenan.
Lafadz doa yang seperti ini merupakan bentuk penghinaan kepada Allah Swt. karena dengan berkata “jika Engkau berkenan” seolah-olah Allah Swt. tidak berkenan mengampuni atau menganugerahi rahmat hamba-Nya, padahal sifat-Nya ialah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Dijelaskan dalam hadits Qudsi, bahwasanya kasih sayang Allah Swt. mendahului murka-Nya. Maknanya ialah Allah Swt. lebih suka menyayangi dan mengampuni hamba-Nya ketimbang memurkainya.
Maka tidak pantas bagi seorang hamba berdoa dengan berkeyakinan bahwa Allah Swt. tidak akan mengabulkan doanya atau berprasangka bahwa Allah Swt. tidak merahmati atau mengampuninya. Seorang hamba harus yakin bahwa Allah Swt. selalu mengasihi dan menyayanginya selama ia taat beribadah kepada-Nya.
Wallahu a’lam…