Kyai Zulfa Mustofa Persembahkan Syair untuk Mbah Wahab Hasbullah

Kyai Zulfa Mustofa Persembahkan Syair untuk Mbah Wahab Hasbullah

Pondok Pesantren Bahrul Ulum, Tambak Beras, Jombang menyelenggarakan acara Haul ke-51 Almaghfurlah KH. Abdul Wahab Hasbullah pada Sabtu, 11 Juni 2022. Banyak kyai tokoh yang turut hadir dalam acara tersebut, di antaranya adalah Kyai Zulfa Mustofa, Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama

Kyai Zulfa Mustofa Persembahkan Syair untuk Mbah Wahab Hasbullah

Pondok Pesantren Bahrul Ulum, Tambak Beras, Jombang menyelenggarakan acara Haul ke-51 Almaghfurlah KH. Abdul Wahab Hasbullah pada Sabtu, 11 Juni 2022. Banyak kyai tokoh yang turut hadir dalam acara tersebut, di antaranya adalah Kyai Zulfa Mustofa, Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama.

Dalam kesempatan tersebut, Kyai Zulfa Mustofa menyampaikan bahwa Mbah Wahab Hasbullah adalah salah seorang tokoh yang sulit untuk ditandingi dalam banyak hal.

“Kita ini sangat sulit untuk bisa mengikuti Mbah Wahab dalam semua hal, (baik itu) keilmuan, kecintaan kepada NU, dan sebagainya. Kita hanya berharap, datang hadir di sini untuk dapat (memperoleh) berkah dari Mbah Wahab Hasbullah.” Tuturnya.

Sebagaimana diketahui bahwa Mbah Wahab bukan hanya dikenal sebagai pendiri organisasi Nahdlatul Ulama, melainkan juga pelopor banyak pergerakan, baik lingkup Nasional maupun Internasional. Sebagai bentuk kekagumannya, Kyai Zulfa Mustofa mempersembahkan sebuah syair untuk Mbah Wahab.

“Saya ingin mempersembahkan sebuah syair untuk Mbah Wahab ini, dalam bahar basith.”

Dan inilah bunyi syairnya:

زُرْتُ بِحَمْدِ الرَّحْمَنِ مَعْهَدَ الْمُعْجَبِ

Dengan memuji Allah yang Maha Pengasih aku berkunjung ke sebuah pesantren yang mengagumkan

تَامْبَاكْ بِيْرَاسْ يُنْشِرُ فَوَائِدَ الْمَذْهَبِ

Tambak Beras namanya, menyebarkan faedah-faedah keilmuan yang luar biasa

عَبْدُ الْوَهَّابِ جَلِيْلَ الْعِلْمِ وَالْأَدَبِ

Mbah Abdul Wahab adalah sosok yang memiliki keluhuran ilmu dan budi pekerti

أَجَنَّ اللَّيْلَ فَكَيْفَ لَا فَوْقَ الْأَغْلَبِ

Yang senantiasa menghidupkan malam, maka bagaimana beliau tidak lebih mulia dibandingkan kebanyakan manusia

يَا لَمَعَاتِ الْخَلُقِ مِنْ نُوْرِ الْمُحْجَبِ

Wahai yang paling berkilau di antara manusia lainnya yang terhijab dari cahaya

فَالْحَمْدُ للهِ ذَا الْمَجْمَعُ بِالرَّحَبِ

Maka segala puji bagi Allah, mbah Wahab memiliki perkumpulan yang berpengaruh luas

فَخْرُ النَّهْضِيِّيْنَ فِيْ الشَّرْقِ وَفِيْ الْمَغْرِبِ

Kebanggan warga Nahdliyyin di seluruh penjuru bumi

لَوْلاَ هُمُ مَا عِشْنَا فَنَحْنُ كَالطُّحْلُبِ

Jika bukan karena mereka, kita tidak hidup kecuali layaknya lumut

مَا أَكْثَرَ الدُّعَاةَ مِنْ عُلاَّمَ الْيُوْتُوْبِ

Betapa banyak da’i dari golongan orang-orang yang terkenal di Youtube

فَأَفْتَى بِالْمَشْهَدِ بِلاَ رَجْعِ الْكُتُبِ

Dan mereka berfatwa hanya dengan melihat realitas tanpa merujuk kepada kitab-kitab

يَاحَسْرَةً لِلْغُوْغِلِ آخِذُ السَّبَبِ

Wahai merugilah orang-orang yang menjadikan Google sebagai sebab keilmuannya

وَإِنَّماَ الْعِلْمُ بِالْإِسْنَادِ وَالطَّلَبِ

Padahal seharusnya ilmu diperoleh dengan sanad yang jelas dan proses pencarian yang panjang

يَا رُبَّ طَالِبِ عِلْمٍ ظَاهِرِ الْجَلَبِ

Wahai para pencari ilmu yang mengerahkan segala upaya dzahir

فَعَوِّلاً بِالشُّيُوْخِ كَامِلِ الدَّرَبِ

Maka bersandarlah kepada para kyai dan guru agar proses menuntut ilmu menjadi sempurna

تِلْمِيْذُهُ الْبَنْتَنِيُّ يَرْجُوْ فَضْلَ الْقُرَبِ

Muridnya yang dari Banten (KH. Zulfa Mustofa) mengharapkan keutamaan dari kedekatan dengan mbah Abdul Wahab

فَبِالْقُرْبِ يُسْهِلُ الْمَطْلُوْبَ لمَ ْنَطْلُبِ

Dengan kedekatan itu barokah darinya lebih mudah didapatkan, sekalipun kita tidak memintanya

ياَ رَبَّنَا اجْمَعْنَا فِيْ النَّهْضَتِكَ الطَّرَبِ

Duhai Tuhan kami, kumpulkanlah kami dalam kebangkitan-Mu yang penuh suka cita

فِيْ الدَّارَيْنِ زُلْفَانَا بِزُمْرَةِ الذَّهَبِ

Kumpulkanlah kami bersama hamba-hambaMu yang shalih di dunia dan akhirat

Terlihat bahwa selain mengungkapkan kekaguman pada Mbah Wahab, Kyai Zulfa juga menunjukkan keprihatinannya terhadap fenomena yang terjadi saat ini, yang mana banyak pendakwah di media sosial yang dijadikan panutan, padahal mereka tidak menguasai kitab-kitab rujukan yang utama. Mereka seringkali “berfatwa” hanya berdasarkan “kira-kira”.

“Bayangkan, santri Tambak Beras, Denanyar, Tebuireng, Ploso, Lirboyo, Sarang, Sidogiri, yang banyak itu, yang kalau mau Bahtsul Masail persiapan sebulan, dan Bahtsul Masail-nya dari pagi hingga sore baru selesai. Yang ini (pendakwah di media sosial) tidak.” Jelasnya.

Keprihatinan tersebut memang cukup beralasan, mengingat mereka yang sebenarnya tidak begitu menguasai kitab-kitab rujukan utama, seringkali mudah membid’ahkan atau bahkan mengafirkan sesama umat Islam yang berbeda pandangan dengannya.