Berangkat haji merupakan mimpi semua muslim, terlebih orang-orang yang tidak memiliki kemampuan finansial yang memadai. Sehingga kita temukan beberapa orang yang memiliki mimpi untuk berangkat ke Baitullah, hingga menyisihkan rejekinya untuk menabung bertahun-tahun agar mampu berangkat ke Tanah Suci.
Sayangnya ada beberapa orang yang salah tujuan ketika berangkat haji. Secara jasmani, badannya memang berada di Tanah Suci, namun hatinya tidak. Bahkan sebagian orang, ada yang pergi haji agar disebut sebagai “Pak Haji”, ada juga orang yang pergi haji untuk jalan-jalan.
Dalam hal ini, almarhum Syekh Said Ramadhan al-Buthy salah satu ulama kenamaan asal Suriah, mengkritik perilaku-perilaku jamaah haji yang seperti ini.
Menurut Ulama Suriah ini, haji adalah menyucikan hati dari perkara duniawi, dan menggantinya dengan keihlasan untuk tujuan Allah SWT:
الحج هو الذي نظر إلي قلبه فطهره من سائر الغايات والأهداف الدنيوية، وملأه بالإخلاص لوجه الله عز وجل.
“Haji adalah memperhatikan hati, dan menyucikannya dari beberapa tujuan duniawi dan mengisinya dengan keikhlasan untuk Allah azza wajalla.”
Al-Buthi menambahkan bahwa berapa banyak orang sekarang yang berangkat haji, tetapi hanya jasadnya yang pergi dan menetap di Baitullah, akan tetapi hati dan rohaninya jauh dari unsur haji, dalam artian jauh dari kata memohon perlindungan kepada Allah, bahkan jauh dari arti ibadah kepada Allah.
Dari kritik Al-Buthy tersebut, ada satu hal yang harus diperhatikan saat ibadah haji, yakni niat dan konsistensinya. Jangan sampai saat beribadah haji, kita salah niat dan tujuan, atau niat awalnya sudah lurus, tetapi saat berada di sana kita terlena dan melenceng dari niat awal.
Bagaimanapun juga, niat adalah unsur utama diterimanya ibadah haji.
Wallahu A’lam.