Kota Balkh, Warisan Peradaban Islam di Afghanistan

Kota Balkh, Warisan Peradaban Islam di Afghanistan

Kota Balkh, menjadi salah satu warisan peradaban Islam terkenal yang ada di Afghanistan

Kota Balkh, Warisan Peradaban Islam di Afghanistan

Kota Balkh saat ini merupakan salah satu nama provinsi yang ada di Afghanistan. Letaknya berada di sebelah utara negara Afghanistan. Balkh merupakan kota kuno yang umurnya sekitar 3000 tahun lebih. Kota ini dibangun kira-kira 1500 sebelum masehi. Dulunya kota ini merupakan bagian dari wilayah Khurasan, dan juga merupakan kota tempat tinggal berbagai agama.

Sebelum Islam masuk ke wilayah ini, kota Balkh merupakan pusat agama Zoroaster dan ibu kota Dinasti Arsacid dari kekaisaran Parthia dan ibu kota kerajaan Yunani-Baktria.

Di Balkh, dulunya berdiri banyak kuil-kuil yang digunakan untuk menyembah dewa dan dewi para penganut Zoroaster. Dalam beberapa literatur sejarah, sebelum berada di bawah kendali pemerintahan Islam, kota ini silih berganti di bawah kendali kerajaan-kerajaan kuno sebelum masehi, seperti Indo-Scythians, Parthians, Indo-Parthians, KushanEmpire, Dinasti Sasanid dan lain sebagainya.

Di awal-awal abad masehi, kota Balkh banyak bertabur kuil Budha yang berhiaskan zamrud dan permata, bahkan Balkh pada waktu itu menjadi pusat ziarah agama budha seluruh dunia. Sehingga sebelum berada di bawah kekuasaan Islam, Balkh sangat kental dengan budaya Budha.

Kota Balkh pertama kali jatuh ke tangan pasukan muslim sekitar tahun 43 H/663 M, melalui pasukan yang dipimpin oleh Qais Ibnu Haitsam. Kota ini mulai dikenal publik ketika dibangun oleh Asad Ibn Abdullah, Gubernur Khurasan di masa Dinasti Umayyah.

Di masa Asad Ibn Abdullah ini lah, Balkh dijadikan sebagai ibu kota wilayah Khurasan pada tahun 118 H/735 M. Letaknya yang strategis dan menjadi pusat wilayah Khurasan dan dataran Persia yang begitu luas, kota ini dijuluki sebagai Ummul Bilad,.

Setelah kekuasaan Dinasti Umayyah berakhir, Balkh dikuasai oleh Dinasti Abbasiyah. Kota ini pertama kali ditaklukan Dinasti Abbasiyah melalui Abu Dawud al-Barqi, orang kepercayaan Abu Muslim al-Khurasani.

Setelah Dinasti Abbasiyah runtuh, kota Balkh silih berganti berada di bawah kekuasaan dinasti-dinasti seperti Shaffariyah, Samaniyah, Ghaznawiyah, Saljuk, Ghuriyah, Khwarizmiyah, dan Moghul.

Kota Balkh, sejak lama sudah dikenal sebagai kota yang sejuk dan nyaman, karena letaknya berada di pegunungan Paromisus, yang membentang dari pinggir perbatasan Afghanistan dengan dengan Iran Barat, serta Gunung Khush.

Letaknya yang sangat strategis, membuat para pengembara muslim menjadikan tempat ini sebagai persinggahan penting pada abad pertengahan, di antaranya adalah Ibnu Ruslan dan Ibnu Batuta, yang telah mencatat berbagai hal penting yang ada di kota ini dalam karya-karyanya.

Pada abad pertengahan, kota Balkh semakin bersinar setelah menjadi pusat pertemuan kelompok-kelompok sufi. Kota Balkh pada saat itu dikenal sebagai kota tujuan pengembaraan utama bagi para pencari spiritualitas, yaitu para sufi. Para darwisy, filsuf, ahli hikmah, teolog dari kota-kota seperti Samarkand, Naisabur, Shiraz, Baghdad, Aleppo, Konya dan juga dari wilayah India dan Tiongkok. Mereka kerap berkumpul di Masjid Khwaja Abu Nashr Parsa.

Kota ini juga menjadi tempat lahirnya sufi agung Jalaluddin ar-Rumi dan ulama-ulama besar lainnya, seperti Abu Sayd Al-Balkhi. Kota Balkh menyimpan banyak peninggalan peradaban Islam, di antaranya adalah Masjid Hijau, Masjid Haji Piyada atau Masjid No Gonbad/Noh Gumbad (Masjid Sembilan Kubah) yang dibangun sekitar tahun 7 Masehi dan masuk dalam situs bersejarah Unesco.

Di kota Balkh juga banyak makam para mullah, sufi, dan juga para pujangga. Salah satu makam yang ada di Balkh adalah makam pujangga Rabi’a al-Balkhi.

Wallahu A’lam.