Koruptor itu Kafir

Koruptor itu Kafir

Koruptor itu Kafir

Sosiolog Ibnu Khaldun dalam buku Muqaddimah memberi penjelasan bahwa akar dari perilaku korupsi adalah kehidupan mewah dari para elit penguasa. Kemewahan itu dibiayai dari uang korupsi/dengan cara-cara korup.

Artinya, di mana kemewahan meraja-lela di situ korupsi sedang menggurita. Dan, patut dicatat bahwa -masih menurut Ibnu Khaldun – korupsi (dan kemewahan) merupakan akar dari kebobrokan moral sebuah bangsa.

Oleh karena itu, Al Quran mengutuk keras mereka yang hidup bermewah-mewahan :

“dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya menta’ati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepatutnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya. (QS. Al-Israa :16).

Ayat di atas menandas-tegaskan bahwa kehancuran sebuah negeri disebabkan oleh mereka yang hidup mewah, yang durhaka pada kebenaran. Dalam bahasa agama, mereka yang durhaka pada kebenaran disebut “kafir “.

Makna lebih lanjut, segala bentuk praktik korupsi (termasuk kolusi dan nepotisme) yang ditujukan untuk memperkaya diri/golongannya, termasuk dalam kategori “kafir “, karena mereka durhaka pada kebenaran dan keadilan sosial.

Allah berfirman :

“sesungguhnya orang-orang kafir sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman “. (Al baqarah: 6)

Tak ada ceritanya orang korupsi hidup bersahaja. Di balik setiap praktik korupsi selalu menghasilkan gaya hidup mewah.

Atas dasar itulah, selama di Mekkah (dan juga Madinah), musuh bebuyutan Rasulullah adalah kaum kafir Quraisy yang hidup penuh kemewahan dan korup, menindas kaum jelata secara tidak adil.

Rezim korupsi selalu linear dengan penindasan dan kekerasan. Cak Munir, dalam sebuah kesempatan pernah bertutur ;”kekerasan dipakai untuk menutupi praktik korupsi sebuah rezim “.

Mereka yang melakukan korupsi dan hidup bermewah-mewahan merupakan kaum “kafir “yang sesungguhnya. Dari merekalah ketidak-adilan meraja-lela bak rayap di musim hujan.

Lebih lanjut, dalam Al quran juga dituturkan kisah tentang kaum Akiah, yang suka mencurangi timbangan.

Allah mengutus nabi Syuaib untuk memperbaiki akhlak buruk kaum Akiah itu, yang korup itu. Tetapi kaum Akiah durhaka pada kebenaran dan hancurlah kaum Akiah akibat korupsi.

Agaknya, para koruptor di negeri ini, mewarisi sifat buruk kaum Akiah yang suka mencoleng uang rakyat untuk kepentingan pribadi, untuk hidup bermewah-mewahan. Mengambil uang rakyat untuk menindas rakyat.

Semoga kita menjadi insan yang jauh dari perilaku korup dan bermewah-mewahan.