Konsep Piagam Madinah dan Nalar Kebangsaan

Konsep Piagam Madinah dan Nalar Kebangsaan

Konsep Piagam Madinah dan Nalar Kebangsaan

 

Salam satu isi pidato Presiden Jokowi saat haflah Maulid Nabi di Istaba Negara (19/12/2016) menegaskan tentang komitmen Nabi Muhammad membangun kekuatan politik kebangsaan. Dimana salah satu aspek kehidupan dalam bidang politik, Nabi memberi contoh dan keteladanan bagaimana membangun kontrak politik dengan semua unsur dan komponen masyarakat melalui Piagam Madinah.

“Piagam Madinah merupakan piagam negara tertulis dunia jauh sebelum munculnya deklarasi HAM yang dilahirkan oleh PBB pada 1948,” kata Jokowi. Piagam Madinah, lanjutnya, diatur hubungan pola negara, hubungan muslim dan non-muslim. Jelas sekali menghargai kemajemukan, suku, golongan dan agama. Kita bisa buktikan Islam rahmatan lil Al-Amin, Islam yang mengajarkan kedamaian, Islam yang menjadi rahmat bagi semesta alam, khususnya bangsa Indonesia.

Pada dimensi inilah kita perlu bersama-sama merenungkan makna Piagam Madinah sebagai dasar hidup berbangsa dan bernegara secara damai dan sejahtera. Setelah Nabi memutuskan untuk berpindah dari Makkah dan Madinah, maka yang diinginkan adalah ketenangan dan kebersamaan.

Kondisi Makkah yang saat itu tidak mendukung secara penuh dakwah Nabi, maka putusan hijrah adalah solusi terbaik. Sangat tidak mungkin ketika di Makkah menghadapi konflik, maka di Madinah akan kembali demikian. Oleh sebab itu, pondasi kebangsaan itu ditanamkan dengan baik dengan Piagam Madinah.

Dalam sebuah khutbah Jum’at, Nabi menyampaikan empat pesan utama: al-‘adalah al-insaniyyah (perikemanusiaan), asy-syura (musyawarah), al-wahdat al-islamiyyah (persatuan Islam) dan al-ukhwah al-islamiyyah (persaudaraan Islam). Empat pokok ini yang dijadikan bahan penguatan isi Piagam Madinah.

Pilihan Madinah sebagai destinasi hijrah ini membawa dampak perubahan mental keislaman. Madinah dikenal sebagai daerah kosmopolit dengan peradaban lebih maju. Oleh sebab itu, Nabi berani diajukan sebagai pimpinan bangsa sekaligus pimpinan agama.

Dari empat puluh tujuh point isi Piagam Madinah itu, Schacht menggarisbawahi ada enam asas yang diteguhkan oleh Nabi Muhammad: asas kebebasan beragama, asas persamaan, asas kebersamaan, asas keadilan, asas perdamaian dan asas musyawarah.

Enam asas itu kalau kita renungkan bersama hampir mirip dengan isi Pancasila. Oleh sebab itu, dasar hidup berbangsa dan bernegara dengan merujuk pada Piagam Madinah, bagi bangsa Indonesia sama dengan Pancasila. Baik masyarakat Madinah dan Indonesia, ingin meniru jejak Nabi Muhammad dalam meneguhkan nalar kebangsaan: guyub rukun dan damai.

NB: Artikel ini hasil kerjasama islami.co dan INFID