Kita Sering Mengucapkan Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin, Apa Maknannya?

Kita Sering Mengucapkan Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin, Apa Maknannya?

Kita Sering Mengucapkan Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin, Apa Maknannya?

Sebelumnya kita sudah membahas ungkapan al-hamdulillah berikut dengan sinonim kata al-hamd seperti al-madh, as-syukur dan ats-tsana. Ungkapan Alhamdulillah ini biasanya sering dilanjutkan dengan ungkapan berikutnya, yakni rabb al-alamin. Ada sebuah riwayat yang sering dikemukakan oleh banyak ahli tafsir bahwa ketika Nabi Adam pertama kali dimasuki oleh ruh dan hidup dan sebagai tanda hidupnya, ia bersin dan mengucapkan al-hamdulillah rabb al-alamin.

Dalam al-Quran juga sering kita temukan bahwa di akhir doa para penghuni surga disebu ungkapan al-hamdulillah rabbil alamin. Awal mula alam semesta ini diciptakan juga dengan lafal Alhamdulillah rabbil alamin dan di akhir perjalanan kehidupan ini juga Alhamdulillah rabbil alamin.

Karena itu, kita harus mengusahakan untuk mengawali dan mengakhiri semua amalan kita dengan al-hamdu lillah rabbil alamin.

Pertanyaannya kemudian, apa makna rabb al-alamin? Rabb al-alamin artinya ialah yang mengurus, menjaga dan merawat alam semesta. Perempuan yang mengurus rumah dan anak-anaknya disebut rabbat ad-dar. Demikian juga, perempuan yang diurus oleh satu keluarga di Arab disebut sebagai rabibah. Dari kata rabb ini kemudian diderivasikan konsep tarbiyatullah, yakni konsep mengenai bagaimana Allah memelihara alam semesta ini.

Kata rabb dengan kata-kata lain bisa juga diartikan sebagai pendidik. Ketika Allah itu mengurus, menjaga, dan merawat alam semesta ini, dengan sendirinya Allah juga mendidik. Berangkat dari perspektif ini, menurut sebagian pakar bahasa Arab, kata tarbiyyah diderivasikan dari kata rabb. Rabb juga dalam bahasa Arab bisa dalam pengertian sebagai pemilik. Dalam bahasa Arab misalnya ada ungkapan rabb al-ghonam yang berarti pemilik kambing dan ada juga ungkapan rabb al-bait yang berarti pemilik rumah.

Ada arti lain dari kata rabb ini seperti yang dikemukakan oleh penulis tafsir Majma’ al-Bayan. Dalam tafsir ini disebutkan bahwa rabb juga bisa berarti as-sayyid al-mutha yang artinya pemimpin yang ditaati. Kemungkinan dari kata rabb ini pula muncul dalam bahasa Ibrani istilah keagamaan seperti rabbi. Bahasa Ibrani dan bahasa Arab memiliki banyak kesamaan karena kedua bahasa ini lahir dari satu rumpun yang sama, yakni rumpun bahasa semit. Misalnya kata salam dalam bahasa Arab menjadi salom dalam bahasa Ibrani.

Sedangkan kata al-alamin berasal dari kata alam dan kata ‘alam sendiri berasal dari kata ‘alam yang berarti bendera atau tanda. Kata lain yang memiliki kedekatan dengan ‘alam ialah alamah yang sering diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sebagai alamat. Alamat adalah tanda dan cirri untuk mengetahui tempat seseorang. Dalam bahasa Arab, alamat atau address tidak disebut ‘alamah melainkan ‘unwan.

Mengapa alam semesta ini diartikan dalam bahasa Arab sebagai ‘alamah atau tanda? Dalam konsepsi al-Quran, seluruh alam ini adalah tanda-tanda Allah. Dalam surat ar-Rum ayat 22 misalnya disebutkan: “Dan di antara ayat-ayat-Nya adalah penciptaan langit dan bumi serta perbedaan bahasa dan warna kulitmu. Sesungguhnya dalam hal itu terdapat tanda-tanda bagi alam semesta.” Melalui ayat al-Quran ini kita dapat memahami bahwa alam ini adalah tanda-tanda Allah. Alam semesta ini adalah alamah akan adanya Allah. Kalau kita ingin mencari Tuhan, maka kita harus mencari alamat-Nya dan alamat-Nya ialah semesta raya ini.

Ada ahli tafsir lain yang mengatakan bahwa alam berasal dari kata ‘ilm yang berarti ilmu pengetahuan. Hal demikian karena dari pemahaman terhadap alamlah kita dapat memperoleh ilmu pengetahuan. Dengan menyebutkan Alhamdulillah rabbil alamin berarti Allah mengajarkan kepada kita bahwa jalan atau cara yang paling dapat mendekatkan diri kita kepada-Nya ialah dengan jalan mengenal alam; artinya dengan mengenal hukum-hukum semesta yang Allah terapkan kepada alam semesta ini secara keseluruhan.

Para ahli tafsir, melalui pemahaman mereka terhadap kata alam ini, menyimpulkan bahwa salah satu jalan untuk mengenai Allah adalah dengan memperhatikan bagaimana Allah memelihara dan menjaga alam semesta.

Menariknya lagi, jamak dari kata ‘alam pada lafal rabbul alamin ini berbentuk jamak mudzakkar salim. Dalam tata bahasa Arab, biasanya jamak mudzakar salim diperuntukkan bagi benda yang berakal. Dengan bentuk kata yang seperti ini, ada sebagian ahli tafsir yang memahami alamin ini sebagai manusia dan bukan alam semesta. Rasyid Ridha menukil pandangan Ja’far as-Sadiq yang menafsirkan bahwa kata alamin dalam rabb al-alamin itu bukan alam semesta tapi manusia. Jadi rabbul alamin sama saja artinya dengan rabb an-nas. Oleh karena itu, al-alamin dapat diartikan juga sebagai an-nas,yang berarti seluruh manusia, tidak berkenaan dengan benda-benda.

Ahli tafsir yang menafsirkan kata al-alamin sebagai manusia dapat ditemukan legitimasinya dalam Q.S. al-An’am ayat 90, Yusuf ayat 104 dan al-Furqan. Kendati demikian, ahli tafsir yang menafsirkan al-alamin sebagai alam semesta yang tidak hanya meliputi manusia melainkan alam jin, bebatuan dan alam lainnya mendapat legitimasinya juga dalam surat as-Syura ayat 23-24. Kedua pandangan ini bisa dikompromikan.