Kita Amat Kecil

Kita Amat Kecil

Kita Amat Kecil

Masih saja terngiang-ngiang pandangan Gus Mus tadi malam di Mata Najwa, tentang kekerdilan pengetahuan manusia. Itu seharusnya menyentak kesadaran kita semua. Gus Mus bilang bumi manusia ini teramat sangat kecil, bukan hanya bagai sebutir kacang hijau, malahan bagai setitik debu.

Maka bagaimana manusia bisa mengurai isi debu itu?  Gus Mus, dengan itu, tentu ingin mengingatkan agar manusia selalu bersikap rendah hati, tidak angkuh dan tidak sombong.

Dan aku bergumam sendiri dalam sepi :

Ya, dibandingkan dengan apa yang tidak kita ketahui, apa yg kita ketahui hanyalah setitik debu, bahkan tak ada apa-apanya di hadapan semesta raya, ciptaan Tuhan.

Lalu manakala pa Qurash Shihab mengurai makna kafir yg beragam itu aku ingat Iblis. Sebelum Tuhan menciptakan Adam ia adalah makhluk Tuhan yang mulia yang selalu memuji Tuhan bersama para malaikat. Tapi kemudian ia diusir Tuhan karena ia merasa diri lebih unggul dari Adam. Ia sombong dan arogan. Tuhan mengatakan :

وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ أَبَىٰ وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ

Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam,” maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur/sombong dan adalah ia termasuk golongan makhluk yang kafir”.

Iblis bukan tidak percaya kepada Tuhan. Tetapi Tuhan menyatakan ia termasuk kafir. Ahli tafsir memaknai “Innahu min al-Ashin”, dia termasuk makhluk yang durhaka kepada Tuhan.

Dia “fasiq ‘an Amr Rabbih”, dia menolak perintah Tuhannya. Jadi dapatkah kita menyimpulkan bahwa orang yang durhaka atau menolak perintah Tuhan adalah kafir?

Iblis rupanya merasa lebih tahu, lebih pintar dan lebih mulia daripada Adam. Merasa lebih mengerti daripada yang lain adalah bentuk kesombongan.

Seorang yang rendah hati akan ditinggikan, seorang yang tinggi hati akan direndahkan.