Kisahku Merayakan Natal Bersama Sahabat Muslim di Semarang

Kisahku Merayakan Natal Bersama Sahabat Muslim di Semarang

Ini kisahku sebagai seorang Katolik ketika merasakan cinta dari sahabat-sahabat muslim. Dan, iman kami pun tidak goyah.

Kisahku Merayakan Natal Bersama Sahabat Muslim di Semarang
Foto: Amadea/penulis

Adakah yang menarik pada foto di atas? Foto itu adalah perayaan Natal di Gereja Katedral Semarang. Tampak dalam foto beberapa anak sedang menerima bingkisan Natal. Tapi kok ada beberapa muslimat berjilbab di situ? Ngapain mereka di sana? Apa mereka ikut merayakan Natal? Di Gereja pula? Nah lo…

Sabar, tenang, dan selow dulu gaesss… Jangan terburu-buru curiga dan berprasangka. Betul mereka adalah muslimat. Mereka adalah mahasiswa UIN Walisongo Semarang dan anggota Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Semarang. Mereka nggak sedang mengikuti ibadah Natal di Gereja Katolik, kok. Mereka ini sedang membantu pembagian bingkisan Natal untuk anak-anak. Nah pertanyaannya, kok bisa mereka ada di sana?

Begini, Gaes, mereka ini peserta acara bernama “Srawung Persaudaraan Sejati Orang Muda Lintas Agama”. Acara ini diselenggarakan oleh Keuskupan Agung Semarang bekerja sama dengan Pelita Semarang, Lakpesdam NU Jateng dan Gusdurian Jateng-DIY. Sekadar info, keuskupan adalah istilah untuk Gereja Katolik yang ada pada suatu wilayah tertentu, misalnya Semarang, Jakarta, atau Bandung. Sementara srawung adalah istilah Jawa yang berarti gaul. Lalu gimana sih acaranya?

Intinya kaum muda dari berbagai agama di Jawa Tengah bekerja sama untuk mengadakan berbagai aktivitas bersama. Puncak rangkaian kegiatan ini sudah dilalui tepat pada Hari Sumpah Pemuda 2018 lalu dengan pameran, seminar, dan festival lintas agama. Namun sebelum (pra) dan sesudahnya (pasca) diselenggarakan berbagai kegiatan.

Kegiatan PraSrawung itu diselenggarakan di Semarang, Yogyakarta, Solo, dan Magelang. Di Semarang misalnya diadakan Srawung Kaum Muda Millennial ditandai dengan pentas teatrikal-video-musik-tari. Di Yogyakarta, diselenggarakan “Sahur Bersama” waktu bulan Ramadhan yang dihadiri Ibu Shinta Nuriyah Wahid.

Di Magelang ada acara “Ngudhar (Mengurai) Prasangka” untuk memahami ajaran agama lain secara lebih jernih dan tulus. Sementara di Solo, ada serangkaian kegiatan bertema “Srawung Ekologis dan Peka Kemiskinan” untuk menyadarkan fakta kerusakan lingkungan dan kepedulian untuk mengentaskan kemiskinan. Panitia untuk semua kegiatan itu adalah kaum muda lintas agama yang mampu bekerja sama dengan ciamik.

Nah, kegiatan bagi-bagi bingkisan Natal ini adalah salah satu acara PascaSrawung. Menyambut hari raya kelahiran Yesus Kristus (Isa Almasih), kaum muda Muslim diundang untuk berpartisipasi. Latifah, salah satu mahasiswi UIN Walisongo Semarang yang ikut serta dalam acara ini merasa antusias. Ini pertama kalinya ia rasakan suasana Natal langsung di dalam gereja. Ini juga kali pertama dia masuk Gereja Katedral Semarang meskipun sejak lahir dia hidup di Semarang.

Kenapa srawung? Sebab hanya lewat pergaulanlah hidup bersama dalam semangat Bhinneka Tunggal Ika di Indonesia dapat terjalin. Ternyata masalah perbedaan pendapat, kesalahpahaman, dan perpecahan antarumat beragama seringkali dimulai dari kurang gaul. Karena nggak pernah ketemu yang beda, muncul benih kecurigaan dan prasangka. Nah “api kecil” intoleransi inilah yang sering “disiram bensin” oleh kaum radikal dan intoleran sehingga menjadi besar. Nah, kegiatan srawung ini hendak memadamkan api intoleransi dan radikalisme lewat perjumpaan yang menyejukkan.

Dari srawung, kaum muda itu belajar bahwa perbedaan agama bukan halangan untuk bekerja sama dan bersatu padu. Terbukti kan, acara-acara yang mereka bikin bersama berjalan dengan lancar dan sukses besar.

Nah gimana dengan kalian, gaesss? Apakah kalian udah cukup gaul dengan teman-teman yang beda agama? Berani nggak kalian keluar dari zona nyaman dan berteman dengan yang berbeda?

Salam damai Natal dari Kota Lumpia Semarang. Wassalam.