Nabi Muhammad SAW merupakan keturunan Arab yang terlahir dalam keadaan yatim. Namun menurut Dr. Muhammad Abduh Yamani, keyatiman beliau tersimpan banyak hikmah, di antaranya didikan atau ajaran langsung dari Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW, Nabi akhir sebagai penyempurna risalah dari ajaran-ajaran Nabi sebelumnya. Aminah ibu nabi
Abdul Muthalib atau Syaibatul Hamdi, kakek Nabi Muhammad Saw menikahkan putranya yang bernama Abdullah dengan seorang perempuan yang memiliki nasab dan kedudukan baik di suku Quraisy, bernama Aminah binti Wahb bin Abdu Manaf bin Zuhroh bin Kilab. Ayah Aminah sesepuh atau konglomerat Bani Zuhroh yang mempunyai nasab dan kedudukan tinggi. Abdullah menikahi Aminah binti Wahb di Mekah.
Tidak lama setelah pernikahan antara Abdullah dan Aminah di kota Mekah, Abdul Muthalib mengutus Abdullah untuk pergi ke Syam untuk berperang. Sebabnya adalah perampasan barang dagangan suku Quraisy. Pada zaman jahiliyyah peperangan semacam ini sangat wajar dan seringkali terjadi. Ketika Abdullah melakukan perjalanan pulang dari Syam menuju kota Mekah, beliau singgah ke Madinah (saat itu masih bernama Yatsrib) untuk memetik hasil panen kurmanya. Namun, Abdullah mengalami sakit parah ketika di Madinah hingga meninggal dan dimakamkan di sana.
Menurut pengarang kitab Al-Rahiq Al-Makhtum, Shofiyurrahman Mubarakfury, Abdullah wafat dalam usia 25 tahun sebelum Nabi Muhammad SAW dilahirkan. Ketika kabar duka kematian Abdullah sampai ke masyarakat kota Mekah, suku Quraisy merasakan kehilangan yang begitu mendalam, terutama istri Abdullah, Aminah yang saat itu sedang mengandung seorang calon nabi utusan Allah SWT.
Abdullah meninggalkan lima ekor unta, seekor kambing dan budak perempuan bernama Barakah yang memiliki kunyah Ummu Aiman. Budak ini nantinya akan mengasuh Rasulullah SAW.
Salah satu kebiasaan bangsa Arab adalah mencari perempuan yang akan menyusui anak-anak bayi mereka guna menjauhkan anak bayi tersebut dari berbagai penyakit, kelak memiliki tubuh dan otot yang kuat.
Ketika Nabi Muhammad SAW lahir, Abdul Muthalib mencarikan perempuan terbaik dari Bani Sa’d yang akan menyusui Nabi, perempuan tersebut bernama Halimah binti Abi Duaib. Setelah Nabi Muhammad berusia enam tahun, Aminah mengajak beliau untuk berziarah ke makam ayahnya serta keluarganya dari keturunan Bani ‘Ady bin Najjar di kota Yatsrib ditemani oleh Halimah dan Ummu Aiman.
Perjalanan menuju kota Yatsrib ditempuh menggunakan unta. Setelah ziarah ke makam ayah Rasulullah dan para kerabatnya selesai, mereka melakukan perjalan kembali untuk pulang ke kota Mekah.
Sepanjang perjalanan, Aminah memberi perhatian lebih kepada Rasulullah SAW dengan mengajarkan beberapa hal sebagai seorang Ibu yang baik dengan penuh kasih sayang.
Di tengah perjalanan, Aminah jatuh sakit. Ia lalu memutuskan untuk singgah terlebih dahulu di suatu perkampungan yang terletak di antara Mekah dan Yatsrib, bernama Al-Abwa’. Kisah pilu Rasulullah pun berlanjut dengan wafatnya ibunya saat itu juga. Sebelum wafat, Aminah menatap Nabi Muhammad SAW dan membacakan syair:
بارك الله فيك من غلام
يابن الذي من حومة الحمام
نجا بعون المالك العلام
فودي غداة الضرب بالسهام
بمائة من إبل سوام
Engkau adalah seorang anak yang diberkahi Allah swt
Wahai anak yang ayahnya selamat karena sejumlah unta
Yang selamat karena pertolongan sang Penguasa
Dengan tebusan sejumlah seratus ekor unta
Aminah, ibu Nabi Muhammad SAW ini terkenal memiliki kepribadian yang baik dan pandai dalam bersyiir, bahkan sebelum wafatnyapun beliau sempat membacakan syiir untuk anaknya Rasulullah SAW. Aminah wafat dan dimakamkan di Al-Abwa’ saat Nabi Muhammad berusia enam tahun. Setelah itu, Nabi diasuh kakeknya Abdul Muthalib selama dua tahun dilanjutkan oleh saudara Ayahnya atau paman Nabi yaitu Abu Thalib.