Sahabat-sahabat Rasulullah Saw memang punya cerita masing-masing, ada yang menyenangkan, menegangkan, menyedihkan, menginspirasi, bahkan ada yang unik seperti kisah Abu Muslim Al-Khaulani.
Dikutip dari keterangan kitab Fathul Bari, Semasa Rasulullah Saw ada seorang sahabat unik bernama Abu Muslim Al-Khaulani. Dikatakan unik karena walaupun hidup sejaman dengan Rasulullah Saw, ia tidak pernah berjumpa Rasulullah Saw sampai akhir hayatnya. Atas dasar itu beberapa ulama mengkategorikan ia sebagai tabi’in, meskipun hidupnya semasa dengan para khuralafaur-rasyidin dan sahabat-sahabat seangkatannya.
Saking pengennya bertatap-muka dengan Rasulullah Saw, ia beberapa kali pergi ke Madinah. Namun takdir berkata lain, sebanyak ia ingin bertamu ke kediaman Baginda Nabi Muhammad Saw, sebanyak itu pula ia gagal.
Demi bisa bertatap muka dan ngobrol langsung, suatu ketika ia datang pada malam hari. Namun diperjalanan, ia mendengar kabar duka bahwa Rasulullah Muhammad Saw telah wafat seminggu yang lalu. Abu Muslim Al-Khaulani larut dalam kesedihan, dengan langkah yang berat, ia memutuskan kembali ke rumahnya.
Para tetangga, mengenal Abu Muslim Al-Khaulani seorang muslim yang sangat taat dan hebat, doanya sangat mustajab, namun di sisi lain, ia diuji mempunyai istri yang sangat judes.
Setelah melalui perjalanan selama berjam-jam, akhirnya ia sampai di rumah. “Uang belanjanya mas, bumbu dapur banyak yang habis,” rengek istri Abu Muslim dengan raut muka datar.Belum sempat duduk di kursi, Abu Muslim merogoh kocek, ia menemukan uang beberapa dirham lalu memberikannya kepada Istri.
“Ya Allah, Istriku, bukannya tanya kabar perjalananku ke Madinah dan bagaimana kabar Rasulullah Saw, baru sampai rumah langsung diminta uang belanja,” ucap Abu Muslim dalam hati dengan sabar.
Abu Muslim Al-Khaulani membersihkan diri lantas duduk di kursi teras rumah. “Uang belanjanya tidak cukup mas, kurang tepung buat bikin roti” kata istrinya ketika baru sampai depan rumah tanpa ekspresi.
“Iya, setelah ini aku belikan,” jawab Abu Muslim Al-Khaulani. Sambil berjalan menuju pasar, ia bingung mau beli tepung roti pakai uang apa, semua uang dirham di saku sudah dikasihkan istrinya.
Karena tidak ingin membuat istrinya marah dan tambah judes, ia memasukkan pasir ke dalam wadah yang dibawa. Setelah memberikannya kepada sang istri. Ia berencana langsung keluar rumah untuk mencari kerja serabutan di pasar.
Begitu sampai di rumah, Abu Muslim Al-Khaulani memberikan bungkusan itu kepada istrinya. Ia langsung cepat keluar rumah sebelum istrinya ngomel karena tahu isi bungkusannya.
Ia berjalan ke pasar sambil mencari-cari orang yang butuh bantuan pekerjaan, anehnya , sampai sore hari tak ada satupun orang yang butuh bantuan. Ia pun sadar omelan macam apa yang akan ia dapat ketika sampai di rumah. Ia berencana membelikan tepung roti sesuai yang dibutuhkan oleh istri setelah dapat bayaran.
“Bismillah, hamba ikhlas dan sabar menerima kekurangan dan kelebihan istri hamba ya Allah, Engkaulah yang maha tau segala-galanya” ucap Abu Muslim Al-Khaulani dalam hati.
Abu Muslim Al-Khaulani pulang dengan hati pasrah. Setelah ia buka pintu rumah, berapa terkejutnya, semua masakan sudah siap di atas meja makan, termasuk roti.
“Dari mana roti itu, memangnya tadi sudah beli tepung?” tanya Abu Muslim Al-Khaulani kepada istrinya.
“Bukannya kamu yang belikan, malah tanya ke saya” jawab istrinya dengan ketus.
Abu Muslim Al-Khaulani seketika sadar bahwa berkat ikhlas dan sabar saat menghadapi istri, doa-doanya menjadi mustajab. Abu Muslim makan dengan lahap sambil tersenyum dalam hati.