Kisah Seorang Ulama yang Meninggalkan Shalat Jamaah

Kisah Seorang Ulama yang Meninggalkan Shalat Jamaah

Bagaimana jika seorang ulama meninggalkan shalat jamaah?

Kisah Seorang Ulama yang Meninggalkan Shalat Jamaah

Suatu ketika Rasulullah SAW diminta untuk memberikan sebuah rukhshoh (keringanan) untuk umatnya yang kedua matanya sedang mengalami kebutaan. Awalnya nabi memberikan rukhshoh padanya untuk bisa melaksanakan sholat wajib di rumahnya sendiri, akan tetapi Rasulullah SAW bertanya terlebih dahulu apakah dia masih bisa mendengar, dia menjawab iya, maka kemudian rukhshoh itu dicabut oleh nabi sendiri dan kemudian kembali menganjurkan si buta tadi untuk tetap dapat shalat berjamaah di masjid.

Anjuran tersebur tidak hanya menjadi pegangan bagi sahabat nabi ketika beliau masih hidup saja, melainkan juga dipegang teguh oleh umat sesudah beliau wafat. Salah satunya adalah seorang bernama Ubaidillah Ibn Umar Al-Qawaririy Rohimaallahuta’ala.

Ubaidillah tidak pernah sekalipun meniggalkan shalat berjamaah di masjid, karena dia tahu betapa besar keutamaan sholat berjamaah di masjid. Akan tetapi suatu ketika beliau didatangi oleh seorang tamu yang membuat Ubaidillah merasa sangat nyaman, hingga dia lupa bahwa dia telah meniggalkan sholat Isya’ berjamaah di masjid.

Ketika mulai sadar dari kelalaiannya tersebut, Ubaidillah merasa sangat menyesalinya. Kemudian beliau mengelilingi seluruh masjid di kotanya untuk mencari masjid yang masih melaksanakan shalat berjamaah, akan tetapi ia tidak menemukannya.

Suatu ketika ia ingat bahwa satu kali shalat berjamaah itu setara dengan imbalan 27 kali lipat daripada shalat sendiri. Maka ia memutuskan untuk pulang ke rumahnya dan melaksanakan sholat Isya’ sebanyak 27 kali sendiri.

Setelah itu, ia tidur dan bermimpi. Dalam mimpinya tersebut ia mendapati sebuah golongan yang sedang mengendarai kuda. Mereka mengendarai kuda dengan sangat cepat. Ubaidillah dan kudanya mencoba untuk mengejar mereka. Akan tetapi semakin kuat dia mengejar golongan tersebut, semakin jauh dan semakin cepat golongan tersebut melaju.

Hingga salah seorang dari golongan tersebut berteriak kepada Ubaidillah, “Wahai Ubaidillah, seberapa engkau berjuang untuk menggapai golongan kami, engkau tidak akan mampu menggapainya,” kemudian Ubaidillah bertanya, “Kenapa bisa seperti itu?”

Kemudian orang tersebut menjawab, “Karena sesungguhnya kami semua adalah orang-orang yang melakukan sholat secara berjamaah, sedangkan engkau melaksanakannya dengan sendirian.”

Ubaidillah bangun dari tidurnya sembari menyesali kelalainnya karena tidak melakukan shalat berjamaah secara istiqomah.

Dari kisah tersebut dapat kita ambil pelajaran bahwa shalat wajib yang dilakukan secara berjamaah itu lebih baik daripda dilakukan sendirian, walau dilakukan sebanyak 27 kali tetap tidak bisa menggapai kelebihan sholat berjamaah.

WallahuA’alam.

 

Kisah ini disarikan dari “al-Minah as-Saniyah alal Washiyyah al-Mutabauliyah”