Untuk para pemula, sistem pembelajaran yang dipakai oleh Syekh adalah menghafal. Awal kitab yang didektekan yaitu kitab Mukhtashar al-Muzanni. Tepatnya pada kalimat:
هذا كتاب اختصرته
“Ini adalah kitab yang aku ringkas (dawuh al-Muzanni)”.
Kalimat ini agar dihafalkan dan esok harinya disetorkan pada sang guru. Al-Marwazi pun pulang dengan tanggungan menghafalkan kalimat pendek itu. Sesampainya di rumah ia tidak langsung istirahat ataupun rehat sejenak. Melainkan ia naik ke atas loteng rumah untuk terus mengulangnya sampai hafal.
Beliau terus ulangi kalimat pendek itu dari waktu isya’ hingga terbit fajar. Namun karena mata terasa berat, membuat dirinya tertidur lelap. Esok hari, saat ia terbangun, ternyata kalimat pendek yang dihafal semalam suntuk hilang tak tersisa dalam ingatan. Membuat dirinya resah, susah dan gelisah. “Aduh, apa yang hendak saya setorkan kepada guru saya?” keluhnya.
Namun Allah Maha pengasih pada hambanya. Saat ia keluar dari pintu rumah, seorang perempuan yang merupakan tetangga sebelah datang menghampirinya. Ia berkata,” Ya Aba Bakar, sungguh kami tidak bisa tidur semalam gara-gara perkataanmu ‘hadza kitabun ikhtashartuhu’“.
Dengan perantara ini, hafalan kalimat pendek itu diingat kembali. Lalu ia pun bergegas berangkat untuk setoran hafalan khawatir tidak diingat lagi. (AN)