Pada zaman al-Quthbul Ghauts, Sulthanul Awliya Syaikh Abdul Qadir al-Jailani hiduplah seorang tukang maksiat, tukang mabuk dan sering melakukan perbuatan terlarang lainnya. Dia dikenal sekitarnya sebagai orang fasiq, tak ada yang mau bergaul dengannya.
Suatu ketika, si Fasiq menemui Syaikh Abdul Qadir. Mereka terlibat diskusi yang cukup serius. Dalam situasi yang sedemikian, tampak si Fasiq bertanya sambil berlinang air mata dan dengan pandangan memelas. Sesekali pandangannya menyapu ke bawah dengan sangat dalam.
Tiba-tiba, terdengarlah suara yang sangat jelas dan tegas. Ternyata itu adalah suara Syaikh Abdul Qadir.
“Qadir!”
Beberapa saat kemudian, Syaikh Abdul Qadir mengulang perkataannya, “Qadir!” Tentu hal itu menimbulkan tanda tanya bagi yang mendengar, apa gerangan yang dibincangkan?
Di tengah rasa penasaran para muridnya, tiba-tiba terdengar lagi Syaikh Abdul Qadir yang mengatakan, “Qadir, Qadir, Qadir!”
Setelah si Fasiq kembali ke rumahnya, perubahan luar biasa terjadi. Si Fasiq menjadi seorang abid (ahli ibadah), berdiri dalam barisan orang-orang yang bertakwa. Bahkan, ada yang mengatakan beliau kemudian berubah menjadi salah satu dari wali Allah.
Lalu apakah yang mereka perbincangkan sebenarnya? Setelah si Fasiq pergi, para murid bertanya kepada guru mulianya itu. Syaikh Abdul Qadir pun menjawab, “orang itu bertanya kepadaku, apakah Allah bisa mengampuni dosanya?” Maka aku jawab, “Qadir!” Bahwa Allah itu Qadir, mampu berbuat apa yang dia kehendaki.
Syaikh melanjutkan, “Kedua, dia bertanya apakah Allah mampu menjadikan orang seperti dia memperoleh kedudukan seperti aku ini? Maka aku menjawab, ‘Qadir!” Bahwa Allah Maha Mampu menjadikan yang sedemikian.
“Selanjutnya, orang itu bertanya, Apakah Allah mampu menjadikan orang sepertinya memperoleh kedudukan seperti aku, dan menjadikan aku berubah menjadi senista dia?” Sambil menghela nafas, Syaikh menyatakan, “Maka aku menjawab, “Qadir, qadir, qadir.” Bahwa Allah SWT Maha Mampu berbuat yang sedemikian.
Itulah sekelumit kerendahan hati Syaikh Abdul Qadir al-Jailani. Bahwa, Allah Yang Maha Mampu, Yang Maha Kuasa, pastilah mampu dan kuasa merubah hati kita masing-masing. Lalu, kenapa setitik debu kebaikan kita, dapat menjadikan kita pongah?
Berkahilah kami dengan berkah Syaikh Abdul Qadir al-Jailani.
Wallahu A’lam.