Kisah Sukses para Pengusaha di Zaman Rasulullah

Kisah Sukses para Pengusaha di Zaman Rasulullah

Kisah Sukses para Pengusaha di Zaman Rasulullah

Ada empat orang suku Quraisy yang tercatat sebagai tokoh-tokoh bisnis masa lalu. Mereka adalah Hisyam yang lebih senang berkunjung ke Syam. Abd Syams memilih ke Habasyah, Al-Mutthalib ke Yaman, dan Naufal ke Persia. Sebelum mereka, justru para pedagang dari luar wilayah Mekah yang datang menawarkan dagangan, tetapi dengan kegiatan keempat tokoh itu, perekonomian masyarakat Mekah berubah dan kesejahteraan pun meningkat.

Selain empat tokoh tersebut, nama-nama keluarga Nabi lain yang aktif berbisnis adalah Abdullah bin Abdul Mutthalib, seorang pedagang regional, yang meninggal di Madinah saat kembali dari perjalanan bisnis dari Suriah menuju Mekah. Abbas bin Abdul Mutthalib, kreditur besar Quraisy, bahkan ayat dan hadits tentang riba di antaranya turun untuk mengingatkan praktik bisnis lamanya.

Abu Thalib, pedagang regional, pernah mengajak Nabi Muhammad ketika masih remaja untuk berbisnis hingga ke Bushra dekat Damaskus. Abu Sufyan, pedagang besar Quraisy, salah seorang terkaya di Mekah. Khadijah binti Khuwailid, investor terkemuka Quraisy, banyak menjalin hubungan bisnis dengan para agen untuk menjalankan bisnis regional. Salah seorang agen dagang tersebut adalah Nabi Muhammad. Ali bin Abi Thalib, pedagang Mekah. Abu Bakar, Umar, Utsman, Abdurrahman bin Auf, Thalhah, Zubair, Suhaib al-Rumi, semuanya adalah pebisnis yang sangat sukses dan mandiri, banyak menciptakan lapangan pekerjaan untuk masyarakatnya.

Mereka memiliki banyak sisi kehidupan. Tidak hanya menjadi tokoh agama, pendidik, negarawan, administrator, birokrat, ahli manajemen, panglima perang, ahli strategi perang, psikolog, mereka juga entrepreneur sukses dan miliarder supertajir. Sebagai entrepreneur, para sahabat telah membuktikan kesuksesan dalam mengelola bisnis. Kesungguhan dan kerja keras mereka membuahkan hasil gemilang. Melalui kesuksesan demi kesuksesan yang mereka raih, seolah-olah dunia berada dalam genggaman mereka. Kekayaan mengalir dalam hujan kelimpahan, keberkahan, dan terjauhkan dari kesusahan hidup. Abdurrahman bin Auf, salah satu entrepreneur tajir dan supersukses di Madinah sampai-sampai berkomentar, “Seandainya aku mengangkat sebuah batu, niscaya aku temukan sebongkah emas dan perak di bawahnya.”

Abdus Sattar al-Syaikh dalam bukunya Sepuluh Sahabat yang Dijamin Masuk Surga  mengungkapkan bahwa total kekayaan para sahabat Rasulullah mencapai angka 32 juta dirham atau sekitar enam triliun rupiah hingga 57.600.000 dirham atau kira-kira 11 triliun rupiah. Itu baru kekayaan berupa uang tunai, belum termasuk properti, perkebunan, rumah, emas batangan, kendaraan, piutang, hewan, dan lain-lain.

Apa yang membuat para sahabat sukses sebagai pengusaha kelas internasional dengan tumpukan kekayaan? Jawabannya tentu bukan hanya karena mereka adalah sahabat terdekat Rasulullah dengan berbagai kelebihan yang mereka miliki, melainkan kerja keras, profesionalisme, kejujuran, keahlian yang tinggi, manajemen yang baik, dan amanah juga sangat menentukan kesuksesan mereka. Abdurrahman bin Auf pernah membocorkan rahasia kesuksesannya melalui wawancara intensifnya dengan seorang laki-laki. “Apa yang menyebabkan usaha Anda menjadi mudah?” tanya seorang laki-laki kepadanya. Abdurrahman bin Auf menjelaskan, “Ada tiga. Pertama, saya tidak pernah menolak untung meski tidak banyak. Kedua, saya tidak pernah menunda pesanan orang meski hanya satu hewan. Ketiga, saya tidak menjual barang apa pun dengan sistem riba.”

Di Madinah, Mu’awiyah bin Abi Sufyan dan Talhah bin Ubaidillah adalah petani yang pertama membudidayakan gandum di Wadi Qanah, sebelah utara Madinah. Mu’awiyah menginvestasikan 10 kebun yang ditanami padi-padian dan kurma di sekitar Mekah dan Madinah, yang hasilnya setiap tahun bisa mencapai 150.000 muatan unta kurma dan 100.000 muatan unta gandum.  Amr bin Ash, memiliki tanaman anggur di Thaif sebanyak 1 juta pohon. Hamzah bin Abdullah bin Zubair memiliki 20.000 pohon kurma di Al-Furu. Al-Samhudi bekerja sama dengan Ja’far bin Talhah membeli tanah Umm Iyyal seharga 200.000 dinar. Tanah itu memiliki 20.000 pohon kurma dengan irigasi yang baik dengan pendapatan 4.000 dinar per tahun.

Disarikan dari Buku Jejak Bisnis Sahabat Rasul; Sejarah Kesusksesan yang Terlupakan