Alkisah, ada seorang kakek yang sudah beranjak senja. Tubuhnya sudah renta, jalannya sudah mulai goyang dan badannya gemetaran. Ia hidup bersama-sama dengan anak dan cucunya.
Suatu hari, piring yang biasa ia pakai makan terjatuh dan pecah. Seluruh makanan di dalam piring itu pun tumpah ke lantai, mengotori lantai dapur dan meja makan.
Melihat keadaan si kakek yang sudah demikian renta, istri anaknya mengusulkan supaya ia makan terpisah, tidak lagi makan bersama-sama dalam satu meja bersama keluarganya. Tidak hanya itu, ia juga dicegah supaya tidak masuk dapur lagi. Istri anaknya khawatir jika si kakek kembali memecahkan perabot dapur. Baginya kemudian disediakan piring yang terbuat dari kayu, agar lebih kuat dan tahan pecah. Singkat kata, si kakek diasingkan secara halus.
Suatu ketika, cucu si kakek yang paling kecil dan amat menyayanginya, menghampirinya ketika ia sedang makan di kamar. Sambil duduk di sampingnya, si cucu bertanya kepada si kakek:
“mengapa kakek diasingkan tidak makan bersama kami lagi? Dan mengapa pula kakek harus makan menggunakan kayu? Padahal keluarga kita punya piring yang bagus-bagus?”
Si kakek lantas menjawab, ”Cucuku, usiaku sudah renta. Berjalan saja kakek sudah goyang. Kakek juga makan dengan tangan yang gemetar. Kakek pernah memecahkan piring, dan rupanya ibumu tidak suka. Tidak mengapa kakek sekarang makan dengan piring kayu di kamar sendiri, biar kakek tidak memecahkan piring lagi.. lagipula piring kayu ini lebih tahan lama.”
Jawaban si kakek terus terngiang-ngiang di telinga si cucu kecil. Sampai keesokan harinya, si cucu kecil bergegas mengambil sebilah pisau dari dapur ibunya. Ia bergegas keluar rumah untuk mencari sepotong kayu.
Sang ibu melihat anaknya sedang sibuk sendiri dengan pisau dan kayu. Ia merasa aneh, kemudian bertanya: “Apa yang sedang kau kerjakan dengan pisau itu, nak? Untuk apa kau potong kayu-kayu itu?”
Si anak kecil menjawab: “Ibu, aku sedang mengolah kayu ini untuk kujadikan dua buah piring. Satu untuk ibu, satu lagi untuk ayah. Piring ini tidak gampang pecah. Nanti akan kuberikan jika ibu dan ayah sudah tua seusia kakek.”
Mendengar jawaban si cucu kecil, sang ibu merasa malu atas apa yang diperbuat kepada si kakek. Akhirnya ia tersadar, apa yang ia lakukan kepada orang tuanya merupakan perlakuan yang kurang layak bagi orang lanjut usia. Akhirnya ia sadar, dan kembali memperlakukan orang tuanya dengan baik dan kembali menyayanginya.
Baca juga kisah-kisah lainnya di Islami.co melalui tautan ini.