Pada satu kisah, terdapat satu Sahabat Nabi bernama Malik bin Rabi’ah, yang karib dipanggil dengan nama Abu Usaid. Layaknya para sahabat yang mempunyai keistimewaan, Abu Usaid ini mengamalkan wiridan rutin yang dia lakukan setiap hari, yaitu membaca surat al-Baqarah sebelum pergi ke tempat tidur. Amalan ini ia lakukan terus-menerus setiap hari.
Akan tetapi, namanya manusia, cepat atau lambat pasti dihampiri salah dan lupa.
Satu hari, Abu Usaid menjalani hari yang cukup padat, disibukkan dengan urusan dunianya. Sampai sepulangnya ke rumah, ia merasa kecapekan dari urusannya, sehingga malam itu dia lupa mengamalkan wirid membaca surat al-Baqarah sebelum tidur. Sehingga melalaikan apa yang selama ini istiqamah dia amalkan.
Setelah bangun tidur, ia bangun tergopoh-gopoh, sampai membaca lafal istirja’: innaa lillahi wa inna ilaihi rajiuun! Rupanya pada malam saat dia lalai membaca wiridnya, ia dihampiri mimpi buruk. Dalam mimpinya ia melihat seekor sapi mengejar-ngejar dirinya, siap untuk menyeruduk dengan tanduknya. Akhirnya ia menceritakan kepada temannya, betapa tidak enaknya mimpi diseruduk sapi.
Kisah ini ditulis oleh Imam Nawawi dalam kitab At-Tibyan fii Adabi Hamalatil Qur’an Bab Adab Penghafal al-Quran, sub-bab Orang yang Tertidur Meninggalkan Wirid. Disebutkan kisah sahabat yang unik ini:
وعن سليمان بن يسار قال : قال أبو أسيد رضي الله عنه : نمت البارحة عن وردي حتى أصبحت. فلما أصبحت استرجعت وكان وردي سورة البقرة فرأيت في المنام كأن بقرة تنطحني . رواه ابن أبي داود
Dari riwayat Sulaiman bin Yasar, berkata: Abu Usaid RA bercerita: Semalam aku tertidur dalam keadaan meninggalkan wirid rutinku, sampai aku terbangun. Ketika aku terbangun, sontak aku ber-istirja’ (mengucapkan innalillah) sebab wiridan yang aku lupakan adalah surat al-Baqarah, sehingga dalam tidurku aku melihat ada seekor sapi menyeruduk diriku!
Ketika seorang hamba lalai dalam hidup, Allah Swt. memberi pertanda (isyarah) kepada hamba-Nya lewat cara yang bermacam-macam. Bisa melalui pertanda atau teguran dengan musibah, cobaan, atau level yang cukup ringan, seperti halnya mimpi.
Wirid, atau amalan bacaan tertentu yang rutin dilaksanakan di waktu tertentu, merupakan hal penting dalam kehidupan kita. Baik berupa bacaan shalawat, atau bacaan ayat suci al-Quran. Dengan mengamalkan suatu wirid tertentu, ia bisa menjadi sarana (wasilah) diri kita memohon perlindungan kepada Allah Swt.
Dari kisah sahabat nabi ini bisa kita ambil hikmah bahwa amalan wirid itu memiliki keutamaan. Antara lain adalah sebagai pengingat dan penghubung antara Tuhan dan hamba-Nya. Jadi, wirid berfungsi sebagai semacam pengikat supaya kita terus ingat dan memohon perlindungan kepada Allah Swt. di segala langkah dalam menjalani hidup. Ketika kita terbiasa mengamalkan wirid tertentu, niscaya saat lengah, terpeleset, atau lalai membaca wirid, Allah Swt akan mengingatkan kita melalui cara yang bermacam-macam, bahkan kadang unik. Seperti kisah sahabat yang mimpi diseruduk sapi itu tadi.
Sama halnya ketika kita menerima sebuah bacaan atau amalan tertentu dari guru kita untuk dirutinkan. Amalan tersebut juga memiliki fungsi sebagai kabel penyambung antara kita dan sang guru. Selain dari sisi intelektual, juga pada aspek spiritual. Banyak dari teman-teman saya yang santri, ketika gaya hidupnya sedikit melenceng, atau lalai dalam mengamalkan ajaran sang guru, lantas sang guru menghampiri lewat berbagai macam cara, yang salah satunya lewat mimpi. Bahkan kadang ditegur atau dimarahi.
Akhirulkalam, hikmah mengamalkan wirid adalah supaya hidup kita selalu terjaga dan on the right track, berada dalam koridor yang tepat.