Kisah Qur’ani: “Demi Allah, Akulah yang Diusir Waktu itu!”

Kisah Qur’ani: “Demi Allah, Akulah yang Diusir Waktu itu!”

Kisah Qur’ani kali ini berisi tentang kisah yang cukup dalam maknanya

Kisah Qur’ani: “Demi Allah, Akulah yang Diusir Waktu itu!”
Salah satu candi di Yogyakarta bernama Barong, sebagai tanda spiritualitas timur. (Islamidotco/Hexa R)

Roda kehidupan terus berputar. Kadang kita berada di puncak kejayaan, kadang pula berada di dasar kelemahan. Fenomena ini telah menjadi hukum alam yang pasti terjadi. Tidak ada seorang yang selalu tersenyum, dan tiada pula orang yang selalu menangis.

Allah berfirman,

وَتِلْكَ الأيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللّهُ الَّذِينَ آمَنُواْ -١٤٠-

“Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami Pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran), dan agar Allah Membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir).” (Ali Imran 140)

 

Suatu hari, ada sepasang suami istri yang sedang menikmati suasana tenang dirumahnya. Mereka sedang menyantap hidangan lezat dengan menu ayam panggang spesial buatan sang istri. Ditengah kehangatan suasana itu, terdengar suara ketukan di pintu mereka.

Sang suami dengan wajah terganggu segera membuka pintu dan menemukan seorang miskin yang meminta makanan sedang menjulurkan tangannya. Seketika ia marah dan memaki si miskin itu. Kemudian ia segera pergi.

Setelah kejadian itu kehidupan keluarga ini semakin berantakan. Pekerjaan suami terus menurun, kekayaannya habis dan dia menceraikan istrinya.

Singkat cerita, sang istri telah menikah lagi dengan seorang lelaki yang cukup. Dan hari itu mereka sedang makan ayam panggang spesial buatan sang istri. Tiba-tiba ada seorang miskin yang mengetuk pintu untuk meminta makanan.

Si suami berkata kepada istrinya, “Berilah ayam ini kepada orang itu.”

Kemudian istrinya berjalan menuju pintu untuk memberikan ayam kepadanya. Betapa kagetnya ketika ia melihat ternyata pengemis itu adalah mantan suaminya sendiri. Dia segera memberikan makanan itu dan mendatangi suaminya dalam keadaan menangis. “Ada apa denganmu?”

Suaminya bertanya. “Pengemis itu adalah mantan suamiku dulu. Pernah suatu hari dia sombong dan mengusir orang miskin yang meminta makanan. Setelah kejadian itu dia mulai bangkrut dan akhirnya menceraikanku.”

Kemudian suami itu menjawab, “Demi Allah, akulah yang diusir suamimu waktu itu.”

Imam Ali bin Abi tholib pernah berpesan,

الدهر يومان : يوم لك ويوم عليك ، فإن كان لك فلا تبطر ، وإن كان عليك فاصبر، فبكليهما ستختبر

“Setiap masa itu memiliki dua hari. Hari yang menyenangkanmu dan hari yang menyusahkanmu. Pada saat hari itu menyenangkanmu, janganlah engkau sombong. Dan di saat hari itu begitu susah untukmu, bersabarlah! Dan dengan keduanya engkau akan diuji!”