Alkisah, di sebuah majlis milik orang Quraisy yang ada di Madinah ada seorang perempuan muda yang cantik dan bagus perawakannya, postur badannya semampai dan wajahnya elok sekali. Dia juga mempunyai suara yang sangat bagus. Di majlis tersebut, juga terdapat seorang pemuda yang buruk rupa, paling bodoh, dan paling dungu di antara yang lainnya.
Saat berada di majlis tersebut, perempuan yang cantik jelita itu sedang menyanyi dengan menghadap ke arah pemuda yang buruk rupa. Sebagaimana dikisahkan oleh Ibnul Jauzi dalam kitabnya Dzammul Hawa, di majlis tersebut tiba-tiba datang seorang pemuda yang wajahnya sangat tampan diantara yang lainnya. Pakaiannya sangat bagus dan aromanya sangat wangi.
Tuan rumah yang punya majlis tersebut kemudian keluar dan berbicara dengan orang yang hadir di majlis tersebut. Mereka berdua kemudian membahas tentang perempuan cantik yang bernyanyi di majlis tersebut dengan pemuda yang buruk rupa.
Tuan rumah kemudian bercerita kepada salah seorang yang hadir di majlis tersebut, jika perempuan yang cantik wajahnya itu mencintai pemuda yang buruk rupa. Namun, ternyata tidak ada mahabbah (cinta) di hati pemuda buruk rupa terhadap perempuan cantik yang mencintainya.
Sementara pemuda yang berwajah tampan, baunya wangi, dan pakaiannya rapi, ternyata mencintai perempuan cantik tersebut. Namun tidak ada cinta di hati perempuan tersebut untuk pemuda tampan yang mencintainya.
Tak lama kemudian, si pemuda tampan mendapatkan kesempatan untuk memperlihatkan kemampuannya berolah vokal. Dia pun melontarkan isi hatinya kepada si perempuan di depan banyak orang.
Kepada si perempuan, pemuda tampan tersebut bersenandung;
بيد الذي شغف الفؤاد بكم # فرج الذي ألقى من السقم
Untuk jantung hatiku, sampai kapan terbuka peluang dari meneguk penderitaan.
فاستيقني أن قد كلفت بكم # ثم افعلي ما شئت عن علم
Yakinkan aku, asalkan mendapatkanmu, akan kulakukan. Setelah itu, berbuatlah sesukamu hai cantik, asalkan penuh kesadaran.
Mendapatkan rayuan dari si pemuda tampan, perempuan itu kemudian menghadap ke arahnya dan menjawab, “aku sudah mengerti maksudmu, namun aku tidak dapat memberikan yang kamu inginkan.“
Tak lama kemudian, perempuan tersebut berpaling dari si pemuda tampan. Dia kembali menghadap ke pemuda buruk rupa yang telah memikat hatinya. Mereka berdua kemudian berhadap-hapan sesaat. Dan pemuda buruk rupa itu pun bersenandung untuk si perempuan yang sangat mencintainya;
ألا ليتني أعمى أصم تقودني # بثينة لا يخفى على كلاهما
Sekiranya aku buta dan tuli, maka aku akan dituntun berjalan. Perempuan cantik yang perkataannya aku tidak tersamarkan.
Mendengar apa yang diucapkan oleh lelaki buruk rupa yang dicintainya, perempuan itu kemudian berkata, “Ya Allah, berikanlah hamba-Mu itu (pemuda buruk rupa) apa yang sudah diminta.“
Kejadian itu ternyata membuat salah seorang yang hadir di majlis tersebut geram dan tidak sabar. Kepada si perempuan, dia berkata, “Wahai si durjana, apakah kamu lebih memilih pemuda ini, sementara dia lebih buruk dari berdosanya orang-orang yang berbuat kesalahan, dan mencampakkan pemuda ini, sementara dia lebih bagus dari taubatnya orang-orang yang bertaubat!”
Mendengar perkataan tersebut, si perempuan kemudian berkata, “Cinta itu bukan pilihan.!“
Tak berselang lama, si perempuan pun mendendangkan syairnya tentang cinta;
ولا تلم المحب على هواه # فكل متيم كلف عميد
Janganlah kamu mencela pecinta atas cintanya. Sungguh, setiap mutayyam (orang yang sedang diperbudak cinta) senantiasa memburu jantung hatinya.
يظن حبيبه حسنا جميلا # وإن كان الحبيب من القرود
Dia akan menganggap jantung hatinya mempesona. Meskipun jantung hatinya itu dari kera.
Orang yang hadir di acara tersebut lalu berkata, “Tentu saja, ia seperti yang kamu katakan. Dalam masalah ini, tidak ada rekayasaan.” Dia kemudian teringat dengan perkataan Umar bin Abi Rabi’ah;
“Mereka (perempuan) pada tertawa, sungguh mereka telah berkata untuk cinta. Ia itu indah di setiap mata yang memujanya.”
Tidak semua asmara dan cinta lahir karena adanya semacam kecocokan antara dua jiwa manusia dalam tabiat yang sama. Karena yang good looking belum tentu dicintai balik oleh yang good looking, dan yang buruk rupa belum tentu bisa mencintai balik yang good looking. Atau yang good looking belum tentu menarik hati yang buruk rupa.