Kisah Penggembala Kambing yang Kena Prank: Kepercayaan itu Mahal Harganya

Kisah Penggembala Kambing yang Kena Prank: Kepercayaan itu Mahal Harganya

Ini kisah yang mahal sekali harganya

Kisah Penggembala Kambing yang Kena Prank: Kepercayaan itu Mahal Harganya

Seorang pengembala bertubuh kekar sedang asyik memperhatikan kambing-kambing nya di bawah hijaunya pepohonan hutan. Saking lebat dan rindangnya hutan tersebut membuat siapa saja berpikir dua kali bila memasukinya sendirian.

Entah apa yang ada di benak pengembala, dengan spontan berteriak amat keras Serigala…, Serigala…, Serigala…, tolong…, tolong…, tolong…

Para pengembala lain dan warga yang tidak jauh dari tempat itu terperanjat kaget mendengar teriakan lantas berlarian menuju ke sumber suara. Para warga dan pengembala lain hanya melihat seorang pengembala dan beberapa kambing sedang makan rumput.

“Ada apakah gerakan sehingga engkau berteriak keras sambil menyebut serigala beberapa kali?”

Si pengembala bertubuh kekar malah tertawa terkekeh-kekeh hingga seekor kambing yang sedang makan rumput pun berhenti lalu menoleh kepada majikannya ini.

“Saya hanya iseng saja dan ingin teriak-teriak sekeras-kerasnya,” jawab si pengembala.

Mendengar jawaban tersebut para warga dan beberapa pengembala lain terlihat jengkel sambil berbondong-bondong kembali ke tempat mereka semula untuk melanjutkan aktivitas.

Ha ha ha, ha ha ha si pengembala tertawa semakin cekikikan melihat para warga dan pengembala lain berbalik arah dan melangkah.

Keesokan harinya si pengembala bertubuh kekar ini merencanakan hal serupa, merancang membuat prank kepada warga dan pengembala lain. Sesampainya di tengah hutan yang tidak jauh dari kejadian sebelumnya. Si pengembala berteriak kencang dan keras

“Ada Serigala, tolong…, tolong…, tolong…”

Tak lama kemudian beberapa warga dan pengembala lain berlarian ke sumber suara berniat ingin menolong orang yang berteriak minta tolong.

Sesampainya di lokasi, si pengembala bertubuh kekar tadi tertawa sangat keras sambil bicara “ada serigala besar dalam mimpiku semalam”. Ha.. ha… Ha…

Para warga dan pengembala lain pun kecewa karena telah dibohongi dua kali oleh si pengembala. Kendatipun melihat warga dan pengembala lain terlihat murka dan kesal, si pengembala bertubuh kekar ini melampiaskan kebahagiaan lantaran telah berhasil membuat prank sebanyak dua kali.

“Ha…, ha…, ha…,” ucap si pengembala bertubuh kekar. “Lihat itu, semakin keras saja tertawannya, saya khawatir jika di kemudian hari dia minta tolong lagi, pasti tidak digubris oleh para warga dan pengembala lain,” bisik salah satu warga kepada temannya.

Seminggu kemudian tepatnya saat matahari mulai terbit, si pengembala bertubuh kekar menuju ke kandang kambingnya, memasangkan tali pada leher kambing serta menyiapkan keperluan yang nantinya akan digunakan mengembalakan kambing-kambingnya sembari mencari kayu bakar di tengah hutan.

Belasan kambing ia giring menuju tengah hutan. Si pengembala bertubuh besar ini merencanakan prank berteriak melihat serigala dan minta tolong sekeras-kerasnya untuk yang ketiga kali.

Sesampainya di tengah hutan, si pengembala mengaitkan tali-tali gembalaannya di beberapa pohon besar. Merasa kebelet kencing, ia menuju ke sungai kecil tak jauh dari tempat mengembalanya. Ketika balik dari sungai kecil, si pengembala kaget bukan kepalang melihat Serigala besar sedang memangsa salah satu kambingnya.

Sambil mengendap-endap, si pengembala berjalan lebih dekat menuju ke arah kambing yang lain. Sejurus dengan itu Serigala juga mulai mendekat ke arah kambinng yang lain.

Ia tersadar bahwa ancaman serigala bukan saja kepada kambing-kambing peliharaanya melainkan kepada dirinya sendiri. Melihat Serigala bertubuh besar dan berperawakan tinggi meliriknya. Sontak si pengembala berteriak keras dan kencang, “Serigala.., Serigala.., Serigala..”, “Tolong.., tolong.., tolong..,”.

Suara keras dari pengembala tedengar keras dan menggaung di dalam hutan. Seorang warga bertanya kepada temannya, “kalian mendengar suara oang minta tolong?”. “iya”, jawab temannya. Beberapa pengembala saling pandang mendegar suara teriakan minta tolong tersebut.

Baik warga maupun pengembala yang mendengar teriakan minta tolong berpapasan di persimpangan jalan setapak kecil menuju ke dalam hutan.

“Bukankah itu suara pemuda bertubuh kekar yang seminggu lalu ngibulin kita?” tanya seorang pengembala saat berpapasan dengan para warga.

“Iya, betul. Serentak beberapa orang menjawab Bersama. “Sudah dua kali dia membohongi kita. Tidak ada alasan bagi kita untuk mempercayai terikan minta tolong tadi”, seorang warga meneruskan. Mari kita balik beraktivitas lagi.

 

Kisah ini termaktub dalam kitab Al qiro’ah Rasyidah Juz 1 karya Abdul Fattah Shobri dan Ali Umar terbitan penerbit Hidayah kota Surabaya.