Dituturkan oleh Abu Abdillah seorang dari golongan tabiin bahwasanya ada seorang pemuda soleh yang tinggal dekat rumahnya. Orangnya sangat pendiam. Salah satu yang paling menonjol dari perilakunya adalah saat adzan pemuda itu langsung datang ke masjid. Tetapi setelah selesai solat, ia langsung pulang ke rumahnya.
Hal itu berlangsung berulang kali. Tentu apa yang dilakukan oleh si pemuda menjadikan Abu Abdillah sangat penasaran. “Saya berharap ia berbicara atau meminta bantuan kepadaku,” gumam Abu Abdillah. Memang pemuda itu tak pernah berkomunikasi sama sekali. Dan ini menjadi sesuatu yang misterius dan bikin penasaran. Namun pada suatu hari pemuda itu tiba-tiba menyapanya.
“Wahai Abu Abdullah, apakah Anda memiliki mushaf yang bisa saya pinjam?,” katanya.
Pertanyaan itu membuat Abu Abdillah kaget. Ia senang bukan kepalang, karena pemuda itu mulai berkomunikasi dan minta tolong kepadanya. Maka segeralah Abu baduillah mengambil mushaf dan langsung diberikan kepadanya. Setelah menerima mushaf itu si pemuda berkata, “Hari ini akan terjadi sesuatu.”
Haripun berganti. Namun pemuda itu tidak kunjung hadir di masjid seperti biasanya. Abu Abdillah penasaran dan berfikir ada sesuatu yang menimpa si pemuda. Iapun kemudian mendatangi rumah si pemuda. Betapa terkejutnya Abu abdillah ketika membuka pintu rumah si pemuda tampak tidur dengan mendekap mushaf. Terlihat pula ember pembersih dan kain. Pemuda itu tampak tidak bergerak sama sekali ketika Abu Abdullah datang. Penasaran Abu Abdullah mendekati si pemuda.
“Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un…” ucap Abu Abdillah
Lantas Abu Abdullah pun memberitahukan kepada tetangga kabar duka itu. Setelah berembug akhirnya si pemuda akan dimakamkan besok pagi. Semalaman Abu Abdullah tercenung. Ia baru tahu bahwa pemuda tersebut hidup sebatang kara, bahkan tidak memiliki kain kafan. “Bagaimana ini?” pikirnya.
. “Alhamdulillah…” ucap Abu Abdullah melihat adanya kain kafan tertata rapi tersebut. .
Kemudian dengan perasaan senang dibawanya kain kafan itu ke rumah si pemuda. Abu Abdillah sangat yakin bahwa kain kafan utuh untuk si pemuda karena tidak ada orang lain yang meninggal di daerah itu di hari yang sama. Kemudian Abu Abdullah kembali ke masjid untuk menunaikan shalat Subuh. Namun usai solat ia dikejutkan dengan adanya beberapa ulama seperti Tsabit Al Banani, Malik bin Dinar, Habib Al Farisi dan Shalih
Dengan sedikit bingung Abu Abdullah berkata “Ada apa yang membuat Anda semua melakukan shalat Subuh di masjid ini?”
Salah satu diantaranya menjawab“ katanya ada tetanggamu yang meninggal?”
“Iya. Seorang pemuda yang sering shalat di masjid ini,” jawab Abu Abdillah
“Tolong antar kami ke rumahnya,” ungkap salah seorang diantara para ulama itu.
Sesampainya di rumah si pemuda, sufi besar Malik bin Dinar menyingkap penutup wajah pemuda tersebut. Betapa terkejutnya ia karena sangat kenal dengan wajah pemuda tersebut. “Sesungguhnya engkau adalah seorang pemuda yang ketika kediamanmu di sebuah tempat telah diketahui, maka engkau akan pindah ke tempat yang lain,” ungkap Malik bin Dinar
Rupanya pemuda itu sahabat dikenal oleh para ulama. Ia seorang sufi yang tidak ingin identitasnya dikenal banyak orang. Sejenak kemudian Malik bin Dinar berkata,” Pakaikan kain kafan yang saya bawa,” kata Malik bin Dinar.Namun yang lain juga menawarkan kain kafannya,
Namun Abdullah kemudian berkata, “Masya Allah… sepanjang malam saya memikirkan siapa yang bisa menyiapkan kain kafan untuk pemuda ini. Ternyata kalian semua membawanya. Namun sebelum Subuh tadi aku melihat cahaya dari arah mihrab. Ketika kuhampiri ternyata ada kain kafan yang tertata rapi di sana. “
“Masya Allah… kalau begitu pakaikan kain kafan itu. Karena itu adalah kain kafan dari malaikat,” kata mereka serempak.
Keajaiban tidak berhenti disitu. Seperti Uwais Al Qarni sahabat Rasulullah, saat jenazah dibawa keluar rumah, terlihat manusia dalam jumlah yang sangat banyak. Mereka siap menshalati dan mengantarnya ke pemakaman. Tetapi tidak diketahui dari mana mereka datang.