Banyak sekali fenomena yang terjadi di sepanjang tahun 2016 hingga 2018 ini, salah satunya, kita temukan fenomena orang yang merasa bangga dengan apa yang dilakukannya. Tidak terkecuali dengan mereka yang sedemikian bangga dan merasa seakan telah membela Islam, ulama, dan tauhid, hanya karena ikut demo turun ke jalan.
Begitu besarnya perasaan itu, sampai-sampai mereka berani menghina, mencerca, dan melecehkan siapapun yang tidak sefaham atau tidak sejalan dengan apa yang dilakukannya. Tuduhan bahwa orang-orang yang tidak turut ambil bagian itu sebagai munafik, lemah iman, dan sejenisnya seringkali mereka lontarkan baik melalui lisan ataupun tulisan.
Melihat fenomena tersebut saya jadi teringat dengan kisah Nasruddin yang merasa telah menolong bulan. Kisah tersebut banyak kita temukan di buku-buku humor Nasruddin Hoja, atau di sumber-sumber internet lainnya. Berikut ini saya kutipkan kisah lengkapnya:
“Suatu hari di bulan puasa, Nasruddin sedang berjalan-jalan hingga tiba waktu malam. Ia melewati sebuah sumur yang membuatnya penasaran dan ingin menengok ke dalam. Di dalam sumur itu ia melihat bayangan bulan. Ia kaget sedemikian rupa hingga membuatnya khawatir secara berlebihan. Dia bergumam: “Duh, bagaimana ini, kenapa bulan bisa terperosok ke dalam sumur. Wah…kalau rembulan ini tidak saya selamatkan, maka bulan puasa tak akan pernah berakhir, apa jadinya”
Nasruddin pun berfikir keras untuk menolong bulan. Akhirnya, ia mencari sebuah tali yang besar dan kuat. Ia lemparkan tali itu ke dalam sumur. Tali itu tersangkut kuat di sebuah batu besar. Dengan sekuat tenaga Nasruddin menarik tali tersebut. Saat ujung tali hampir sampai, Nasruddin terpental dan terjatuh. Dalam keadaan jatuh terlentang ia memandang langit dan melihat bulan sudah ada di atas ketinggian. Ia pun tersenyum manis. “Hemmm,, bisa juga aku menolongmu, untung saja aku lewat, kalau tidak, apa jadinya dengan nasibmu bulan. Bisa-bisa semua orang tidak jadi berhari raya”. , gumam Nasrudin sambil menggeleng-gelengkan kepala.
Dalam cerita tersebut, betapa Nasruddin sedemikian yakin bahwa dialah yang telah berhasil menolong bulan dari kejatuhan dan keterperosokannya. Padahal kita semua tahu, bulan tidak pernah jatuh, apalagi sampai terperosok ke dalam sumur.
Apa yang dilihat oleh Nasruddin di dalam sumur itu sebenarnya hanya bayangan. Nasruddin tidak bisa membedakan mana bayangan dan mana yang sesungguhnya. Ia sangat bangga dan merasa sebagai orang yang paling berjasa. Seakan tanpanya, bulan tak akan tertolong dari keterperosokannya.
Belajar dari cerita tersebut, kita semua memang berkewajiban membela agama, ulama, dan tauhid yang kita cintai ini. Tapi pastikan bahwa kita mengerti dengan baik, duduk persoalannya. Jangan sampai kita melangkah hanya karena provokasi atau aneka bentuk hasutan lainnya.
Bertanyalah kepada Kyai, guru-guru panutan kita. Beliau lebih mengerti hakekat yang sebenarnya. Beliau-beliau umumnya sangat arif dan lebih hati-hati dalam bersikap. Terlebih dalam mengambil tindakan. Tidak mudah terpancing, tidak mudah emosi. Beliau-beliau punya cara yang lebih baik dan lebih pas dalam menyelesaikan segala persoalan. Umumnya beliau punya prinsip, ibarat menangkap ikan. Dapatkan ikannya dan kalau bisa jangan keruhkan airnya.
Jangan sampai kita tertipu oleh bayangan seperti apa yang terjadi pada Nasruddin.
Wallahu A’lam