Suatu hari, Nasruddin Hoja mengumandangakan adzan zuhur di masjid. Beberapa tetangga sekitarnya justru asik mengobrol di depan rumah dan mereka bertingkah seolah-olah mereka tidak mendengarkan azan tersebut. Memang para tetangga itu jarang pergi ke masjid.
Dengan perlahan-lahan Nasruddin mengeraskan suaranya, tapi tidak ada yang berubah. Ia kemudian lari ke arah para tetangga itu sambil terus mengumandangkan azan. Beberapa tetangga mulai mengira ada sesuatu yang aneh terjadi pada Nasruddin. Maka mereka pun bertanya:
“Ada apa wahai Nasruddin Hoja? Kenapa engkau azan sambil berlari?”
“Aku penasaran seberapa jauh jangkauan suaraku, jadi aku berlari untuk mengejarnya” Jawab Nasruddin sambil terus berlari.
Kisah di atas memberikan kita pelajaran betapa kita sering melalaikan panggilan salat. Padahal jika saja kita mengetahui sesungguhnya azan adalah suara kerinduan. Kerinduan dari Dia yang Maha Pengasih, kepada kita semua. Dengan penuh kasih sayang-Nya kita diundang menuju perjamuan-Nya.
Kita dipanggil dan diseru untuk salat, bukan karena Allah bermaksud memberatkan hidup kita. Allah swt bahkan telah menyiapkan hidangan istimewa untuk kita. Dengan panggilan salat, Allah hendak membersihkan hidup kita dari segala noda dan dosa. Dengan panggilan salat, Allah hendak menyempurnakan nikmat-Nya kepada kita. Dengan panggilan salat, Allah hendak menanamkan jiwa penuh syukur kedalam hati kita.
Lalu, dimanakah kita saat ini berada?, Sedang apakah kita? Sudahkah kita bersegera menuju salat? Mengapa kita tidak segera menuju-Nya? Tidak bisakah kita merasakan getar kerinduan dari-Nya.
Dalam hadits, Allah swt berfirman: “Wahai hamba-Ku, berdirilah menghadap-Ku. Aku sambut kalian dengan berjalan. Dan berjalanlah menujuKu, Aku akan sambut dan hampiri kalian dengan berlari”(HR. Bukhari no. 6970 dan Muslim no. 2675).
Wallahu A’lam.