Kisah Nabi Yusuf Sang Penafsir Mimpi (Bag-1)

Kisah Nabi Yusuf Sang Penafsir Mimpi (Bag-1)

Kisah Nabi Yusuf Sang Penafsir Mimpi (Bag-1)

 

Hari demi hari,  tahun demi tahun pun berlalu. Nabi Yusuf masih menanggung penderitaannya dengan ikhlas berada di penjara. Terdapat dua orang baru, keduanya merupakan budak  lelaki raja, alasan mereka masuk penjara karena membuat raja marah.

Suatu hari Yusuf menanyakan pekerjaan keduanya sebelum masuk penjara. Salah seorang ada yang menjawab pekerjaannya sebagai penuang minuman Raja sedangkan yang satunya sebagai tukang masak untuk raja. Kemudian keduanya penasaran akan pekerjaan Nabi Yusuf kemudian ia pun menjawab “Aku adalah seorang penafsir mimpi.”

Semakin hari semakin banyak orang-orang yang masuk ke dalam penjara. Perlakuan Nabi Yusuf kepada semua orang sama, berbuat baik kepada sesamanya. Suatu malam saat semua tidur terlelap, seorang  tukang masak Raja bermimpi. Ia membawa roti di kepalanya dan terdapat burung yang sedang memakan roti tersebut. Sedangkan yang lainnya sedang memeras  anggur.

Lalu, salah satu dari mereka bertanya,“ Beritahukan pada kami tafsir mimpi itu. Sesungguhnya kami melihatmu diantara orang-orang yang berbuat kebaikan.” Di sini Allah memberikan Nabi Yusuf sebuah kemampuan yang menakjubkan, yakni menafsirkan sebuah mimpi. Yusuf mengetahui tafsiran mimpi tersebut  dan menafsirkannya seolah-olah melihat kebenaran dalam mimpinya.

Yusuf menyebarkan ajaran Allah

Di dalam penjara Nabi Yusuf mengajarkan kepada kedua tawanan itu untuk meyembah Allah yang Maha Esa. Yang mana Nabi Yusuf ingin mereka percaya penuh kepadanya, bahwa tiada Tuhan selain Allah. Maka ia pun berkata kepada mereka, “Aku mengetahui segalanya, bahkan termasuk makanan yang diberikan para sipir untuk kalian. Allah memberikan kepadaku pengetahuan. Itu dikarenakan aku menyembah Allah yang Maha Esa dan menolak penyembah berhala, aku mengikuti agama ayahku-Ibrahim, Ishaq dan Yaqub. Allah memberikan rahmat ini kepadaku, Ahlulbait dan manusia. Tetapi, banyak manusia yang tidak bersyukur( atas rahmat Allah ini).”

Keduanya mendengarkan dengan amat sangat seksama. Nabi Yusuf meyakinkan keduanya bahwa Allah itu kekal. Yusuf meyakinkan arti mimpi dari keduanya. Ia yakin bahwa setelah keluar dari penjara salah satu dari mereka akan melanjutkan pekerjaannya dengan Raja dan sisanya akan disalib yang kepalanya akan dimakan burung-burung.

Namun ketika di tengah pembicaraan orang yang bermimpi melihat roti di kepalanya menjadi ketakutan. Ia mengakui bahwa ia tidak bermimpi dan ia telah berbohong kepada Yusuf. Kemudian Yusuf menjawab, “Hal yang berkenaan dengan yang kau tanyakan telah ditetapkan.”

Pada Hari berikutnya keduanya keluar dari penjara. Si penuang minuman pergi menemui Raja dan melanjutkan pekerjaannya sedangkan Si tukang masak disalib. Seperti pernyataan mimpinya yang benar, maka dari situlah Si penuang minuman berjanji akan mengatakan kepada Rajanya  bahwa Yusuf tidak bersalah. Namun si penuang minuman lupa akan janjinya. Dengan sabar dan penuh keihlasan Nabi Yusuf percaya bahwa Allah tidak akan melupakannya.  [bersambung]