Suatu hari Abu Thalib ingin berdagang ke negeri Syam. Pada saat itu Muhammad kecil berusia 12 tahun, masih terlalu kecil untuk diajak berdagang. Oleh karena itu Abu Thalib memutuskan untuk berangkat sendiri tanpa Muhammad. Tapi, Abu Thalib merasa sangat berat hatinya untuk berjauhan dan meninggalkan Muhammad kecil. Dari Muhammad kecil hingga dewasa beliau sering sekali menemani pamannya untuk berdagang. dinaungi awan
Rombongan Quraisy telah siap untuk berangkat. Namun, Abu Thalib masih mondar-mandir, ragu terhadap keputusan yang telah beliau ambil. Abu Thalib pun duduk sambil melihat Muhammad kecil. Tanpa diduga, Muhammad kecil datang menghampiri Abu Thalib serta duduk di pangkuannya.
Abu Thalib merasa terharu, dan akhirnya dia berkata, “Wallah! Aku tidak akan meninggalkanmu dan kamu harus selalu berdampingan denganku untuk selama-lamanya.” Muhammad kecil pun merasa sangat gembira dan langsung bergegas ke biliknya untuk berkemas dan menata perbekalan yang dibutuhkan nantinya. Setelah itu beliau menunggang kendaraan dan duduk di belakang paman tercintanya.
Abu Thalib, Muhammad kecil dan rombongan Quraisy lainnya segera berangkat ke negeri Syam. Ini merupakan momen pertama kalinya Muhammad kecil berkelana di gurun pasir. Hari demi hari telah terlewati, tempat demi tempat di lalui, kota Syam sudah di depan mata, tetapi rombongan ingin berhenti untuk melepaskan lelah dan beristirahat sejenak.
Tiba-tiba seorang Rahib keluar dari peristirahatannya. Sebelumnya, setiap kali Abu Thalib dan rombongannya melewati persinggahan, dia tidak pernah keluar. Rahib mendatangi rombongan Quraisy, Abu Thalib, dan Muhammad kecil, tiba-tiba dia mengambil tangan Muhammad kecil dan mengatakan:
هذا سيد العالمين ! هذا رسول رب العالمين ! هذا يبعثه الله رحمة للعالمين !
“Inilah penghulu alam semesta, inilah utusan Rabb alam semesta. Dia diutus oleh Allah SWT sebagai rahmat bagi alam semesta,” ujar sang rahib.
Para pemuka Quraisy mengatakan, “Apa yang anda ketahui tentang anak ini?”
Rahib pun mengatakan:
إنكم حين أشرفتم من العقبة لم يبق شجر و لا حجر إلا خر ساجدا و لا يسجدون إلا لنبي و إني أعرفه بخاتم النبوة أسفل من غضروف كتفه
“Sesungguhnya ketika kalian muncul dan naik menuju padang bukti, tidak ada satu pun dari bebatuan dan pohon-pohon melainkan bersujud kepadanya dan mereka tidak akan bersujud kecuali kepada seorang Nabi. Dia lah Nabi yang lama dinanti,” papar Rahib.
“Apa artinya semua itu?” tanya orang Quraisy yang ada di dalam pendapa sang rahib.
“Sesungguhnya aku dapat mengetahuinya melalui tanda kenabian yang terletak pada bagian bawah tulang rawan di pundaknya yang mirip buah apel,” jawab Sang Rahib.
Tak lama kemudian, Nabi Muhammad SAW beserta rombongan Quraisy yang lain dijamu oleh sang rahib. Telah disiapkan berbagai macam hidangan makanan dan minuman untuk menghilangkan rasa lapar dan haus selama perjalanan.
Para rombongan Quraisy pun tak menyia-nyiakan jamuan makan yang diberikan oleh sang rahib. Bahkan, sang rahib pun juga membuatkan makanan buat perbekalan para rombongan untuk dimakan selama perjalanan.
Setelah itu, Nabi Muhammad SAW pun dipanggil untuk menemui si rahib. Saat itu pula, ketika Rasulullah berjalan, tiba – tiba saja awan menaungi beliau. Rahib pun semakin yakin dengan kenabian Muhammad SAW.
Yang lebih mencengangkan lagi. Ketika Nabi Muhammad SAW berjalan, selain dinaungi awan, pohon yang sebelumnya menaungi orang Quraisy di tempat duduknya, tiba-tiba saja pohon-pohon itu beralih menaungi Muhammad. Semua orang dibuat takjub dengan apa yang terjadi di sekitarnya. Padahal, mereka belum pernah sekalipun melihat kejadian aneh seperti itu.
“Lihatlah, naungan pohon ini pindah kepadanya (Nabi Muhammad SAW). Bukankah ini suatu mukjizat dan bukan sihir?!” kata Rahib sambil mengucapkan salam perpisahan.
Rasulullah SAW memang memiliki banyak mukjizat untuk menunjukkan kebesaran Allah SWT kepada umatnya. Selain mampu mengeluarkan air di sela-sela jarinya, beliau juga memiliki mukjizat lain. Salah satunya adalah awan yang bergerak mengikuti Rasulullah dan melindungi beliau seperti dalam kisah di atas. (AN) dinaungi awan
Wallahu a’lam bisshowaab.