Kisah Muadzin yang Rela Keluar dari Agama Karena Diperbudak Cinta

Kisah Muadzin yang Rela Keluar dari Agama Karena Diperbudak Cinta

Kisah Muadzin yang Rela Keluar dari Agama Karena Diperbudak Cinta

Di Baghdad, pernah hidup seorang lelaki yang dikenal dengan nama Shaleh. Profesinya adalah seorang muadzin. Dia menjadi muadzin sudah cukup lama, kurang lebih sekitar empat puluh tahun. Ibnul Jauzi dalam kitabnya Dzammul Hawa menjelaskan bahwa dia juga seorang lelaki yang shaleh dan berperilaku baik.

Suatu ketika, dia naik ke menara untuk mengumandangkan adzan. Pada waktu itu belum ada pengeras suara. Saat naik ke menara, Shaleh si muadzin tiba-tiba melihat seorang perempuan yang merupakan putri seorang lelaki nasrani yang rumahnya dekat dengan masjid tempat Shaleh Muadzin.

Melihat perempuan tersebut, Shaleh pun jatuh hati kepadanya. Getar-getir cinta terasa di dadanya. Dia kemudian turun untuk mendatangi rumahnya, dan mengetuk pintu rumahnya. Perempuan tersebut kemudian bertanya, “siapa?”

Shaleh lalu menjawab, “Shaleh Muadzin.”

Perempuan nasrani tersebut kemudian membukakan pintu untuknya. Ketika pintu terbuka, Shaleh langsung masuk dan merangkul erat perempuan tersebut dan berkata, “aku menginginkanmu.” Si perempuan itu pun berkata, “kalian adalah orang-orang yang memegang amanat. Perbuatan khianat apa yang telah kamu lakukan ini!

Shaleh pun menjawab, “kamu harus mau melakukan apa yang aku inginkan. Apabila tidak, maka aku akan membunuhmu.

Mendengar perkataan Shaleh, si perempuan nasrani berkata, “Tidak. Kecuali kamu meninggalkan agamamu.” Dan Shaleh pun menjawab, “aku telah berlepas diri dari Islam dan apa yang telah dibawa oleh Muhammad

Shaleh kemudian mendekati perempuan tersebut. Namun si perempuan langsung berkata, “sesungguhnya kamu mengatakan hal itu karena agar kamu dapat melakukan maksud dan tujuanmu, kemudian setelah itu kamu akan kembali ke agamamu. Makanlah daging babi.”

Diperintah seperti itu, Shaleh pun menuruti perintah perempuan yang dicintainya tersebut. Shaleh yang telah dikuasai oleh hawa nafsu yang dibungkus dengan cinta, akhirnya pun memakan daging babi.

Dan ternyata tidak hanya sampai disitu saja. Setelah Shaleh disuruh makan daging babi dan memakannya, si perempuan kembali menyuruhnya untuk meminum khamer dan salah pun menuruti kemauan perempuan yang telah membuatnya jatuh hati tersebut.

Setelah minum khamer dan minuman tersebut telah membuatnya mabuk. Shaleh kemudian berusaha mendekati si perempuan, namun si perempuan langsung mengusir Shaleh dan menutup rumahnya. Perempuan itu kemudian berkata, “naiklah kamu ke atap, hingga ayahku datang. Di akan menikahkanku denganmu.

Karena sudah dibutakan oleh cinta dan dikuasai oleh hawa nafsunya, Shaleh akhirnya naik atap. Namun, saat naik ke atap dia terjatuh dan akhirnya meninggal dunia. Melihat hal tersebut, perempuan nasrani langsung keluar dan membungkus Shaleh Muadzin dengan permadani.

Hingga akhirnya sang ayah pulang. Dan anak perempuannya kemudian menceritakan kejadian tersebut. Sang ayah kemudian mengeluarkan jenazah Shaleh Muadzin di waktu malam dan membuangnya di jalan.

Antara nafsu dan cinta memang kadang sulit dibedakan, bahkan banyak terjadi perilaku-perilaku yang dilarang agama sering dilakukan atas nama cinta. Padahal itu semua hanya nafsu yang tidak bisa dibendung oleh manusia.

Karena nafsu dan cinta sangat beda. Nafsu hanya mencari kesenangan sesaat, sedangkan cinta adalah ujian, kesabaran dan penghormatan. Perasaan cinta memang bisa datang kepada siapa saja, namun jika hal itu mengajak kepada hal-hal yang dilarang dalam agama dan hanya mencari kepuasaan semata, bukanlah cinta. Namun hanyalah nafsu yang berujung pada petaka.

Kisah di atas juga memberi peringatan kepada kita semua, tidak ada yang menjamin bahwa kita akan khusnul khotimah. Oleh sebab itulah, Rasulullah saw mengajarkan kepada kita semua agar selalu berdoa dan memohon kepada Allah agar diberi petunjuk dan hidayah, salah satu doa tersebut adalah:

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً  إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ

Artinya: Ya Rabb kami, janganlah Engkau condongkan hati kami kepada kesesatan setelah Engkau berikan petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau maha pemberi.

Selain itu, kisah di atas juga mengajarkan kepada kita semua untuk tidak mudah tertipu dan bangga dengan amal yang shaleh yang telah kita lakukan. Karena kita tidak tau pasti dengan apa Allah swt menutup ceita hidup kita di dunia. Karena hati manusia berada di antara kekuasaan, dan tentunya jika Dia berkehendak akan dengan mudah membolak-balikkan hati para hambanya. Oleh sebab itulah, manusia diperintah selalu memohon kepadanya. Termasuk memohon keteguhan hati, salah satunya melalui do’a yang pernah dipanjatkan oleh Nabi Muhammad saw:

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ، ثَبِّتْ قَلْبِيْ عَلَى دِيْنِكَ

Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku pada agama-Mu.

Selain diperintah untuk berdoa, manusia juga diperintah untuk menundukkan hawa nafsunya dan menjauhi perbuatan yang dilarang oleh agama.