Kisah Masuk Islam Umar bin Khattab dalam Pandangan Muhammad Husain Haikal

Kisah Masuk Islam Umar bin Khattab dalam Pandangan Muhammad Husain Haikal

Kisah Masuk Islam Umar bin Khattab dalam Pandangan Muhammad Husain Haikal
Umar bin Khatab
Muhammad Husain Haikal lahir di Kafr Ghanam, Sinbillawain, Dagahlia, Mesir, pada 20 Agustus 1888. Selama hidup ia cukup banyak mengembang jabatan. Selain itu ia juga aktif dalam menulis. Salah satu karyanya adalah Al-Faruq Umar. Ia meninggal pada 8 Desember 1956.
Dari cerita yang maklum diketahui, Umar masuk Islam sesudah terdapat empat puluh lima orang laki-laki dan dua puluh perempuan. Menurut peninjauan Ibn Katsir dalam Al-Bidayah Wan Nihayah Umar masuk Islam sesudah kaum Muslim hijrah ke Abisinia, dan jumlah orang yang hijrah itu hampir mencapai sembilan puluh orang laki-laki dan perempuan.
Berita yang paling terkenal tentang masuk Islamnya Umar menyebutkan berawal dengan tidak tahan lagi Umar melihat seruan Muhammad yang telah memecah belah keutuhan Quraisy dan membuat kawan-kawannya berada dalam siksaan. Konon ketika Nabi menyerukan kepada pengikutnya yang awal untuk hijrah ke Abisinia Umar merasa kesepian.
Sumber mengenai Um Abdullah binti Abi Hisyam sebagaimana dikutip Muhammad Husain Haikal menyebutkan bahwa ia berkata: “Kami sudah akan berangkat takala Umar bin Khattab datang dan berhenti di depan kami, yang ketika itu masih dalam syirik. Kami menghadapi berbagai macam gangguan dan siksaan dari dia. Ia berhenti dan berkata kepada kami: ‘Jadi juga berangkat, Um Abdullah?’ Saya jawab: ‘Ya! Kami akan keluar dari bumi Allah ini. Kalian mengganggu kami dan memaksa kami.’ Dia berkata lagi: ‘Allah akan menyertai kalian.’ Saya lihat dia begitu terharu, yang memang belum pernah saya lihat. Kemudian dia pergi, dan saya lihat dia sangat sedih karena kepergian kami ini.”
Sumber lain menyebutkan bahwa Umar memang sangat sedih karena sesama anggotanya telah pergi meninggalkan tanah air, setelah mereka disiksa dan dianiaya. Menurutnya, keadaan yang demikian akan dapat diakhiri apabila ia membunuh Muhammad. Konon suatu pagi Umar pergi dengan pedang terhunus di tangannya hendak membunuh Muhammad dan beberapa sahabatnya yang sedang berkumpul di Darul Aqram, Safa. Jumlah Muhammad dan sahabatnya pada saat itu diperkirakan empat puluh orang laki-laki dan perempuan.
Muhammad Husain Haikal menceritakan bahwa dalam perjalanan Umar bertemu dengan Nu’aim bin Abdullah yang lalu menanyakan: “Mau ke mana?” dan dijawab oleh Umar: “Saya sedang mencari Muhammad, itu orang yang sudah meninggalkan kepercayaan leluhur dan memecah belas Quraisy, menistakan lembaga hidup kita, menghina agama dan sembahan kita. Akan saya bunuh dia!.”
Lanjut Muhammad Husain Haikal meneruskan sebuah percakapan:
 “Anda menipu diri sendiri, Umar. Anda kira Abdu Manaf akan membiarkan anda bebas berjalan di bumi ini jika sudah membunuh Muhammad? Tidakkah lebih baik anda pulang dulu menemui keluargamu dan luruskan mereka!”. “Keluarga saya yang mana”, tanya Umar. Kawannya itu menjawab: “Ipar dan sepepu anda Sa’id bin Zaid bin Amr, dan adikmu Fatimah binti Khattab. Kedua mereka sudah masuk Islam dan menjadi pengikut Muhammad. Mereka itulah yang harus anda hadapi.”
Tidak lantas meneruskan perjalanan, Umar memutuskan untuk pulang menemui adik perempuan dan iparnya. Diceritakan ketika itu Khabbab bin Al-Arat sedang memegang lembaran-lembaran Alquran dan membacakan kepada mereka Surat Ta-Ha. Ketika berada dekat dengan rumah, Umar masih mendengar bacaan Khabbab. Begitu masuk Umar lantas menanyakan:
“Saya mendengar suara bisik-bisik apa itu?”. “Saya tidak mendengar apa-apa,” jawab Fatimah. “Tidak!” saut Umar, “Saya sudah mendengar bahwa kamu berdua sudah menjadi pengikut Muhammad dan agamanya!”. Umar berkata demikian sembari menghantam Sa’id bin Zaid. Fatimah yang konon hendak berusaha melindungi suaminya juga mendapat pukulan.
Melihat darah di muka adiknya itu, Umar merasa menyesal, dan menyadari apa yang telah diperbuatnya. “Kemarikan kitab yang saya dengar kalian baca tadi, akan saya dengar apa yang diajarkan Muhammad” kata Umar. Fatimah berkata: “Kami khawatir akan anda sia-siakan”. “Jangan takut”, saut Umar. Ia pun kemudian bersumpah demi dewa-dewanya bahwa ia akan mengembalikannya bilamana sudah selesai membacanya.
Sesudah sebagian dibacanya, Umar berkata: “Sungguh indah dan mulia sekali kata-kata ini!”. Mendengar kata-kata itu Khabbah yang sejak tadi sembunyi keluar dan berkata: “Umar, demi Allah saya sangat mengharapkan Allah akan memberi kehormatan kepada anda dengan ajaran Rasul-Nya ini. Kemarin saya mendengar ia berkata: ‘Allahumma ya Allah, perkuatlah Islam dengan Abul Hakam bin Hisyam atau dengan Umar bin Khattab’. Berhati-hatilah Umar!.”
Seketika itu juga Umar meminta kepada Khabbab untuk mengantarkannya kepada Muhammad untuk menemuinya dan masuk Islam. Khabbab pun menimpa dengan mengatakan bahwa Nabi dengan beberapa orang sahabatnya sedang berada di sebuah rumah di Safa. Umar lantas mengambil pedang dan pergi menemui Nabi dan sahabatnya.
Setelah mendapat izin untuk menemui Nabi. Nabi pun kemudian berdiri menemuinya. Digenggamnya baju Umar, seraya berkata: “Ibn Khattab, apa maksud kedatanganmu? Rupanya anda tidak berhenti sebelum Allah mendatangkan bencana kepada anda”. Umar berkata: “Rasulullah, saya datang untuk menyatakan keimanan kepada Allah dan Rasul-Nya serta segala yang datang dari Allah”. Ketika itu juga Rasul bertakbir.
Sumber lain tentang kisah masuk Islamnya Umar  yang didasarkan kepada Umar sendiri sebagaimana dikatakan Muhammad Husain Haikal, adalah ketika Umar mendengar bacaan Alquran yang dilantunan oleh Nabi ketika shalat di Ka’bah. Hatinya tersentuh dengan lantunan ayat-ayat Alquran. Umar menangis, dan konon ia berkata: “Islam sudah masuk ke dalam hati saya”.
Seusai shalat Nabi pun pulang dan Umar kemudian menyusulnya. Setelah bertemu Nabi pun bertanya, “Ibn Khattab, apa maksud kedatangan Anda?”. Umar menjawab: “Kedatangan saya hendak beriman kepada Allah dan kepada Rasul-Nya serta kepada segala yang datang dari Allah”. Nabi mengusap dada Umar dan mendoakannya agar tetap tabah. Umar pun kemudian pergi meninggalkan Nabi sebagai orang yang sudah beriman kepada agama yang dibawanya.
Dari sumber lain dikatakan bahwa pernah suatu ketika Umar hendak menghadang Nabi namun Sang Nabi sudah mendahuluinya dan sampai di masjid. Umar berdiri dibelakangnya dan mendengar Nabi membaca surat Al-Haqqah. Umar kagum dengan susunan Alquran. Ketika dihatinya berkata Nabi seorang penyair, kemudian dibacakannya Q.S. Al-Haqqah ayat 40-41. Sedang ketika Umar mengira Nabi adalah seorang dukun, dibacakanya Q.S. Al-Haqqah ayat 42-47.
Menurut Muhammad Husain Haikal, kisah masuk Islamnya Umar yang ditengarai usahanya untuk membunuh Muhammad tidak masuk akal. Bagaimana Umar akan membunuh Nabi di tengah-tengah kurang lebih empat puluh sahabatnya. Menurutnya, yang lebih dapat diterima adalah sumber yang mengatakan bahwa masuk Islamnya Umar adalah kerkenaan dengan ketika ia mendengar Nabi melantunkan Alquran.