Semua orang pasti pernah memuji sesuatu yang dikagumi. Memuji merupakan hal yang lumrah dilakukan seseorang untuk mengungkakan kekagumannya terhadap sesuatu. Namun ada pepatah yang mengatakan, “Jangan berlebihan dalam memuji dan jangan berlebihan dalam menghina.” Hal ini memang benar. Memuji secara berlebihan bisa menyebabkan bahaya, begitupun menghina seseorang secara berlebihan juga menyebabkan akibat yang tidak baik.
Hal ini pernah dialami oleh seorang laki-laki yang rupawan, gagah, dan kaya raya yang hidup di zaman kekhalifahan Islam dahulu. Lelaki tersebut bernama Isa bin Musa. Lelaki ini sangat mencintai seorang perempuan yang sangat cantik di zamanya.
Dengan segala ikhtiar yang dilakukan oleh Isa bin Musa akhirnya dia berhasil menaklukkan hati sang pujaan hati. Perasaan cinta pun dimiliki oleh perempuan tersebut terhadap Isa bin Musa. Sampai pada akhirnya mereka berdua menjalin hubungan yang lebih, yakni sampai pada pentas pelaminan. Keduanya telah sah menjadi pasangan suami-istri.
Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas bahwasannya istri dari Isa bin Musa merupakan seorang gadis yang paling cantik di masanya. Hal ini pun membuatnya terus menerus mengagumi sang istri dengan melantunkan syair-syair cinta.
Hingga sore hari menjelang magrib sang istri pun berdandan untuk suaminya. Isa bin Musa berkata kepada istrinya, “Wahai istriku tercinta, berdandanlah yang cantik melebihi cantiknya bulan purnama, jikalau wajahmu sampai kalah dengan kecantikan bulan purnama maka engkau akan kujatuhkan talak tiga !.”
Sang istri terkejut mendengan ucapan suaminya dan menegurnya, “Celaka, apa yang engkau katakan, mustahil aku bisa melebihi kecantikan bulan purnama, bukankah bulan purnama terlalu indah dibandingkan aku? Mulai malam ini engkau tidak boleh menjamahku karena engkau telah mentalakku.”
Sang istri pun menangis, Isa pun sedih dan menyadari apa yang ia lakukan sudah keterlaluan dalam memuji. Ia pun bingung dan tidak mau berpisah dangan istri yang sangat ia sayangi. Hingga ia mencari solusi dari khalifah yang berkuasa.
Setelah melapor kepada khalifah, masalah ini langsung dicarikan dengan mengumpulkan 200 ulama untuk memberikan fatwa tentang masalah yang terjadi. Setelah didiskusikan oleh para alim ulama, hasilnya 199 ulama menyatakan bahwa Isa bin Musa telah menjatuhkan talak tiga kepada istrinya, dengan alasan bahwa bulan purnama terbukti lebih indah dari istri Isa bin Musa.
Namun, ada satu ulama yang belum memberikan fatwanya. Sehingga sang khalifah bertanya kepada sang ulama tersebut, “Mengapa kamu tidak setuju dengan pendapat ulama yang lain?”
Ulama tersebut bangkit dari tempat duduknya dengan membaca surah an-Tin ayat 4, Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk sebaik-baiknya.
Kemudia ia menjelasakan, “Menurut pendapat saya, ayat ini sudah cukup untuk menunjukkan bahwa manusia adalah ciptaan Allah yang paling indah dan jauh lebih indah jika dibandingkan dengan bulan purnama.”
Seketika itu semua anggota majelis dan khalifah terdiam mendengarkan jawaban dari ulama tersebut. Kemudian satu persatu ulama menyatakan setuju dengan yang diutarakan ulama tersebut. Akhirnya hal ini membuat Isa bin Musa lega dan keduanya melanjutkan kehidupan dengan bahagia.
Dari cerita di atas dapat kita ambil hikmah yang sangat bermanfaat bagi kita. Antara lain, berhati-hatilah dengan pujian karena tidak semua pujian itu indah. Bisa jadi pujian itu akan menjadi senjata yang memakan tuanya.
Oleh karena itu marilah kita menjaga lisan agar berfikir sebelum berbicara. Lisan bisa tajam melebihi silet dan dapat menghancurkan kehdupan kita. (AN)
Wallahu a’lam.
Cerita di sarikan dari buku Kisah Sayang Nabi Kisah-Kisah Hikmah karangan Syarif Yahya.