Kisah Khalid bin Walid Mendapat Julukan Pedang Allah

Kisah Khalid bin Walid Mendapat Julukan Pedang Allah

Kisah di balik julukan Khalid bin Walid

Kisah Khalid bin Walid Mendapat Julukan Pedang Allah
ilustrasi (Foto: British library)

Di Madinah kaum muslimin mendapat gambaran jalannya pertempuran dari wahyu yang diturunkan kepada Rasulullah Saw di mana beliau bersabda, “Zaid mengambil bendera lalu dia gugur.  Kemudian Ja’far mengambil benderanya dan dia pun gugur. Selanjutnya Abu Rawahah mengambilnya dan dia pun gugur…”

Air mata menetes membasahi kedua pipi Rasulullah Saw. Setelah itu beliau bersabda lagi,  “Salah satu dari Pedang Allah mengambil bendera itu dan akhirnya Allah memberikan kemenangan kepada mereka.”

Siapakah Pedang Allah yang dimaksud Rasulullah Saw?

Dalam fakta di Mu’tah, kaum muslimin melihat Tsabit bin Akram meraih bendera sambil berseru, “Saudara-saudara kaum muslimin! Mari kita mencalonkan salah seorang dari kita!”

“Engkau sajalah,” sahut pasukan muslimin.

“Tidak!  Saya tidak akan mampu,” sahut Tsabit bin Akram.

Kaum muslimin kemudian sepakat menunjuk Khalid bin Walid yang baru saja memeluk Islam. Khalid bin Walid menerima dan kemudian mengubah taktik dengan membuat berbagai satuan pasukan di front pertempuran kecil, yang membuat pasukan Romawi harus memecah satuan pasukannya dalam kesatuan-kesatuan yang lebih kecil. Khalid sengaja  mengulur waktu dengan mengatur formasi tempur yang berubah-ubah sampai berakhirnya waktu perang.

Malam hari pun tiba, Khalid bin Walid cepat  menyusun pasukannya untuk menjalankan strategi baru. Keesokan harinya,  rencana Khalid ternyata  membuat musuh gentar. Sewaktu pasukan Romawi sudah berhadapan dengan pasukan muslimin, di kejauhan terlihat debu bertebangan sebagai tanda adanya pergerakan pasukan yang sangat besar yang datang dari arah belakang pasukan muslim. 

“Mereka mendapat bantuan besar!” teriak prajurit-prajurit Romawi.

Sejatinya,  yang terlihat seperti  gerakan pasukan yang sangat besar dari belakang pasukan muslimin itu adalah strategi Khalid yang menarik pasukan depan ke belakang dan menempatkan pasukan belakang ke bagian depan pasukan. Pasukan depan yang ditarik ke belakang bergerak agak jauh dengan formasi berpencaran dengan gerakan seolah-olah pasukan besar yang datang dari Madinah. 

Khalid memerintahkan satu orang penunggang kuda dari pasukan belakang membawa dua cabang daun kurma yang diseret di pasir berdebu. Pasukan pejalan kaki membawa satu cabang daun kurma yang ditarik dengan digesek-gesekkan ke kanan dan ke kiri pasir berdebu. Begitulah sewaktu pasukan Romawi berhadap-hadapan dengan barisan depan pasukan muslimin, pasukan muslimin di belakang muncul dari kejauhan, yang memperlihatkan kepulan debu bergumpal-gumpal seolah-olah munculnya beratus-ratus ribu pasukan berkuda dari tengah padang pasir.  

Setelah manuver singkat dengan saling mengintai dan menyiasati kekuatan musuh, pasukan Romawi bergerak mundur untuk menghindari pertempuran terbuka yang lebih besar skalanya. Melihat pasukan Romawi mundur, Khalid memerintahkan pasukan belakang yang bergerak maju untuk berhenti. Setelah itu, pelan-pelan Khalid bin Walid menarik mundur pasukannya dengan tetap mempertahankan susunan tempur pasukannya mengikuti gerakan  mundur teratur seperti  pasukan Romawi.

Pasukan Romawi yang menyaksikan pengunduran diri pasukan muslimin merasa lega. Sebab dengan jumlah  3.000 orang pasukan muslimin saja mereka sudah merasakan bagaimana tangguhnya musuh, apalagi jika pasukan bantuan muslimin datang dari Madinah ikut bertempur, tentu keadaan akan lebih parah. Korban yang jatuh akan lebih banyak tentunya. 

Kisah ini  terdapat dalam kitab  As-Sirah An-Nabawiyah li lbni Hisyam karya Syekh Abu Muhammad Abdul Malik bin Hisyam Al-Muafiri terbitan Darul Fikr.