Puasa di bulan ramadhan adalah salah satu rukun dalam agama Islam. Setiap muslim wajib mengerjakannya, dengan catatan: sudah memenuhi syarat dan rukunnya. Secara definitif, puasa adalah menjaga diri dari mengerjakan hal-hal yang membatalkan puasa (makan, minum, dan berhubungan badan), sejak terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari.
Meski demikian, puasa juga ada yang status hukumnya sunnah, antara lain: puasa senin kamis, puasa tanggal 8 dan 9 bulan zulhijjah, puasa rajab, dan puasa enam hari di bulan syawal. Berkaitan dengan puasa ramadan dan puasa enam hari di bulan syawal, Nabi Muhammad Saw menjelaskan:
“Siapa yang berpuasa di bulan ramadhan dan puasa enam hari di bulan syawal, maka ia seperti berpuasa setahun penuh.” (HR. Muslim)
Sufyan al-Tsauri, seorang sufi, memiliki pengalaman tentang keutamaan puasa ramadan dan syawal ini. Di suatu siang, ada seorang pemuda penduduk Mekkah datang ke Masjidil Haram. Ia mengerjakan thawaf dan shalat dua raka’at. Ia juga bertemu dengan Sufyan. Setelah mengucapkan salam kepada Sufyan, pemuda itu ia kembali ke kediamannya.
Atas kejadian itu, Sufyan merasa cinta dan merasa bersahabat dengan pemuda itu. Sufyan juga bingung dengan perasaannya itu. Suatu ketika, pemuda itu jatuh sakit. Lantas, ia memanggil Sufyan dan berkata kepadanya.
“Sufyan, jika nanti aku telah tiada, aku meminta pertolongan kepadamu untuk sudi kiranya engkau memandikan dan menguburku,” pinta pemuda tadi kepada Sufyan.
“Aku juga memintamu agar engkau menalqin aku dengan kalimat tauhid agar aku bisa menjawab pertanyaan yang diajukan malaikat Munkar dan Nakir. Serta engkau tidak meninggalkan kuburanku di malam pertama aku sana (kuburan),” tambahnya.
Sufyan pun menyanggupinya. Hingga, suatu hari, pemuda itu benar-benar dipanggil ke hadirat Ilahi. Innalillahi wa inna ilaihi raji’un, Sufyan mengerjakan apa yang menjadi permohonan pemuda itu kepada dirinya
Di malam pertama ia di kuburan, ia benar-benar menjaganya. Hingga, suatu saat, ketika ia berada dalam keadaan antara tidur dan terjaga, ia mendengar sebuah suara dari atas yang memanggil dan berkata kepadanya.
“Sufyan, engkau tak perlu mengerjakan semua itu. Engkau tak perlu menjaga, menalqin, dan menghiburnya. Karena Aku sendiri lah yang melakukannya,” kata suara yang tanpa rupa itu.
“Karena amal perbuatan apa sehingga ia bisa mendapat keistimewaan seperti itu?,” tanya Sufyan keheranan.
“Berkah puasa ramadhan dan puasa 6 hari di bulan Syawal yang ia kerjakan,” jawab suara itu.
Di saat ia terbangun dari tidur, ia merasa aneh karena ia tak melihat dan menemukan satu orang pun di sekelilingnya. Akhirnya, ia mengambil air wudlu dan mengerjakan shalat. Selepas itu tidur lagi. Anehnya, ia mengalami dan mendengar hal yang sama seperti peristiwa yang pertama tadi (ada suara tanpa rupa yang berbicara dengannya tentang keadaan pemuda itu).
Sufyan mengalami hal serupa itu selama tiga kali. Hingga akhirnya, ia meyakini bahwa suara itu bukan dari setan, namun dari Allah Swt. Ia pun lantas meninggalkan kuburan pemuda itu sembari berdoa,
“Allahumma waffiqni li siyami dzalika bi mannika wa fadhlika. Amin.” (Ya, Allah, aku memohon kepadaMu, anugerahkan kepadaku kemampuan untuk mengerjakan puasa-puasa itu dengan anugerah dan kemuliaanMu. Amin.)
Semoga di ramadhan tahun ini dan tahun-tahun berikutnya, Allah memberikan kita kesempatan, kekuatan, dan kemudahan untuk terus melaksanakan puasa dan semoga bisa meneruskannya dengan puasa di bulan Syawal. Amin. Selamat menjalankan ibadah puasa!
*Disarikan dari al-Nawadir karya Ahmad Shihabuddin bin Salamah al-Qulyubi.