Ini adalah sebuah cerita yang menggambarkan betapa kesabaran tingkat tinggi yang ditunjukkan Nabi Muhammad saw. telah berhasil membuat seorang pendeta Yahudi memeluk Islam. Kisah ini diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dari Abdullah bin Salam r.a.
Suatu hari, ketika Rasulullah saw. keluar rumah bersama Ali bin Abu Thalib r.a., tiba-tiba beliau saw. kedatangan seseorang yang wajahnya mirip orang Badui yang sedang naik untanya. Orang itu berkata, “Wahai Rasulullah, di desaku di Bani Fulan ada beberapa orang yang telah masuk Islam. Akulah yang berdakwah kepada mereka supaya mereka masuk Islam.
Sebelumnya harta mereka sangat melimpah, tapi sekarang mereka sedang ditimpa kekeringan dan kesulitan pangan. Wahai Rasulullah, aku khawatir jangan-jangan mereka keluar dari Islam karena ketamakan terhadap harta. Jika engkau sudi untuk membantu meringankan penderitaannya, aku siap melaksanakan apa saja perintah engkau sekehendakmu.”
Zaid bin Sa’nah pun mendekati Rasulullah saw. seraya berkata, “Wahai Muhammad, sudikah engkau berhutang kurma sesuai jumlah yang engkau inginkan, yang sekarang masih berada di kebun Bani Fulan dengan tempo pembayaran sesuai dengan kesepakatan?”
Beliau saw. bersabda, “Tetapi engkau tidak boleh menyebut-nyebut kebun Bani Fulan.”
“Baiklah”, jawab Zaid bin Sa’nah.
Ketika Rasulullah saw. menyetujuinya, maka Zaid bin Sa’nah mengeluarkan kantong-kantong miliknya, kemudian dia memberikan pada Rasulullah saw. delapan takaran kurma yang akan dibayar sesuai kesepakatan. Beliau saw. berpesan kepada orang Badui itu, “Berbuatlah adil kepada mereka dan bantulah mereka.”
Setelah waktu jatuh tempo itu kurang dua atau tiga hari lagi, Rasulullah saw. keluar rumah bersama Abu Bakar, Umar dan Utsman serta beberapa orang sahabat lainnya untuk menshalatkan jenazah. Setelah selesai menshalatkan jenazah tersebut, ketika Rasulullah saw. bersandar di dinding, Zaid bin Sa’nah menarik jubah beliau saw. sambil memandangi beliau saw. dengan menunjukkan kemarahannya seraya berkata, “Hai Muhammad, tidakkah engkau akan memenuhi hakku? Demi Allah, kalian semua tentu telah mengetahui bahwa bani Abdul Muthallib memang suka mengulur-ulur waktu terhadap pembayaran hutang. Kami sudah tahu betul, karena kami sudah biasa bergaul dengan kalian.”
Kemudian Zaid bin Sa’nah melihat kedua mata Umar yang bulat itu menjadi merah. Umar memandangi Zaid dengan berang. Rasulullah kemudian bersabda, “Wahai Umar, aku dan dia sudah bersepakat bahwa kita memerlukan cara yang baik untuk menyelesaikannya.Seharusnya engkau menyuruhku untuk segera melunasi hutangku kepadanya dan menyuruhnya untuk memperingatkan aku. Wahai Umar, penuhilah haknya dan tambahlah pembayarannya sebanyak dua puluh ikat sebagai ganti atas ketakutannya terhadap kemarahanmu.”
Kemudian Umar pergi bersama Zaid dan melaksanakan apa yang telah diperintahkan oleh Rasulullah saw. kepadanya. Zaid bin Sa’nah bertanya kepada Umar, “Wahai Umar, mengapa harus ada tambahan dua puluh ikat?” Umar menjawab, “Rasulullah saw. telah memerintahkan kepadaku untuk memberikan tambahan dua puluh ikat sebagai ganti atas ulahku terhadapmu tadi.”
Zaid bertanya lagi, “Wahai Umar, tahukah engkau siapa aku?” “Tidak”, jawab Umar. Zaid menjawab, “Aku adalah Zaid bin Sa’nah”.
Kemudian Umar ganti bertanya, “Apakah engkau seorang pendeta Yahudi?” “Benar”, jawab Zaid.
“Lalu apa yang menyebabkan engkau melakukan seperti itu terhadap Rasulullah saw.?”, Umar kembali bertanya. Zaid kembali berkata, “Wahai Umar, tanda-tanda kenabian dapat aku ketahui pada saat memandangi wajah Rasulullah saw., kecuali dua perkara saja yang belum pernah aku ketahui sebelumnya, yaitu kesabaran beliau saw. ketika marah dan pada waktu beliau saw. harus marah tetapi malah bersabar.
Sekarang aku telah mengetahui keduanya. Aku bersaksi di hadapanmu wahai Umar, bahwa aku telah ridha kepada Allah sebagai Tuhanku, Islam sebagai agamaku dan Muhammad sebagaiu nabi dan utusan Allah swt.. Aku juga berikrar kepadamu bahwa separuh milikku yang kebanyakan masih berupa uang aku serahkan sebagai shadaqah untuk umat Muhammad saw..”
Akhirnya Umar membawa Zaid bin Sa’nah kembali menemui Rasulullah saw. dan mengucapkan kalimat syahadat di hadapan beliau saw., dia juga menyatakan bai’atnya. Setelahnya, Zaid bin Sa’nah banyak terlibat dalam peristiwa penting bersama Rasulullah saw. hingga mati syahid dalam perang Tabuk.
Demikianlah, semoga menginspirasi dan bermanfaat.