Dikisahkan bahwa suatu hari seorang kaisar keluar dari istananya. Ia bermaksud melakukan sebuah perjalanan wisata selama satu hari. Dalama perjalan sang kaisar merasakan dahaga hingga kemudian menemukan sebuah kebun dan menghampirinya. Ia bermaksud untuk meminta air kepadanya.
“Aku tidak memilih air. Namun, jika engkau mau, aku memiliki buah delima,” jawab penjaga kebun.
“Perlihatkanlah kepadaku buah delimamu,” kata sang kaisar.
Penjaga kebun itu mengambilnya dan memperlihatkanya kepada sang kaisar. Sang kaisar mencicipi buah delima itu yang rasanya sangat manis. Terbesit niat jelek dalam hati sang kaisar untuk menguasai kebun itu.
Demi meyakinkan dirinya bahwa delima di kebun itu memang berkualitas bagus, sang kaisar pun meminta buah delima lain untuk dicicipi. Namun, saat buah delima lainnya ia cicipi, buah delima itu tidak terasa manis seperti delima yang pertama.
“Apakah delima ini berasal dari pohon yang sama dengan buah delima sebelumnya yang engkau berikan kepadaku?” tanya sang kaisar kepada penjaga kebun.
“Betul. Kedua buah delima itu berasal dari satu pohon yang sama,” jawab penjaga kebun.
“Lalu mengapa buah delima yang ini tidak berasa manis seperti buah delima yang sebelumnya?” tanya sang kaisar lagi.
“Mungkin karena niat engkau yang telah berubah dan engkau memiliki maksud jelek di dalam hati sehingga rasa buah delima itu pun berubah seiring berubahnya niat dalam hati,” jawab penjaga kebun saleh itu.
“Orang ini benar!” kata sang kaisar kepada dirinya sendiri.
Sang kaisar pun menghapus niatnya untuk berbuat jahat atas kebun itu. Dia tidak lagi berpikir untuk merebut dan menguasai kebun itu dari pemiliknya.
Kemudian untuk ketiga kalinya dia meminta buah delima kepada sang penjaga kebun. Saat dia mencicipi delima itu, dia merasakan manis di lidahnya, persis seperti buah delima pertama yang dia makan. Sang kaisar pun takjub atas apa yang dialaminya ini.
Saat sang kaisar masih tenggelam dalam rasa takjubnya, sang penjaga kebun berkata kepadanya, “Karena engkau telah memperbaiki niat, Allah pun memperbaiki rasa buah delima itu untukmu.”
Disarikan dari buku “Masalah Ada Bukan Akhir Dunia” karya Muhammad Abdul Athi Buhairi.