Kisah Jenazah Muawiyah bin Muawiyah al-Muzani Dishalati 140.000 Malaikat

Kisah Jenazah Muawiyah bin Muawiyah al-Muzani Dishalati 140.000 Malaikat

Kisah Jenazah Muawiyah bin Muawiyah al-Muzani Dishalati 140.000 Malaikat

Suatu ketika Nabi SAW pergi berperang Tabuk bersama para sahabat. Saat itu matahari bersinar begitu terang, tak seorang pun pernah melihat sinar seterang itu. Bahkan Rasulullah SAW pun kagum melihatnya.

Tiba-tiba Malaikat Jibril mendatangi Rasulullah SAW dan berkata “Wahai Muhammad, Muawiyah bin Muawiyah al-Muzani telah wafat, lihatlah jenazahnya. Sesungguhnya Allah telah mengirimkan malaikat untuk menyalatkannya!”

Maka Rasulullah SAW pun pergi melihat jenazah Muawiyah, begitu pula dengan Jibril dan ribuan malaikat lainnya. Jibril meletakkan kedua sayapnya ke bumi hingga merosotlah pepohonan dan gundukan tanah. Lalu diangkatlah keranda Muawiyah ke hadapan Rasulullah SAW hingga beliau dapat melihat jenazahnya.

Rasulullah SAW kemudian menyalati jenazah Muawiyah, di belakangnya ada dua shaf malaikat yang juga ikut menyalatinya, setiap shaf terdiri dari 70.000 malaikat.

Rasulullah begitu penasaran, amalan apa yang dilakukan Muawiyah hingga Allah mengirimkan 140.000 malaikat untuknya. Maka seusai shalat, beliau SAW pun bertanya pada Jibril “Wahai Jibril, apakah keutamaan Muawiyah bin Muawiyah al-Muzani hingga ia mendapat kedudukan seperti ini?” Jibril pun menjawab “Karena keistiqomahannya membaca surah هُوَ اللهُ أَحَدٌ (al-Ikhlas -pen). Ia senantiasa membacanya dalam keadaan berdiri, duduk, berkendara maupun berjalan”

Begitulah keutamaan Muawiyah bin Muawiyah al-Muzani, namanya mungkin tak sering terdengar. Namun ia mendapatkan kedudukan yang begitu mulia karena kecintaan dan keistiqomahannya membaca surah al-Ikhlas.

Surah al-Ikhlas mungkin sederhana, namun ia dapat menjadi kunci bagi seorang hamba untuk mendapatkan kemuliaan di sisi tuhannya. Amalan sekecil apapun jika didasari rasa cinta dan dilakukan terus-menerus dapat membuahkan hasil yang luar biasa. Maka tak heran bila ada pepatah yang mengatakan  “الاستقامة خير من ألف كرامة“ (Istiqomah lebih baik dari seribu karamah).

Kisah ini disarikan dari riwayat ath-Thabari dalam kitab al-Mu’jam al-Kabir dan riwayat Anas bin Malik dalam kitab al-Ishobah fii tamyiiz ash-shahabah.