Ada sebuah kisah hikmah yang dialami oleh Imam Hasan al-Basri. Kisah ini terjadi antara Imam Hasan al-Basri dan seorang budak yang ingin sekali merdeka dari sematan budak yang ada pada dirinya. Kisah ini terdapat pada kitab Al-Fawaid al Mukhtaroh li Saliki Thariqil Akhiroh, yang berisi hikmah ucapan Habib Zain bin Ibrahim bin Sumaith.
Alkisah, suatu hari Imam Hasan al-Basri sedang duduk santai di rumahnya. Tiba-tiba datang seorang utusan dari perwakilan budak yang ada di Basrah. Perwakilan budak itu mengadu pada Imam Hasan al-Basri ihwal perlakuan buruk majikannya kepada para budak.
“Wahai Imam Hasan al-Basri, para majikan kami memperlakukan kami dengan tidak selayaknya. Kami ingin jumat depan engkau berkhutbah tentang memerdekakan budak, agar kami lepas dari perlakuan buruk majikan kami,” adu perwakilan budak itu.
Imam Hasan al-Basri sejenak merenung berfikir ihwal aduan sang budak tadi. Akhirnya hari jumat pun tiba, tibalah Imam Hasan al-Basri berkhutbah sebagaimana permintaan sang budak, yaitu khutbah ihwal memerdekakan budak.
Singkat cerita, sepulang dari shalat Jumat, para jamaah tersentuh akan khutbah memerdekakan budak yang disampaikan oleh Hasan al-Basri. Para jamaah yang memiliki budak pun spontan memerdekakan budak-budak milik mereka setelah mereka keluar dari masjid.
Hari demi hari berlalu, budak-budak pun merdeka dari majikannya. Sang budak yang tempo hari mengadu kepada Imam Hasan al-Basri tiba-tiba menemui Imam Hasan al-Basri kembali, namun statusnya berbeda kini ia bukan lagi seorang budak. Ia pun memulai pembicaraan.
“Wahai Imam Hasan al-Basri, kedatanganku ke sini bukan untuk berterima kasih kepadamu, namun aku kesal kepadamu,” ujar mantan budak itu.
“Wahai saudaraku, apa yang membuatmu kesal seperti itu kepadaku?” Selidik Imam Hasan al-Basri.
“Kenapa tidak dari dulu engkau berkhutbah tentang memerdekakan budak, padahal kami sering menghadapmu untuk memintamu menyampaikan khutbah itu tapi kau selalu menunda-nundanya,” ujar mantan budak itu kesal.
“Wahai saudaraku, tahukah kamu mengapa aku menunda-nunda permintaanmu itu?” Imam Hasan al-Basri bertanya lagi.
“Sungguh aku tidak tahu, Allah lebih mengetahui ihwal pertanyaanmu itu,” jawab mantan budak itu, kali ini dengan nada kalem.
“Aku menunda-nunda permintaanmu itu tak lain karena saat itu aku belum pernah memiliki budak, dan aku tak mempunyai cukup harta untuk membeli budak, hingga suatu hari Allah memberiku rizki untuk membeli budak. Aku tak memanfaatkan budak itu sebagaimana kebanyakan orang, setelah kubeli, budak itu aku merdekakan. Itulah alasanku menunda permintaanmu, aku hanya tidak ingin berkhutbah ihwal sesuatu yang sama sekali belum aku alami,” ujar Imam Hasan al-Basri menjelaskan alasannya kepada mantan budak itu.
Mantan budak itu pun terdiam akan jawaban dan kerendahhatian Imam Hasan al-Basri. (AN)
Wallahu A’lam.