Salah satu ujian yang diberikan Allah swt. kepada para hamba-Nya adalah diuji dengan sebuah kesulitan. Entah itu kesulitan dalam belajar, kesulitan dalam hal perekonomian, atau yang lainnya. Namun, dengan ujian berupa kesulitan tersebut jangan membuat diri menjadi putus asa. Sebab, saat itulah manusia sedang diuji oleh Tuhannya untuk menuju level hidup selanjutnya. Tentunya, Allah swt. juga akan memberikan pertolongan kepada para Hamba-Nya.
Oleh karena itu, saat kita ditimpa musibah atau bencana, itu artinya Allah swt. ingin agar kita memasrahkan secara totalitas semua masalah kita kepada-Nya. Dan dengan demikian, pertolongan Allah swt. tidak lama lagi akan turun kepada kita.
Pertolongan Allah swt. itu lah yang pernah dialami oleh Ibrahim al-Harbi, sebagaimana dijelaskan dalam kitab Shifat ash-Shafwah karya Ibnu al-Jauzi. Suatu waktu, Ibrahim al-Harbi pernah mengalami kesulitan ekonomi. Kesulitan yang dialaminya sampai pada tahap dia tidak memiliki perbekalan makanan untuk keluarganya.
Melihat suaminya seorang ulama yang menulis banyak kitab dan mempunyai banyak kitab, namun tidak mempunyai sesuatu untuk dimakan, sang istri pun berkata kepadanya, “Saya dan kamu bisa bersabar, tetapi bagaimana dengan kedua putri kita? Tolong berikan sebagian buku-bukumu untuk kami jual atau kami gadaikan.“
Mendengar permintaan sang istri, Ibrahim al-Harbi enggan memenuhi permintaan tersebut. Kepada sang istri, dia berkata, “Pinjamlah sesuatu untuk kedua putri kita, dan tolong tunggu sampai waktu tersisa pada hari ini.“
Ibrahim al-Harbi kemudian memasuki rumahnya, tepatnya di sebuah ruangan yang isinya adalah bermacam-macam buku. Dia kemudian duduk untuk menyalin dan mengkaji kitab-kitabnya, sambil berpasrah diri kepada Tuhannya. Ketika waktu malam datang, tiba-tiba ada seseorang yang mengetuk pintu rumahnya.
“Siapa itu?” tanya Ibrahim al-Harbi kepada orang yang mengetuk pintu rumahnya.
Dari luar, orang itu menjawab, “Aku salah seorang dari tetanggamu.“
Ibrahim al-Harbi kemudian berkata, “Silahkan masuk!” namun, orang yang ada di luar tak kunjung masuk. Dia justru berkata kepada Ibrahim, “Matikan lampunya terlebih dahulu, baru kemudian aku masuk.”
Ibrahim al-Harbi kemudian menutupi lampunya, dan berkata, “Silahkan masuk!“
Orang tersebut kemudian masuk dan meninggalkan sesuatu di dalam kantong Ibrahim al-Harbi, lalu dia pergi tanpa memberitahu identitas aslinyanya. Dan Ibrahim al-Harbi pun juga tidak tau wajah aslinya.
Ibrahim al-Harbi kemudian membuka kembali lampu yang ditutupnya. Ketika dilihat, ternyata ada sapu tangan yang mahal. Di dalamnya terdapat berbagai macam makanan, dan sebuah kertas yang berisi uang sejumlah 500 dirham.
Dengan segera, Ibrahim al-Harbi memanggil istrinya dan berkata, “Tolong bangunkan anak-anak, dan perintahkanlah mereka makan hingga kenyang.“
Keesokan harinya, Ibrahim al-Harbi dan istrinya membayar hutang dengan uang-uang dirham tersebut. Pada hari esoknya lagi, dia duduk di depan pintu rumahnya. Saat itu sedang ada rombongan haji dari Khurasan datang. Ternyata ada pemandu unta dari jamaah haji tersebut yang sedang menggiring dua unta dengan memuat uang. Si pemandu unta itu pun bertanya-tanya tentang rumah lbrahim Al-Harbi.
Akhirnya, pemandu unta tersebut sampai di hadapan Ibrahim al-Harbi, dan bertanya tentang rumah Ibrahim al-Harbi kepadanya. Ibrahim pun langsung menjawab kalau dirinyalah orang yang bernama Ibrahim al-Harbi.
Si pemandu unta jamaah haji itu pun mengurai dua buntalan uang, dan mengatakan, “Dua buntalan ini diberikan oleh seseorang dari penduduk Khurasan kepadamu.“
Ibrahim yang mendapat buntalan itu pun kaget, dan bertanya, “Siapa orangnya?“
Si pemandu unta pun menjawab, “Orang tersebut telah meminta sumpahku agar aku tidak mengatakan kepadamu siapakah dia sebenarnya.“
Kejadian yang menimpa Ibrahim al-Harbi inilah yang kemudian diceritakan kepada Ahmad Sulaiman al-Qath’i saat dia mengalami hal yang serupa. Kepada Sulaiman, Ibrahim lalu berkata, “Janganlah dadamu menjadi sesak, karena Allah-lah yang akan memberikan pertolongan.“
Sebagai seorang hamba yang percaya dengan kekuasaan Allah swt dan kasih sayang-Nya. baik di dunia maupun di akhirat. Tidak sepantasnya saat mendapat ujian kesulitan lantas berputus asa. Karena perintah dari yang Maha Kuasa selain berusaha sekuat tenaga dalam menghadapi ujian yang diberikan, tentu Allah swt memerintahkan para Hamba-Nya untuk memasrahkan segala permasalahan kepada-Nya. Sebab, Allah swt akan memberikan pertolongan kepada para Hamba-Nya yang berusaha dan memasrahkan diri kepada yang Maha Kuasa.
Apa yang dilakukan oleh Ibrahim al-Harbi dengan menulis dan mengkaji kitab, walaupun sedang dilanda kesulitan ekonomi adalah bagian dari sebuah ibadah. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Habib Novel bin Alaydrus bahwa, ibadahnya orang-orang yang diberi otak yang cerdas adalah dengan membuka kitab, mengkajinya, dan menuliskannya. Bukan dengan memperbanyak sholat sunnah, apalagi sibuk mencari harta.