Cerita tentang Gus Dur seperti tidak pernah ada habisnya. Saya mendengar cerita ini dari seorang ibu yang kebetulan aktif di Muslimat NU, sebuah organisasi perempuan dikalangan Nahdlatul Ulama. Sebut saja namanya Ibu Siti. Bersama dengan keluarganya, ibu Siti ini tinggal dikota Kebumen, Jawa Tengah. Saban hari ia mengajar anak-anak mengajarkan agama.
Suatu hari, ia kena cobaan berat.
Anak perempuannya bernama Ani sering sakit-sakitan. Ani sering kejang-kejang tanpa ada sebab. Pernah suatu ketika didatangkan seorang Kyai untuk membantu menyadarkan Ani.
“Ada makhluk halus yang mengganggu, Ani. Makhluk halus ini bertempat di bawah jembatan yang tidak jauh dari rumah ini,” tutur beliau.
Setelah Lulus Madrasah Aliyah, Ani melanjutkan ke perguruan tinggai di Wonosobo. Di kampus itu, Ani tidak bertahan lama. Sakit yang diderita Ani ternyata belum juga sembuh. Ia sering jatuh pingsan. Sang ayah meminta Ani untuk tidak melanjutkan kuliahnya di Wonosobo dengan alasan kondisi Ani yang sakit-sakitan.
Singkat cerita, meski sudah lebih dekat dengan orang tuanya, sakit yang dideritanya tidak kunjung membaik. Sampai suatu ketika, pada siang hari Ani tertidur.
Dalam tidurnya, ia bermimpi bertemu dengan Gus Dur. Dalam mimpinya itu Gus Dur memakai celana panjang warna biru dan baju batik. Gus Dur dan Ani duduk berdekatan.
Gus Dur merangkul Ani sambil berucap,“ Penyakitmu pasti akan sembuh. Bacalah doa ini Robbana Atina Min Ladunka Rohmatan Wahayyi Lana Min Amrina Rosada.”
“Gus, Doanya dibaca berapa kali? “ Tanya Ani kepada Gus Dur.
“Baca saja lima kali. Terserah mau kapan, cukup lima kali,”.jawabnya singkat.
Setelah itu Gus Dur pun pergi. Ani kemudian membaca doa dari Gus Dur tersebut. Dalam keadaan setengah sadar ia terbangun dari mimpinya dan hanya lafadh “Hayyi” saja yang keluar dari mulutnya. Selebihnya tidak lagi ingat doa tersebut secara lengkapnya.
Ani pun bergegas memanggil ayahnya menceritakan tentang mimpinya. Sang ayah justru memanggil Ibunya yang dianggap lebih soal mimpi anaknya itu dan doa yang diberikan oleh Gus Dur. Tidak lama kemudian datanglah Ibu dan mendengarkan tentang mimpi yang dialami oleh Ani.
Mendengar cerita mimpi anak perempuanya, Ibu Siti segera bergegas kekamar mandi untuk berwudlu. Selesai berwudlu, ibu Siti kembali menemui Ani.
“Doa itu ada didalam Al Quran. Lebih lengkapnya Robbana Atina Min Ladunka Rohmatan Wahayyi Lana Min Amrina Rosyada.
Setelah mimpi itu, Ani selalu mengamalkan doa yang diberikan oleh Gus Dur . Beberapa bulan kemudian setelah kejadian mimpi itu, Gus Dur bersama Mba Tutut putri Presiden Suharto mengadakan safari ke daerah-daerah. Termasuk ke Kebumen tempat Ani tinggal.
Mendengar Gus Dur hadir di kebumen, Ani diajak oleh Ibunya untuk ikut ke alun-alun. Ani merasa gembira karena ia akan bertemu langsung dengan Gus Dur. Sesampainya dialun-alun sudah dipenuhi dengan oleh Jamaah yang datang. Ani dan Ibunya pun tidak bisa duduk lebih dekat dengan panggung utama, tempat Gus Dur dan Mba Tutut duduk bersama.
Sampai kemudian di akhir acara, Ani merasa tercengang, kaget ketika doa penutup yang dibacakan oleh Gus Dur sama persis dengan doa yang disampaikan oleh Gus Dur dalam mimpinya, serta jumlah bacaannya pun sama persis, yaitu lima kali.
Gus Dur membacakan doa Robbana Atina Min Ladunka Rohmatan Wahayyi Lana Min Amrina Rosada. Setelah kejadian itu Ani bertambah keyakinannya jika Gus Dur bukanlah orang biasa. Gus Dur dimata Ani sebagai Waliyullah atau orang suci.
Doa tersebut sampai sekarang masih diamalkan oleh Ani. Ani pun tidak lagi sakit-sakitan lagi.