Undang-undang Cipta Kerja saat ini tengah rame dibincangkan. Banyak kalangan yang memprotes dan menolak pengesahan UU kontroversial ini. Penolakan ini ditengarai beberapa claster juga pasal yang dianggap tidak membela buruh dan hanya membela para oligarki.
Setuju atau tidaknya kita dengan pengesahan UU ini, ada baiknya kita perlu belajar dari kisah dalam hadis Nabi SAW yang menceritakan tentang seorang yang bisa selamat dari mulut gua karena pernah membela buruh. Kisah ini juga sekaligus menjadi motivasi buat kita untuk mempehatikan kesejahteraan dan kelangsungan hidup para tenaga kerja ini.
Dalam suatu hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Anas bin Malik, tentang kisah tiga orang yang terperangkap dalam gua. Tiga orang tersebut bertawasul (meminta pertolongan Allah) dengan amalnya masing-masing. Setelah dua orang selesai bertawasul, tibalah saatnya orang ketiga untuk bertawasul dengan amalnya. Saat itu si orang ketiga berkata:
“Ya Allah suatu hari saya mempekerjakan seseorang. Tiba-tiba ia meminta upahnya dan tak kunjung ku berikan hingga dia meninggalkan upahnya. Upah tersebut saya jadikan modal peternakan. Saat ternak itu sudah besar dan berkembang, si buruh ini datang meminta upahnya. Maka saya berikan semua peternakan itu tanpa saya sisakan sedikitpun karena itu adalah dari upahnya yang dulu. Padahal jika saya mau, saya bisa memberikan upah sejumlah upah yang seharusnya ia dapatkan dulu.”
Orang ini rela memberikan semua hasil kerja kerasnya demi membela buruh yang ia kerjakan. Pasalnya peternakan tersebut berasal dari upah buruh yang lupa ia ambil.
Kemudian orang ketiga ini pun berkata, “Ya Allah, jika engkau tahu bahwa hal yang kulakukan untuk pekerjaku itu semata-mata untuk mengharap rahmat dan takut akan adzabmu, maka keluarkanlah kami dari gua ini.” Seketika mulut gua terbuka dan ketiga orang ini bisa keluar dengan selamat.
Kisah yang diriwayatkan dari hadis di atas bukan semata-mata kisah yang cukup berlalu setelah diceritakan. Memberikan kisah adalah salah satu upaya dakwah nabi agar si pendengar lebih tertarik dan mengerti intinya.
Kisah tersebut seolah ingin memberikan pemahaman kepada kita bahwa berlaku baik terhadap seorang buruh atau membela buruh adalah salah satu amal yang cukup tinggi derajatnya di sisi Allah. Terbukti bahwa Allah mengabulkan permintaan si orang ketiga hanya karena perlakuannya yang baik terhadap buruh yang ia pekerjakan.
Nah, jika membela buruh dalam kisah tersebut menjadi wasilah seseorang mendapatkan keselamatan dan ketinggian derajat, lalu apa balasan yang pantas diterima bagi kita yang memperjuangkan nasib para buruh di negeri kita dari jeratan para oligarki dan cukong yang mempermainkan undang-undang? (AN)