Kisah Ali bin Abi Thalib dan Tiga Musafir

Kisah Ali bin Abi Thalib dan Tiga Musafir

Kisah Ali bin Abi Thalib dan Tiga Musafir

Bagi kalangan umat Islam, siapa yang tidak mengenal sosok bernama Ali bin Abi Thalib? Memiliki nama lengkap Ali bin Abi Thalib bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdu Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin an-Nadhar bin Kinanah. Dilahirkan di Mekkah, daerah Hejaz, Jazirah Arab pada tanggal 13 Rajab yang menurut sejarawan, berkisar 10 tahun sebelum dimulainya kenabian Muhammad, sekitar tahun 600 Masehi.

Ali bin Abi Thalib adalah sepupu sekaligus menantu Nabi Muhammad Saw, setelah menikah dengan Fatimah Az-Zahra. Beliau juga termasuk orang pertama yang memeluk agama Islam sekaligus khalifah terakhir dari Khulafaur Rasyidin. Selain itu, beliau dikenal mempunyai kelebihan fisik yang sangat kuat, gagah, pemberani dalam medan peperangan, serta mempunyai kecerdasan yang luar biasa.

Kecerdasan Ali bin Abi Thalib dibuktikan dalam beberapa kisah yang menceritakan bahwa beliau mampu memecahkan persoalan matematis logis yang rumit, bahkan hanya dalam hitungan detik, berikut kisahnya:

Suatu ketika, terdapat dua orang musafir yang duduk bersama dalam perjalanan ke tempat tujuan mereka. Musafir pertama mempunyai lima roti, sedangkan musafir kedua mempunyai tiga roti. Pada pertengahan jalan, datanglah musafir ketiga yang tidak mempunyai roti. Karenanya, musafir pertama dan kedua berinisiatif untuk mengajak musafir ketiga makan roti dengan cara memotong masing-masing dari roti yang dimilikinya dalam tiga bagian yang sama. Sehingga setiap musafir akhirnya akan memakan delapan potong roti dengan ukuran yang sama.

Sebelum musafir ketiga pergi untuk melanjutkan perjalanan, ia mengambil delapan dirham dan memberikannya kepada musafir pertama dan kedua. Setelah itu, keduanya mulai berselisih tentang bagaimana pembagian yang paling adil. Musafir pertama (pemilik 5) roti menganggap bahwa ia pantas mendapat 5 dirham. Sedangkan musafir kedua (pemilik 3 roti) menuntut agar uang tersebut dibagi rata yaitu masing-masing mendapatkan 4 dirham.

Perselisihan tersebut kemudian diadukan kepada Ali bin Abi Thalib yang pada saat itu merupakan Khalifah Muslim. Setelah mendengar cerita dari keduanya, Khalifah Ali bin Abi Thalib meminta agar musafir kedua (pemilik 3 roti) diberikan 1 dirham. Sedangkan sisanya, 7 dirham diberikan ke musafir pertama (pemilik 5 roti). Akan tetapi musafir kedua menolak, dan bersikukuh bahwa ia meminya 4 dirham.

Lebih lanjut, Ali bin Abi Thalib menjelaskan lebih detail kepada musafir kedua. Wahai fulan, sesungguhnya anda hanya diberikan 1 dirham dari uang tersebut. Jumlah roti yang kalian makan adalah (5+3)x3 = 24 potong roti. Anda mempunyai 3 roti yang dibagi menjadi 9 potong roti dan yang anda makan sendiri adalah 8 potong roti. Sehingga, roti yang anda berikan kepada musafir ketiga hanyalah 1 potong roti. Sedangkan musafir pertama mempunyai 5 roti yang dibagi menjadi 15 potong roti. Ia memakan sendiri 8 potong roti dan memberikan 7 potong roti sisanya untuk musafir ketiga (5×3)-8=7. Dengan demikian, anda tidak berhak menerima lebih dari 1 dirham dari uang pemberian musafir ketiga tersebut.

Wallahu A’lam