Kisah Ajaib Seorang yang Rajin Memberi Makan untuk Berbuka Puasa

Kisah Ajaib Seorang yang Rajin Memberi Makan untuk Berbuka Puasa

Kisah Ajaib Seorang yang Rajin Memberi Makan untuk Berbuka Puasa

Ahmad (sebut saja begitu) memiliki anak perempuan yang berusia sekitar duapuluh tahun. Ia terlahir dalam keadaan lumpuh. Satu hari, keluarga Ahmad ingin mengkonsumsi ikan. Ia pun pergi ke pasar untuk membelinya dengan niatan membahagiakan keluarga.

Setelah membeli, karena satu dua hal, ia meminta tolong kepada seorang anak muda (misalnya, bernama Fulan) yang berprofesi sebagai kuli panggul untuk memanggulkan ikannya. Tak lama setelah itu, Ahmad dan Fulan bergegas pergi ke rumah Ahmad. Belum sempat tiba di rumah, adzan Zuhur sudah berkumandang.

“Ayo kita ke masjid untuk menunaikan shalat Zuhur!,” ajak Fulan kepada Ahmad.

Ahmad mengiyakan. Fulan menaruh ikan yang dipanggulnya itu di dekat masjid dan ia masuk masjid. Di dalam masjid, tidak saja melaksanakan shalat berjamaah bersama Ahmad dan jamaah lainnya, Fulan juga mengerjakan shalat sunnah.

Ketaatan Fulan ini membuat Ahmad berdecak kagum. Ia pun berkeingnan untuk mengapresiasi apa yang telah dilakukan Fulan. Selain upah, Ahmad juga akan memberinya ikan.

Sesampainya di rumah, Ahmad menceritakan keingiannya itu kepada sang istri dan disetujui. Sang istri memberikan saran agar mengajak Fulan ikut makan ikan bersama mereka saja.

“Karena kamu telah membantu saya untuk membawa ikan tadi, maka mari ikutlah makan bersama keluarga kami!,” ajak Ahmad.

“Maaf, saya sedang puasa,” kata Fulan menolak tawaran itu dengan jujur.

Tidak kurang akal, Ahmad meminta Fulan agar berbuka puasa di rumahnya. Fulan mengiyakan. Disebabkan waktu masih terlalu lama menuju Magrib, Fulan meminta izin untuk menghabiskan waktunya di masjid saja.

Azan Magrib berkumandang. Selepas Magrib Ahmad mendatangi Fulan dan mengajaknya berbuka puasa. Namun Fulan menawar agar ia diizinkan berbuka setelah shalat Isya saja. Sikap Fulan ini lagi-lagi membuat Ahmad takjub untuk kedua kalinya.

Waktu Isya tiba. Fulan akhirnya berbuka puasa di rumah Ahmad.

Setelah menyantap makanan, Ahmad sekeluarga beristirahat. Begitu juga dengan Fulan yang saat itu menginap di rumah Ahmad.

Malam-malam sekali, pintu kamar Ahmad diketuk oleh suara anak perawan yang tidak lain adalah anaknya sendiri.

“Siapa itu?,” tanya Ahmad

“Saya ayah, Fulanah, anak perempuan Anda,” jawabnya jujur.

Ahmad tidak percaya dengan sosok yang ada di depan kamarnya itu. Pasalnya, sebagaimana dijelaskan di atas, Fulanah lumpuh, tidak mungkin bisa berjalan ke kamarnya.

Pintu dibuka. Ahmad kaget dengan apa yang ia lihat. Perempuan di depannya itu benar-benar anak perempuannya yang selama ini lumpuh. Penasaran dengan apa yang terjadi, Ahmad pun menggali informasi bagaimana asal muasal Fulanah bisa berjalan normal seperti itu.

Fulanah bercerita. Di dalam kamar, ia mendengar sang ayah Ayah sering menyebut kabar dan kebaikan si Fulan. Ia akhirnya berdoa kepada Allah SWT dengan bertawasul dengannya, “Ya Allah, aku berdoa kepadaMu dengan bertawasul dengan si Fulan dan kedudukannya di sisiMu. Aku mohon sembuhkan penyakit lumpuh yang telah lama aku derita ini”.

Alhamdulillah, doa tersebut terkabul.

Ahmad langsung bergegas ke kamar tamu tempat Fulan beristirahat. Hasilnya nihil. Ia sudah tidak ada di sana, hilang entah kemana. Padahal, setelah mengecek pintu rumah, kondisinya masih terkunci seperti sedia kala.

Kisah ini penulis baca dari kitab ‘Uyun al-Hikayat karya Ibnu Jauzi. Selain tentang pentingnya rajin beribadah sejak usia muda sebagaimana yang dilakukan Fulan, kisah di atas juga memberi pelajaran tentang keutamaan memberi makanan berbuka kepada mereka yang sedang menjalankan puasa. Wallahu a’lam.

 

Sumber:

Ibn al-Jauzî, Jamâluddîn Abi al-Farj bin. ’Uyûn al-Hikâyat. Beirut: Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 2019.