Dikisahkan suatu hari seorang ahli tafsir bernama Abu ‘Amr tiba-tiba lupa akan setiap huruf dan kata dalam Al-Quran. Musababnya adalah karena ia terpesona ketika memandang seseorang. Kejadian tersebut membuatnya menjadi gelisah dan masyghul. Hingga akhirnya dirinya pergi menemui Abu Hasan al Basri untuk mengutarakan apa yang menimpanya.
Sambil menangis tersedu Abu Amr menceritakan semua yang dialaminya. “Guru, aku merasa menyesal atas apa yang telah menimpa diriku,” ungkap Abu Amr.
“Sekarang kebetulan sedang musim haji. Sebaiknya engkau menunaikan ibadah haji. Nanti setelah selesai, pergilah ke Masjid Khaif. Di sana, temuilah seorang yang sudah tua. Janganlah engkau langsung menegurnya, tetapi tunggulah sampai keasyikannya beribadahnya telah selesai. Lalu mintalah doa kepadanya,” pesan Hasan al Basri kepada Abu Amr.
Perintah gurunya itu kemudian diturutinnya. Abu Amr pun melaksanakan ibadah haji dan kemudian pergi ke Masjid Khaif seperti pesan Hasan al Basri. Benar saja, ketika di masjid, ia mendapati orang tua yang sangat dimuliakan. Tampak beberapa orang duduk mengelilingnya.
Namun tiba-tiba datang seorang dengan baju putih. Orang yang ada di sekelilingnya kemudian memberikan jalan. Akhirnya orang berbaju putih tersebut duduk berdekatan dengan orang tua itu. Keduanya asyik berbincang. Tetapi ketika waktu shalat tiba, orang berbaju putih itu justru pamit pergi dan diikuti orang yang mengelilinginya. Hingga akhirnya hanya Abu Amr dan orang tua itu yang tinggal di masjid.
Abu Amr kemudian mendekati orang tua tersebut. “Wahai orang tua tolonglah diriku,” katanya dengan meneteskan airmata sambil menceritakan duduk perkara yang menimpanya.
Mendengar apa yang dialami Abu amr, orang tua itu kemudian berdoa. Tanpa diduga, secepat kilat Abu Amr mendapatkan kembali ingatannya tentang kata dan huruf Al-Quran. Hingga secara tak sadar ia bersujud sebagai rasa syukur.
Suasana berubah menjadi gembira. Namun tiba-tiba lelaki itu berkata,” Siapakah yang menyuruhmu menghadapku ke mari.”
“Guruku Hasan al-Basri,” jawab Abu Amr spontan.
“Jika seseorang telah mempunyai imam, mengapa ia memerlukan imam yang lain. Tapi baiklah, Hasan telah menunjukkan diriku, maka gantian aku akan menunjukkan siapa dia sebenarnya. Ia telah membuka selubung diriku, maka kini akan kubuka selubung dirinya,” kata orang tua itu.
Mendengar hal itu Abu Amr bingung. Sesaat kemudian orang tua tersebut berkata, “Lelaki yang berjubah putih tadi, yang datang ke sini waktu shalat Ashar dan mendahului meninggalkan tempat ini adalah Hasan al-Basri. Setiap hari setelah melakukan shalat Asar di basrah ia berkunjung ke sini dan kembali ke Basrah untuk shalat Magrib di sana. Jika telah mempunyai imam seperti Hasan al Basri mengapa masih memohon doa dariku.” (AN)
Wallahu a’lam.