Abul Bilad atau Basyar bin Ala’ adalah saudara Bani Thuhayyah dan salah satu dari Bani Saud. Dia tergolong ke dalam orang-orang yang menjadi pemuka kaumnya.
Sejak kecil, Abul Bilad telah ditinggal oleh orang tuanya karena meninggal dunia. Dia kemudian diasuh oleh pamannya yang bernama Hanif bin Amr yang sebelumnya mendapatkan peninggalan dari orang tua Abul Bilad.
Hanif bin Amr yang merupakan paman Abul Bilad mempunyai seorang putri yang bernama Salma. Dia adalah gadis tercantik di Nejd waktu itu, bahkan kecantikannya sangat terkenal. Karena sering bertemu, Abul Bilad menaruh rasa cinta kepada Salma. Hubungan tersebut pada awalnya tidak diketahui oleh ayah Salma, namun pada akhirnya sang ayah pun tahu kalau Abul Bilad mencintai putrinya.
Sebagaimana dijelaskan oleh Ibnul Jauzi dalam kitabnya Dzammul Hawa, melihat hal tersebut Hanif bin Amr ternyata takut untuk menjadikan Abul Bilad sebagai tunangan putrinya. Sehingga suatu ketika saat Abul Bilad pergi dan tidak ada di rumah. Hanif bin Amr menikahkan Salma dengan salah satu putra pamannya. Pernikahan tersebut ternyata diketahui oleh Abul Bilad. Sejak kejadian itulah, dia menjadi linglung dan hilang akal.
Hingga pada suatu waktu, Abul Bilad mendatangi tempat tinggal Salma. Dia datang dengan keadaan seperti orang yang datang dari bepergian jauh. Salma melihat wajah Abul Bilad tampak pucat. Wajahnya penuh kegelisahan bagaikan orang yang sedang tertimpa sesuatu peristiwa yang sangat dahsyat.
Salma melihat hal tersebut menyangka jika Abul Bilad sedang lapar. Dia pun memberikan makanan yang di dalamnya terdapat daging burung kepadanya dari balik satir. Melihat hal tersebut, Abul Bilad segera menyambarnya dan memakannya seperti orang gila. Karena tingkahnya yang aneh tersebut, Salma menyangka kalau Abul Bilad sedang kerasukan Jin.
Hal tersebut membuat Salma keluar dari rumah untuk menemui saudaranya yang bernama Laila. Langkah Salma yang keluar dari rumah ternyata terdengar oleh Abul Bilad. Dia pun ikut keluar membuntuti Salma. Ternyata dia keluar membuntuti Salma sambil membawa pedang yang sudah terhunus. Pedang tersebut kemudian dipukulkan di pundak Salma. Salma pun tergeletak dan merintih kesakitan.
Laila yang mendengar suara gaduh tersebut langsung keluar, dan melihat Salma telah terkapar karena hantaman pedang Abul Bilad. Dengan segera, Laila pun mengejar Abul Bilad. Hingga akhirnya Laila berhasil menghantam tulang di belakang telinga Abul Bilad. Mendapat hantaman dari Laila, Abul Bilad sempat terhuyung dan jatuh. Namun, dia masih kuat bangun dan melarikan diri.
Keluarga Salma yang mengetahui peristiwa tersebut pun langsung menjerit dan berdatangan ke rumah Salma. Sedangkan di sisi yang lain, Abul Bilad melarikan diri dan bersembunyi di balik bukit yang berdekatan dengan rumah mereka. Saat siang hari, Abul Bilad tinggal di bukit tersebut dan ketika datang waktu malam dia turun dari bukit untuk melihat rumah Salma.
Saat turun dari bukit, Abul bilad melihat cahaya yang dinyalakan oleh keluarga Salma. Ketika Salma merintih kesakitan dan menghadapi kematian, Abul bilad pun mengintipnya.
Saat Abul Bilad mengintip, ternyata ada orang yang melihatnya. Orang tersebut kemudian memberitahu ayah Salma, namun dia mengatakan “aku tidak mau membunuh anak yang dilahirkan.”
Setelah merintih kesakitan, Salma akhirnya meninggal dunia. Sedangkan setelah kematian salma, Abul Bilad masih saja seperti orang kerasukan dan tidak karuan hingga akhirnya meninggal dunia.
Ketika seorang pria merasa wanitanya adalah dunianya, kemudian muncul perasaan cemburu dan marah terhadap orang tercinta karena suatu hal atau sebaliknya. Maka hal tersebut terkadang bisa mendorong perilaku agresif yang berujung pembunuhan kepada orang yang dicinta, apalagi jika hawa nafsu sudah menguasai diri manusia. Sebab, hawa nafsu dan cinta terkadang bisa membuat manusia hilang akal sehatnya. Oleh sebab itu, jatuh cintalah sewajarnya saja.
Apa yang dilakukan oleh Abul Bilad terhadap Salma adalah bukti jika dia tak mampu membendung hawa nafsunya. Dan apa yang dilakukan oleh ayah Salma adalah bukti jika dia mampu menahan hawa nafsunya. Bahwa, nyawa tidak harus dibalas dengan nyawa.