Ini kisah keteguhan Abu Hatim ar-Razi yang membuat kita sebagai muslim terpana. Semua manusia sepakat bahwa ilmu sangatlah penting bagi kehidupan manusia, oleh karena itulah manusia diperintah untuk selalu mencari ilmu dan selalu belajar. Namun dalam proses mencari ilmu tersebut, banyak tentu akan menemui banyak ujian dan rintangan. Setiap ujian dan rintangan dalam mencari ilmu menunjukkan bahwa ilmu tidak bisa didapat dengan tubuh dan jiwa yang santai, leha-leha dan penuh dengan main-main. Sebagaimana ungkapan Yahya bin Abi Katsir;
لا يستطاع العلم براحة الجسد
“ilmu tidak akan diperoleh dengan tubuh yang santai atau tidak bersungguh-sungguh.”
Salah satu ulama yang hidupnya dipenuhi dengan perjuangan dalam mencari ilmu adalah Imam Abu Hatim Muhammad bin Idris ar-Razi. Beliau lahir tahun 195 H dan wafat 277 H. Abdul Fattah Abu Guddah dalam karyanya Shafaat min Shabril Ulama menjelaskan bahwasanya Abu Hatim ar-Razi pernah berjalan kaki selama tujuh tahun hanya untuk mencari ilmu, yaitu ilmu hadis.
Dalam perjalanannnya tersebut, Abu Hatim berhasil menempuh jarak sejauh 1000 farsakh,
yang dilakukan dari kota ke kota. Mulai dari Kufah ke Baghdad, kemudian dari Mekkah menuju Madinah. Selanjutnya dari laut di dekat kota Sala yang berada di Maghrib Aqsha menuju Mesir. Dari Mesir menuju ke Ramalah. Dari Ramalah ke Baitul Maqdis, dan dari Ramalah ke Thabariyah. Setelah itu dia berjalan dari Thabariyah ke Damaskus, dari Damaskus ke Himsh, dan dari Himsh ke Antokia, serta dari Antokia ke Thurthus. Kemudian kembali ke Thurthus menuju Himsh.
Di Himsh, Abu Hatim mendengarkan hadis dari Abul Yaman dan setelah mendengarkan hadis darinya. Dia langsung keluar dari Himsh menuju ke Baisan, dan dari Baisan menuju Riqqah, dan dari Riqqah menyeberangi sungai Eufrat untuk menuju Baghdad. Sebelum itu, dia juga pergi ke Syam, dan keluar dari Wasith menuju ke Nil, dan dari Nil pergi lagi ke Kufah.
Semua perjalanan kaki selama tujuh tahun yang dilakukan oleh Abu Hatim ar-Razi tersebut, dilakukannnya saat usianya masih 20 tahun. Bahkan Abu Hatim ar-Razi mengulangi perjalanan tersebut saat usianya 47 tahun dan dilakukannya selama 3 tahun.
Abu Hatim ar-Razi melakukan itu semua, yaitu mulai dari rela berjalan kaki dari satu kota ke kota lain dan ditempuh dengan waktu yang lama yaitu tujuh tahun tidak lain karena kecintaannya terhadap ilmu. Karena orang yang cinta dengan ilmu tidak akan membiarkan tubuhnya bersantai-santai. Sebab bagi para pencari ilmu sejati, bersabar dengan kesusahan yang sebentar akan membawanya unuk menikmati kesenangan yang panjang.
Dari kisah para ulama terdahulu dan kisah Abu Hatim ar-Razi, kita bisa belajar bahwa menuntut atau mencari ilmu haruslah dipenuhi dengan semangat yang kuat dan dibarengi dengan perjuangan untuk terus belajar. Sehingga berbagai ujian dan rintangan dalam mencari ilmu bisa kita lewati, supaya bisa mendapatkan kenikmatan akan ilmu yang kita pelajari.
Oleh karena itulah, orang yang ingin berilmu dan menjadi orang yang memiliki ilmu, tetapi tidak tahan dengan lelah dan letihnya perjuangan dalam menuntut ilmu. Maka ilmu tersebut tidak akan didapatkannya. Jika ingin bersungguh-sungguh dalam mencari ilmu, maka harus melawan hawa nafsu bermalas-malasan yang ada dalam diri kita.
Karena menuntut ilmu juga butuh kesabaran dan perjuangan. Maka mereka yang tidak sabar, dan tidak kuat dengan lelahnya berjuang tentu akan mengalami kegagalan untuk meraup ilmu yang diinginkan. Maka dari itu cintailah ilmu, agar kita rela sabar dan berjuang untuk mendapatkannya.