Khutbah Jumat I: Memelihara dan Memakmurkan lingkungan
اَلْحَمدُ للهِ الَّذِى اَمَرَناَ بِاتِّبَاعِ اْلحَقِّ ِفى كُلِّ اُمُرٍ, أَشْهَدُاَنْ لاَاِلٰهَ اِلاَّالله ُوَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ شَهَادَةً عَبْدٍشَكُوْرِ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىٰ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىٰ اٰلِه وَصَحْبِهِ عَلىَ مَمَرِّالدُّهُوْرِ. ﴿أَمَّا بَعْدُ﴾ فَيَا عِبَادَ اللهِ. إِتَّقُوْااللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَتَمُوْتُنَّ اِلاَّوَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
Ma’asyiral Muslimin Hafidzakumullah,
Subhanallah, Allah telah membentangkan bumi yang sangat luas dengan tumbuh-tumbuhan yang menghijau ranau berkemilau. Diciptakannya Laut yang biru beserta seluruh ekosistem di dalamnya. Gunung-gunung, batu, air dan udara, semua itu merupakan sumber daya alam karunia Tuhan. Manusia diberikan mandat untuk memeliharanya dengan cara mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam tersebut berdasarkan azas kelestarian untuk mencapai kemakmuran yang dapat memenuhi kebutuhan sekarang dan generasi yang akan datang.
Namun kenyataan berbicara lain, bahwa alam ini mengalami kerusakan yang cukup parah, baik di daratan, lautan maupun udara yang mengakibatkan malapetaka bagi manusia. Kerusakan itu disebabkan oleh ulah tangan manusia yang tidak bertanggungjawab yang hanya mementingkan ambisi pribadi tanpa mempedulikan kelestarian alam. Untuk itu perlu ditumbuhkan kesadaran untuk mencintai alam serta lingkungan sekitar. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat al-Hijr ayat 19-20 :
وَاْلاَرْضَ مَدَدْنٰهَا وَاَلْقَيْنَا فِيْهَا رَوَسِىَ وَاَنْبَتْنَا فِيْهَا مِنْ كُلِّ سَيْئٍ مَوْزُوْنٍ. وَجَعَلْنَالَكُمْ فِيْهَا مَعٰيِسَ وَمَنْ لَسْتُمْ لَهُ بِرٰزِقِيْنَ.
“Dan kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan kami tumbuhkan padanya segala sesuatu yang menurut ukuran. Dan kami telah menjadikan untukmu di bumi keperluan-keperluan hidup. Dan (Kami menciptakan pula) makhluk-makhluk yang kamu sekali-kali bukan pemberi rezeki kepadanya.”
Ma’asyiral Muslimin Hafidzakumullah,
Ayat ini memberikan gambaran bahwa betapa banyak fasilitas yang telah Allah sediakan bagi manusia untuk dipergunakan bagi kebutuhan hidupnya, dengan catatan haruslah dengan kedasadaran menjaga keseimbangan dan kelestarian alam.
Allah menghamparkan bumi beserta seluruh isinya sebagai sumber kehidupan. Dijadikannya gunung-gunung dengan iklim yang cocok untuk pertanian, laut dijadikan sebagai sumber pencarian sang nelayan. Begitupula dengan sungai-sungai yang mengalir, tumbuh-tumbuhan bahkan hewan diciptakan Allah untuk kesejahteraan umat manusia. Sepantasnya manusia bersyukur dengan semua karunia yang Allah berikan.
Adalah suatu kenyataan, bahwa keadaan lingkungan alam di negeri kita ini sudah mengalami kerusakan yang sangat parah dan mengkhawatirkan, karena ulah perbuatan manusia. Kalaulah keadaan alam ini dirusak terus menerus maka kehancuran tinggal menunggu waktunya saja.
Ma’asyiral Muslimin Hafidzakumullah,
Coba kita renungkan!! selama kurang lebih lima tahun belakangan ini, musibah apa yang tidak menimpa negeri kita?!. Gelombang besar bernama tsunami sudah pernah terjadi, banjir bandang nyaris setiap tahun kita alami, tanah longsor dan banjir lumpur pun belum selesai kita tangani, kekeringan dan kebakaran seolah saling menjemput dan beriringan. Gunung berapi yang terbatuk dan memuntahkan lahar, mengirim batu dan pasir yang mematikan, seolah-olah sepakat untuk bergolak bersama di seluruh Indonesia.
Belum lagi global warming (pemanasan global) yang bagaikan monster yang siap menerkam kita setiap saat. Efek global warming diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan seperti; naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas kejadian alam yang ekstrim (saat kita yang di Sumatera berjuang menghadapi hujan dan banjir, di pulau Jawa justru kewalahan melawan panas). Akibat lain ialah terpengaruhnya hasil pertanian, punahnya berbagai jenis hewan, serta mengganggu kesehatan manusia. Ini bukan Tuhan sedang mengombral murka, ini tentang manusia dan perilakunya. Udara kita kotor, sungai kita tercemar, hutan kita gundul, siapa dalang dari semua ini kalau bukan manusia.
Ma’asyiral Muslimin Hafidzakumullah,
Bagi umat Islam, ajaran untuk tidak berbuat kerusakan pada alam, memelihara lingkungan, berbuat yang terbaik buat umat manusia, menjadi ajaran yang sangat dijunjung tinggi. Diriwayatkan oleh Thabrani, Nabi SAW bersabda yang artinya:
يَرْحَمُ مَنْ فىِ اْلاَرْضِ وَيَرْحَمُ مَنْ فىِ السَّمَاءِ
“Sayangilah apa yang ada di bumi, niscaya kamu akan disayangi oleh yang ada di langit (Allah SWT)”
Begitu pula UU No. 41 Tahun 1999 tentang melestarikan hutan sudah ada, tapi kenapa masih saja merusak alam ini? Hal ini disebabkan karena adanya kelompok manusia yang memiliki sifat rakus, ingin cepat kaya, ditambah lagi dengan kurangnya pemahaman dan kesadaran terhadap nilai-nilai agama dalam kehidupannya sehingga enak saja merampok kekayaan alam.
Ma’asyiral Muslimin Hafidzakumullah,
Kerusakan alam yang terjadi seperti sekarang ini ternyata juga pernah terjadi pada zaman dahulu yakni pada kaum Nabi Tsamut. Oleh karena itu, Islam menyuruh kita belajar dari sejarah, karena dari sejarah itu dapat diperoleh gambaran bagaimana umat terdahulu berinteraksi dengan alam, bagaimana ganjaran Allah terhadap orang yang zalim dan membangkang kepada-Nya.
Bagi orang yang suka berbuat zholim dan membangkang kepada Allah, hendaknya menyadari bahwa betapa besar nikmat yang telah Allah berikan, maka adalah wajib mensyukuri nikmat itu dalam berbagai bentuk, seperti memanifestasikan dalam bentuk memelihara dan memakmurkan alam. Tidakkah seyogyanya manusia belajar dari masa lalu? Tapi ternyata manusia lupa dengan sejarah, hal ini seperti disebutkan dalam al-Qur’an surat Hud ayat 61 berikut ini:
وَاِلٰى ثَمُوْدَ اَخَاهُمْ صٰلِحًا ۘ قَالَ يٰقَوْمِ اعْبُدُوا اللّٰهَ مَا لَكُمْ مِّنْ اِلٰهٍ غَيْرُهٗ ۗهُوَ اَنْشَاَكُمْ مِّنَ الْاَرْضِ وَاسْتَعْمَرَكُمْ فِيْهَا فَاسْتَغْفِرُوْهُ ثُمَّ تُوْبُوْٓا اِلَيْهِ ۗاِنَّ رَبِّيْ قَرِيْبٌ مُّجِيْبٌ
“Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Sholeh, Sholeh berkata : “Hai kaumku, sembahlah Allah. Sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (do’a hamba-Nya)”
Hadirin Jama’ah Jum’at Yang dirahmati Allah.
Dalam ayat tadi, Allah SWT menjelaskan bahwa, setelah manusia berkembang biak di atas bumi, mereka diserahi tugas oleh Allah untuk memakmurkannya sebagai ungkapan dari rasa syukur atas anugerah dan karunia dari pada-Nya. Dalam ayat tadi secara jelas Allah berfirman وَاسْتَعْمَرَكُمْ (dan menjadikan kamu pemakmurnya), artinya bahwa alam beserta segala isinya hendaklah dipelihara dan dijaga kelestariannya. Bagaimana caranya?
Yaitu menghentikan segala bentuk ekploitasi alam, baik itu berupa penebangan hutan secara liar alias illegal logging, penambangan emas tanpa izin (PETI), menangkap ikan dengan cara meracuni air sungai. Kemudian lakukan reboisasi, singkirkan sifat rakus dari dalam hati melalui pemahaman secara utuh terhadap ajaran agama. Kepada orang tua, tokoh masyarakat, ulama dan para pemimpin hendaklah memberikan peringatan kepada keluarga dan masyarakat akan pentingnya memelihara alam, dan yang paling penting kepada penegak hukum, tegakkan hukum yang sebenar-benarnya, berikan sanksi hukum yang tegas.
Hadirin Jama’ah Jum’at Yang Berbahagia.
Bila kita telah terlanjur berbuat kezholiman dan kerusakan, sesungguhnya Allah Maha Pengampun. Oleh karena itu dalam ayat tadi Allah juga memerintahkan فاَسْتَغْفِرُوْهُ(bertaubatlah kamu). Bila kita bertaubat kemudian diiringi dengan amal sholeh dalam konteks ini yaitu memakmurkan dan memelihara alam, maka Insya Allah alam nan indah ini akan terjaga kelestariannya sehingga apa yang kita nikmati saat ini juga akan dinikmati oleh anak cucu kita dikemudian hari karena alam nan indah ini adalah titipan anak cucu kita bukan warisan dari nenek moyang. Oleh karena itu seyogyanya kita mewariskan mata air bukan air mata.
باَرَكَ اللهُ ِلى وَلَكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلأَ يَاتِ وَالذِّكْرِ اْلحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّاوَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَالسَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ.
Khutbah Jumat II: Memelihara dan Memakmurkan lingkungan
اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ألِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ، وَأَحُثُّكُمْ عَلَى طَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُرْحًمُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ اْلقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ. صَدَقَ اللهُ الْعَظِيْمُ وَصَدَقَ رَسُوْلُهُ النَّبِيُّ الْكَرِيْمُ وَنَحْنُ عَلَى ذلِكَ مِنَ الشَّاهِدِيْنَ وَالشَّاكِرِيْنَ وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا. اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْياَءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَقَاضِيَ الْحَاجَاتِ. رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّار. عِبَادَ اللهِ! إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ، فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.
Baca juga teks khutbah Jumat yang lain. (AN)
Oleh: Ustadz Abdul Aziz, M.Hum.