Khurasan, Kota Peradaban Islam di Daratan Persia

Khurasan, Kota Peradaban Islam di Daratan Persia

Begitu pentingnya wilayah Khurasan, pemerintah Iran pun menetapkannya sebagai kawasan cagar budaya.

Khurasan, Kota Peradaban Islam di Daratan Persia
Foto: iranview.org

Khurasan saat ini merupakan nama sebuah provinsi, yang terletak di sebelah timur negara Islam Iran dan berbatasan langsung dengan negara-negara lain, seperti Republic Turkmenistan di sebelah utara, dan di sebelah timur dengan negara Afghanistan.

Pada awalnya, Khurasan merupakan sebuah wilayah yang begitu luas di daratan Persia. Yang mencakup kota-kota seperti Naisabur dan Tus (Iran). Herat, Balkh, Kabul, dan Ghazni (Afghanistan). Merv, dan Sanjan (Turkmenistan). Samarkand, Bukhara dan Khiva (Uzbekistan). Khujan dan Panjakent (Tajikistan).

Jauh sebelum Khurasan menjadi wilayah kekuasaan Islam, Rasulullah SAW dalam beberapa hadisnya pernah menyebut nama Khurasan.

Awal mula peradaban manusia di Khurasan dimulai sejak beberapa abad sebelum masehi dengan Alexander Agung dari kerajaan Achaemenid Persia pada tahun 323-356 SM. sebagai penguasa wilayah tersebut.

Sebelum masuknya Islam ke wilayah tersebut, masyarakat Khurasan merupakan penganut Zoroaster, yaitu penyembah api yang dibawa oleh Dinasti Sasanid. Selain itu, masyarakat Khurasan juga ada yang memeluk agama Budha. Adanya masyarakat yang menjadi pemeluk  Budha, tidak lain karena wilayah ini pernah ditaklukan oleh Dinasti Khusan pada abad ke-1 M yang menyebarkan agama dan budaya Budha.

Khurasan memasuki episode baru ketika pasukan Islam berhasil menguasai wilayah ini, tepatnya pada masa Khalifah Umar bin Khattab, di bawah panglima perang Ahnaf bin Qais at-Tamimi, yang mampu masuk ke Khurasan melalui wilayah Isfahan.

Pasukan Islam yang berusaha menguasai Khurasan dari dua rute, yaitu Ray dan Naisabur, disambut dengan perlawanan sengit dari penguasa Khurasan pada waktu itu, yaitu kaisar Persia yang bernama Khosru Yezdegrid III.

Setelah berhasil menguasai Khurasan dan mengalahkan kekaisaran Persia pada tahun 637 M, dan mengakibatkan kaisar Persia pada waktu itu Khosru Yezdegrid III melarikan diri ke Oxus, pasukan umat Islam melanjutkan ekspansinya ke wilayah Transoxiana.

Pada tahun 643 M, Khurasan sepenuhnya berada dibawah kendali pasukan Islam, namun sepeninggal Khalifah umar bin Khattab. Di Khurasan terjadi pemberontakan yang menginginkan wilayah tersebut lepas dari otoritas kekuasaan Islam. Adapun dalang pemberontakan tersebut adalah kaisar Khosru Yezdegrid III.

Kaisar Khosru Yezdegrid III yang berhasil melarikan diri pasca kekalahan melawan pasukan Islam, tidak  tinggal diam. Dia kembali mengumpulkan pasukannya yang tercerai berai, sekaligus menjajaki pendekatan ke militer kekaisaran China.

Khalifah Utsman bin Affan yang meneruskan estafet kepemimpinan Islam, pasca meninggalnya Khalifah Umar bin Khattab tidak terima dengan adanya pemberontakan yang ada di Khurasan. Khalifah Utsman bin Affan segera memerintahkan Abdullah ibn Amir, Gubernur Jendral Bashra untuk merebut kembali Khurasan.

Khurasan merupakan bagian dari wilayah pemerintahan Islam yang berpusat di Damaskus pada masa Dinasti Umayyah. Di sisi lain, para penduduk dan pemuka Khurasan, mempunyai andil besar dalam membantu dinasti Abbasiyyah menggulingkan Dinasti Umayyah. Salah satu pemimpin Khurasan yang ikut mendukung gerakan anti Dinasti Umayyah adalah Abu Muslim al-Khurasani, yaitu antara tahun 747 M sampai dengan 750 M.

Namun na’as bagi Abu Muslim al-Khurasani, setelah Dinasti Abbasiyyah berkuasa. Dia malah ditangkap dan dihukum pada masa pemerintahan Khalifah al-Mansur. Sejak peristiwa itu lah, gerakan agar Khurasan melepaskan diri dari kekuasaan Dinasti Abbasiyyah muncul ke permukaan, dengan tokoh utamanya yaitu Tahir Phonsaji pada tahun 821 M.

Setelah kekuasaan Dinasti Abbasiyyah yang berpusat di Baghdad melemah, berdirilah dinasti-dinasti kecil di timur Baghdad, yang secara bergantian menguasai Khurasan. Dinasti-dinasti tersebut di antaranya adalah Dinasti Samaniyah/Samanid (819-999 M), Dinasti Thahiriyah (820-872 M), Dinasti Saffariyah (867-903 M). Dinasti Ghaznawi/Ghaznavids (976-997).

Pada abad ke 12, Khurasan berada dibawah kekuasaan Dinasti Seljuk. Sebelum akhirnya pada abad ke 13 bangsa Mongol melakukan invansi besar-besaran ke wilayah tersebut dan menghancurkan berbagai bangunan peradaban Islam yang dibangun oleh para dinasti yang pernah menguasai Khurasan.

Pada abad ke 14 sampai dengan abad ke 15, Khurasan berada dibawah kekuasaan Dinasti Timurid yang didirikan oleh Timur Lenk. Pada abad ke 16 sampai dengan 18 M, Khurasan berada di  bawah kekuasaan Dinasti Moghul.

Letak Khurasan yang strategis. menjadikannya tempat yang penting dalam penyebaran peradaban Islam di setiap periode. Di setiap periode tersebut, banyak berbagai kemajuan yang dicapai oleh para pemerintahan Islam yang menguasai wilayah tersebut.

Tidak mengherankan jika dari Khurasan banyak lahir dan muncul ilmuwan, sarjana dan penyair terkemuka Islam. Tempat-tempat seperti Naisabur, Samarkand, Bukhara, Ghazni, Merv dan kota penting lainnya menjadi pusat berkembangnya kebudayaan dan peradaban Islam di sekitar wilayah tersebut.

Setiap daerah yang pernah menjadi wilayah penting dalam penyebaran peradaban Islam, selalu meninggalkan jejak-jejak peradaban Islam, tidak terkecuali Khurasan.

Khurasan yang saat ini tidak seluas di masa lampau, menyimpan banyak bangunan serta manuskrip-manuskrip yang memiliki nilai sejarah yang sangat penting, seperti menara Akhangan di utara kota Tus atau Masjid Goharsad di kota Masshad. Begitu pentingnya wilayah ini, pemerintah Iran pun menetapkannya sebagai kawasan cagar budaya.

Wallahu A’lam.