Lebih dari lima tahun saya diberikan mandat oleh Pascasarjana STAINU/UNUSIA Jakarta untuk menyampaikan Mata Kuliah Khazanah Islam Nusantara. Tulisan ringkas ini semoga bermanfaat buat saudara-saudaraku yang belum tahu apa, mengapa, bagaimana Islam Nusantara?
Apa Islam Nusantara?
Islam Nusantara merupakan pendekatan sosiologi agama bukan teologi agama seperti halnya telah dilakukan Ibnu Khaldun sebagai peletak dasar sosiologi Islam untuk mengkaji dan meramal masa depan Islam. Kajian sosiologi keagamaan Islam Nusantara menggunakan pendekatan sosiologi behaviorisme yang dianggap model terbaru dari kajian sosiologi. Kata para ahli sekarang bukan jamannya lagi bicara strukturalisme-fungsional, dll.
Mengapa Islam Nusantara
Populasi muslim Dunia di atas 2 milyar yang tersebar di lebih 68 negara. pertanyaannya siapa juru bicara Islam yang mewakili mereka? Masalah ini menjadi kegelisahan umat sekarang ini. Makanya ada Islam transnasional seperti HTI, Ikhwanul Muslimin, Wahabi karena menurut mereka agar ada Jubir yang mewakili umat Islam. Tapi di jaman globalisasi yang serba kompetitif ini cara-cara mereka sudah ketinggalan jaman. Buktinya Pan Islamisme gagal total lalu diganti Pan Arabisme juga bernasib sama. Biasanya untuk mengelabuhi kegagalan ini dilakukan propaganda anti-Barat. Padahal masalah umat Islam ini sudah diramal Ibnu Khaldun dengan teori siklusnya (tumbuh-berkembang-keemasan-layu-mati).
Kalau Arab sudah pernah mengalami kejayaan peradaban, Asia Selatan dan Tengah juga pernah, maka kira-kira Islam di wilayah mana yang belum? Kalau Muslim Eropa –meminjam teori Ibn Khaldun- tak akan terjadi 2 perabadan maju berada dalam titik kordinat yang sama.
Oleh sebab itu kemungkinan peradaban dunia ke depan akan tumbuh berkembang, mengalami kejayaan di Asia Tenggara dan Timur. Itulah alasan mengapa ada Islam Nusantara. Toh sekarang ini di belahan dunia juga bergelora semangat Islam kawasan seperti Islam Hindi, Islam Afrika, dsb.
Bagaimana Islam Nusantara
Di awal sudah dijelaskan bahwa sekarang eranya behaviorisme. Buktinya kita tak cukup ngaku WNI kecuali punya NIK; kita tak bisa menggunakan hp kecuali nomornya sudah teraktifasi. Itulah sedikit contoh behaviorisme.
Di era globalisasi yang ketat kompetisinya ini, kita dituntut untuk mengaktivasi segala hal yang menjadi bagian dari milik kita (is having). Tentu saja kalau kita mau maju dan dikenal dunia. Oleh sebab itu, jika kita punya cita-cita kebangkitan Islam tahun 2020 muncul dari Timur maka kita harus memperkuat Islam Nusantara.
Caranya adalah dengan meng-entry kekayaan peradaban unggulan yang dimiliki muslim indonesia agar ketika masyrakat Dunia ingin tahu Islam Nusantara cukup dengan googling dan segera muncul pelopor peradaban Islam (Nusantara) masa depan. Amiin